Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33_Rujak
Setelah berbincang-bincang sebentar dengan rekan-rekan nya Maura pun kembali ke lantai atas karena sudah jam masuk kerja lagi.
"Mbak aku kok pingin rujak ya." ucap Maura yang dari tadi merasa ingin sekali makan rujak.
"Siang-siang gini kamu pingin rujak Ra?" tanya mbak Bella dan di angguki oleh Maura.
Melihat anggukan dari Maura mbak Bella pun mulai kelabakan mencari rujak untuk istri bos nya itu karena sebelum berangkat tuan nya sudah berpesan untuk menuruti semua apa keinginan dari istri nya itu.
"Sebentar Ra kamu tunggu aja sebentar lagi pak Rahmat datang." ucap mbak Bella membuat Maura mengerenyitkan dahinya.
"Ada apa emang nya mbak?" tanya Maura.
"Katanya pingin rujak, itu pak Rahmat udah perjalanan ke sini." ucap mbak Bella.
Maura belum menyahuti tiba-tiba pintu lift terbuka dan menampakkan pak Rahmat scurity perusahaan datang dengan bingkisan di tangan nya.
"Bel ini rujaknya, eh ada Maura di bagian sini ya Ra?" tanya pak Rahmat yang memang belum tahu kalau Maura adalah istri dari tuan nya.
"Iya pak."
Setelah itu pak Rahmat pun izin pamit untuk ke ruangan keamanan lagi, mbak Bella pun memberikan bingkisan tersebut kepada Maura yang sudah terlihat ngiler sekali, bahkan dari aroma nya saja Maura sudah merasa ingin ngiler menciumnya.
"Nih Ra buat kamu." ucap mbak Bella.
"Beneran mbak ini buat Maura?" tanya Maura excited sekali.
"Iya Ra."
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Maura pun mengambil rujak tersebut, saat dibuka rasanya air liur nya ingin menetes Karena melihat buah buahan yang begitu segar dan juga sambal yang pedas itu.
Padahal dia masih sedikit pusing tapi saat melihat rujak di depan matanya seketika pusing nya hilang.
"Kamu katanya sakit Ra, kok malah lahap banget tuh makannya." ucap mbak Bella merasa heran dengan Maura.
"Mungkin karena udah lama mbak gak makan rujak kayak gini jadi seneng banget, mbak Bella mau?" tawar Maura padahal itu rujak sudah hampir habis.
"Gak usah, kamu aja yang makan. Aku ngelihat kamu aja udah ngerasa asem banget tuh kedondong sama mangganya." ucap mbak Bella namun Maura masa bodoh dan langsung melanjutkan makan rujak nya.
Ting
Suara lift berbunyi menandakan ada orang yang keluar membuat Maura dan mbak Bella melihat ke arah lift.
Dan benar saja, tak lama keluar orang yang sudah Maura nanti-nanti kehadiran nya, siapa lagi kalau bukan sang suami yang sudah bilang kalau hari ini akan pulang.
"Mas!" pekik Maura meninggalkan rujak nya dan berlari ke arah sang suami.
"Aduh sayang jangan lari lari!" seru Bara saat Maura sudah berada di pelukannya.
"Aku kangen." ucap Maura dengan begitu manja membuat Bara dibuat gemas sendiri.
"Aku juga kangen banget." balas Bara.
CUP
CUP
CUP
Bara mencium seluruh wajah sang istri yang menurutnya begitu menggemaskan, dia juga begitu merindukan istrinya itu.
Max dan mbak Bella mencoba untuk tidak melihat kemesraan didepan mereka, lebih baik melanjutkan pekerjaan dari pada harus melihat adegan romantis di depan mereka.
Bara mengajak sang istri ke ruangan nya dan memeluk erat tubuh istrinya yang begitu candu untuknya, Bara ingin mengisi kembali energi nya.
"Gimana sama kerjaan nya? Kamu kok belum waktunya pulang kok malah pulang sih mas." seru Maura yang juga merasa khawatir jika sang suami melalaikan tugasnya.
"Aku sudah memangkas semua waktu ku, rapat yang harus aku selesaikan selama lima hari harus segera aku tuntaskan karena ada wanita nakal yang sudah membuat aku tergila-gila, bahkan berjauhan dengannya pun berat sekali rasanya, sayang i love you." ucap Bara dan di akhiri dengan bisikan di akhir.
Setelah itu dia mencium bibir tipis sang istri yang begitu sangat dia rindukan, seperti nya bersentuhan dengan istrinya membuat hasrat nya semakin menggelora.
Bara pun mengajak sang istri ke ruangan pribadinya, sudah tahu bukan apa yang di lakukan, tebak aja sendiri ya.
.
Hari sudah sore dan Maura masih terlihat tidur nyenyak dengan selimut tebal menutupi tubuh polosnya, Bara memandang wajah ayu sang istri yang membuatnya begitu candu, bahkan dia ingin dan ingin lagi.
"Enggghhh." Maura perlahan terbangun dari tidurnya dan melihat sang suami berada di sampingnya sambil terus melihat ke arahnya, jangan lupa dengan tangan Bara yang bertengger sempurna di pinggangnya.
"Selamat sore, mau menginap di sini saja?" tawar Bara karena merasa tidak tega jika harus membuat sang istri kecapean di jalan.
"Kita pulang aja ya mas, mama Wina tadi waktu pagi bilang kalau hari ini mau ngajak makan malam di luar satu keluarga." ucap Maura untung saja dia teringat.
"Ya sudah ayo aku bersihkan tubuh kamu." ucap Bara, belum Maura membantah tapi sang suami sudah terlebih dahulu mengangkat tubuh ringannya itu ke kamar mandi.
Untung saja sang suami tidak minta lagi, mungkin karena sudah di tunggu oleh mama Wina.
"Assalamualaikum, kami pulang." salam Maura dan Bara saat mereka masuk ke dalam rumah utama.
"Loh Bara kok udah pulang, bukannya masih butuh beberapa hari lagi?" tanya mama Wina melihat anaknya sudah datang saja dari luar negeri.
"Waduh kayaknya ada yang habis di gempur nih!" seru Bianca yang baru keluar dari kamarnya dan tidak sengaja melihat tanda biru di leher kakak iparnya.
"Kak nanti malem tidur sama aku ya," pinta Bianca namun langsung mendapatkan selaan dari sang kakak.
"Enggak, kakak kamu tetap tidur sama kakak. Enak aja ambil ambil." ucap Bara tidak terima, padahal Bianca hanya memancing saja tapi tidak menyangka kalau penolakan sang kakak begitu tegas sekali.
"Ck, padahal mah kak Maura juga males tidur sama kakak." gerutu Bianca namun masih bisa di dengan oleh Bara.
"Udah mas, yuk ke atas kamu harus bersih bersih badan kamu. Ma aku sama mas Bara ke atas dulu ya." pamit Maura dan di angguki oleh mama Wina.
"Jangan lupa ya satu jam lagi turun kita makan bareng di restoran," ucap mama Wina dan di angguki oleh Maura.
"Iya ma."
Semua sudah siap, mereka satu keluarga ingin makan bersama di luar karena sudah lama sekali tidak mengadakan hal seperti tersebut.
Di dalam mobil ada Bara yang pasti berada di balik kemudi, ada Maura di samping kemudi dan Bianca di belakang yang sudah seperti obat nyamuk saja karena melihat keromantisan kakak dan kakak iparnya itu.
"Kata Bella kamu makan rujak banyak tadi siang?" tanya Bara baru teringat ucapan sekertaris nya.
.
.
Bersambung.....