Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 14. Ghibah
Priska menyusun rencana untuk acara ulang tahun putri kesayangannya. Dia harus bisa membuat acara saat Hasna belum pulang. Ia harus memikirkan sendiri karena kalau dia bilang kepada suaminya maka pasti tidak akan diizinkan.
" Di mana aku harus membuat acara ya? Jika membuat acara di hotel biayanya pasti mahal. Nanti Mas Yudi pasti akan bertanya."
Priska sedikit pusing dan bingung pastinya. 4 tahun tinggal di kota ini dan di rumah ini Priska sama sekali tidak diberi kepercayaan untuk memegang uang belanja.
Selama ini Yudi hanya memberikan Priska sebulan 10 juta. Itu Sudah termasuk biaya sekolah Reni.
" Memang bangs*t si Yudi ini. Masak aku hanya di jatah segitu perbulannya."
Kring ...
Ponsel milik Priska berbunyi nyaring. Wanita berusia 39 tahun itu segera mengangkatnya.
" Hallo ... "
" Hai sayang, galak amat."
" Tck ... Apa lagi???"
" Wohooo sabar, aku punya kabar bagus untuk mu."
" Beneran bagus atau tidak Kalau tidak aku malas menanggapimu."
" Tck ... kau tidak akan merugi mendengarkannya aku jamin itu."
" Cepat katakan jangan bertele-tele."
" Oh aku tidak bisa mengatakannya ditelepon, bisakah kita bertemu di tempat biasa?"
Riska melihat arlojinya sejenak jam baru menunjukkan pukul 01.00 masih ada waktu untuk dia bertemu dengan orang itu sebelum Yudi pulang.
" Baiklah tapi aku tidak bisa berlama-lama."
Terserah segera menutup ponselnya dia menebar tas dan kunci mobil lalu pergi menuju tempat orang itu berada.
Sebuah rumah kecil di pinggiran kota merupakan lokasi Priska dan orang itu bertemu.
" Hello Baby, I miss you so much."
" Sudahlah Bardi jangan kebanyakan basa basi. Apa informasi yang kau punya itu."
" Hai kau sungguh tak sabar sekali sih. Aku menemukan di mana putri dirimu berada."
Priska memicingkan matanya. Dia sedikit tidak percaya dengan perkataan pria itu.
" Tck, aku tidak bohong. Ini kau lihat saja sendiri. Ini foto-foto putri dirimu itu."
Priska melihat satu persatu foto Hasna. Ia pun menyeringai puas.
" Dasar jal*ng kecil, berani sekali ia menjadi sugar baby pria kaya. Kini aku tahu apa yang harus kulakukan."
Priska memasukkan foto foto tersebut ke dalam tasnya. Ia pun segera memasuki mobil untuk cepat kembali pulang. Namun pintu mobil itu ditahan oleh Bardi.
" Ho ho ho, apa aku tidak mendapatkan imbalan?"
Priska tersenyum nakal, ia pun menarik Bardi ke dalam mobil miliknya. Sesaat kemudian mobil itu bergerak mengikuti irama dua orang yang berada didalamnya.
Setelah 30 menit berlalu, Bardi keluar dengan wajah yang sangat puas. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Priska dan berbisik.
" Kau selalu hebat sayang. Kau selalu bisa membuatku puas."
Priska hanya tersenyum simpul. Ia segera merapikan bajunya dan menyalakan mobil untuk segera kembali pulang. Ia harus sampai rumah lebih dulu dari pada Yudi. Jika tidak maka Yudi akan bertanya banyak hal.
" Haah ... Kini aku mendapatkan kartu as, bukan bukan bukan tapi kartu joker gadis sialan itu. Haish ... Tampaknya dia benar benar kekurangan uang hingga harus membuat nya menjadi sugar baby. Tapi bagus, dengan ini mungkin Yudi akan semakin membenci Hasna. Dengan begitu Yudi bisa mewariskan hartanya kepadaku dan Reni. Ha ha ha. Sungguh rencana yang sempurna."
🍀🍀🍀
Hari ini adalah hari tepat 3 hari kuesioner milik Hasna di LT. Gadis itu pun memasuki perusahaan LT dengan wajah yang sangat ceria.
" Selamat pagi Mbak."
Hasna menuju meja resepsionis dan menyapa resepsionis tersebut.
" Pagi mbak Hasna langsung aja ke atas ya sudah ditunggu."
" Terima kasih Mbak."
Hasna pun berjalan sedikit pelan menuju ke lift. Iya langsung menekan tombol paling atas tempat di mana CEO LT berada. Sepanjang jalan ia tersenyum sambil bersenandung kecil.
Tring ...
Lift tersebut terbuka tepat di lantai ruangan milik Silvya. Hasna sudah disambut senyuman oleh Gauri sekretaris pribadi Silvya.
" Halo Mbak Hasna, langsung masuk saja"
" Halo Kak Gauri selamat pagi. Terimakasih kak."
Hasna berjalan menuju ruangan Silvya. Ia pun mengetuk pintu ruangan tersebut dengan pelan.
Tok ... Tok ... Tok ...
" Masuk"
Mendengar suara Silvya untuk memintanya masuk, Hasna pun membuka pintu tersebut.
Ceklek ...
Namun begitu bentuk dibuka Hasna langsung terkejut melihat apa yang ada di depannya. Tampak seorang laki-laki sedang merangkak dan melompat lompat di lantai menggunakan kostum Keroppi. Lagi lagi Hasna ingin tertawa namun ia menahannya.
" Masuk sini Has. Duduk dulu."
Hasna mengangguk, ia berjalan menuju sofa dan duduk di sana.
" Q ... Stop, kau sungguh keterlaluan!"
Pria yang Hasna tahu bernama Ian itu terdengar marah. Ia sampai melempar kostum nya dengan sembarangan.
" Hiks ... Kau membentak ku?"
Silvya mulai menangis, Ian sungguh bingung. Akhir akhir ini Queen nya itu sangat sensitif.
" Oh ayolah Q. Sudah cukup bermainnya. Ya Tuhan, tuh bocah masih sebesar kacang saja sudah membuatku pusing. Bagaimana kalau dia udah sebesar pohon jagung." Ian mengusap wajahnya dengan kasar.
" Huh ... Kau memang tidak sayang padaku. Kau juga tidak sayang dengan calon keponakanmu. Biarin saja nanti aku bilangin sama mas Dika. Biar kamu dikasih obat yang membuatmu tidak akan bisa tidur."
" Haish ... Terserah lah apa katamu Q."
Ian berjalan keluat. Ia tahu Silvya tidak benar benar akan melakukan itu.
Hasna yang melihat perdebatan kedua orang dewasa itu hanya melongo namun dalam hatinya ia merasa geli. Sepintas ia mendengar nama Dika disebut. Ia merasa tidak asing dengan nama itu.
" Maaf kak, apakah Dika yang kakak sebut adalah seorang dokter."
" Iya, dia suamiku dokter Dika."
" Ya Allaah, dunia ini sempit sekali. Dokter Dika adalah dokter yang menangani mamaku saat kecelakaan. Tapi sayang mamaku tidak selamat."
" Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Aku turut berduka ya Hasna."
" Iya kak. Kejadiannya udah lama kok. Udah 4 tahun yang lalu. Tolong sampaikan ucapan terimakasih ku untuk dokter Dika kak. Waktu itu aku sama sekali belum sempat mengatakannya."
Silvya tersenyum mengetahui suaminya yang dingin itu begitu baik kepada pasien pasiennya.
" Kamu bisa mengatakan sendiri."
" Maksud kak Silvya."
Sebuah langkah kaki masuk ke ruangan Silvya membuat Hasna ikut membalikkan tubuhnya.
" MasyaAllaag dokter Dika."
" Eh kamu bukannya ... "
" Saya Hasna dok, anak pasien yang bernama Melati korban laka lantas."
" Ya Allaah kamu sekarang sudah besar. Tapi kenapa kamu disini."
Dika duduk di dekat sang istri lalu mengusap perut istrinya yang masih rata itu dengan lembut.
" Dia itu mahasiswa di Universitas Nusantara yang melakukan penelitian disini untuk bahan skripsinya."
" Ooh ... Eh .. Universitas Nusantara. Bentar bentar. Hasna kamu tahu yang namanya Radi nggak. Dia dosen di sana?"
Hasna terdiam mengapa pasangan suami istri ini begitu penasaran sama dosen Killer di kampusnya. Namun Hasna tak mau ambil pusing dengan itu semua.
" Tentu kenal Dok, dia dospemb saya. Tapi siapa sih yang tidak kenal Pak Radi."
Dika memicingkan matanya, tapi Silvya hanya terkekeh pelan. Dika melirik sang istri namun istrinya meminta Dika mendengar penjelasan Hasna.
" Memangnya dia seterkenal apa?"
" Pak Radi itu dosen paling killer di kampus, dingin, dan cuek dok. Dia dijuluki kulkas 15 pintu. Bahkan gosipnya dia itu tidak normal."
Seketika tawa Dika meledak. Ternyata rumor mengenai sang kakak tidak normal sudah menyebar ke mana mana. Sejenak Dika kasian kepada sang kakak. Sedangkan Hasna ia hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat sepasang suami istri itu tertawa terbahak.
TBC