Di hari pertunangan, Emily mendapatkan kenyataan yang pahit di mana Adik Tirinya yang bernama Bertha mengatakan kalau tunangannya yang bernama Louis lebih mencintai Bertha dari pada Emily.
Untuk membuktikannya Bertha dengan sengaja mendorong Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut menyemburkan diri ke kolam renang.
Ternyata tunangannya lebih memilih menolong Bertha dari pada memilih Emily. Di saat krisis seorang pria tampan menolong dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Di saat itu pula Emily memutuskan pertunangannya dan ingin membalaskan dendam ke keluarganya serta mantan tunangannya. Di mana Emily menikah dengan pria penolongnya.
Apakah balas dendam Emily berhasil? Bagaimana dengan pernikahan Emily dengan pria penolongnya, apakah bahagia atau berakhir dengan perceraian? Ada rahasia tersembunyi di antara mereka, apakah rahasia itu? Silahkan ikuti novelku.
Tolong jangan boom like / lompat baca / nabung bab. Diusahakan baca setiap kali update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Kasandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebenarnya
Di sebuah hotel bintang lima yang terkenal di kota itu yaitu Hotel William. Di mana Bertha memakai pakaian seksi sambil membawa minuman yang sudah di campur obat perang sang dosis tinggi.
Kemudian Bertha berjalan ke arah kamar 808 lalu masuk ke dalam kamar tersebut. Bertha berjalan ke arah sofa di mana Louis sedang menunggu dirinya.
"Kak Louis, tunggu di sini dulu." Ucap Bertha sambil memberikan gelas ke Louis yang berisi obat perang sang dosis tinggi.
Tanpa ada rasa curiga sedikitpun Louis meminumnya hingga habis tanpa sisa sedikitpun. Hal itu membuat Bertha tersenyum jahat karena sebentar lagi rencana jahatnya berjalan dengan lancar.
"Kakak mungkin akan sangat kesal ketika melihatku karena itu Aku akan menunggu di luar." Ucap Bertha.
"Apakah Emily akan datang ke sini?" Tanya Louis.
"Kak Louis jangan kuatir Kakak pasti akan datang." Jawab Bertha.
"Sekarang Kak Louis tidurlah dulu sambil menunggu Kak Emily datang." Sambung Bertha.
Louis hanya menganggukkan kepalanya kemudian Louis berbaring di ranjang sambil menunggu kedatangan Emily.
Sedangkan Bertha keluar dari kamar tersebut kemudian bersembunyi untuk menunggu kedatangan Emily sambil tersenyum jahat.
Hingga dua puluh menit kemudian tubuh Louis mulai panas bersamaan pintu kamarnya di ketuk seseorang. Louis berjalan sambil menahan hasratnya yang mulai naik untuk membuka pintu kamarnya.
Louis melihat Emily sedang berdiri dihadapannya membuat Louis langsung menarik tangan Emily.
"Emily, masuklah ke dalam." Ucap Louis sambil mendorongnya ke arah ranjang.
Emily yang belum ada persiapan tubuhnya langsung jatuh ke ranjang dengan posisi terlentang. Emily langsung berusaha bangun dengan wajah sangat terkejut melihat wajah Louis yang memerah seperti menahan sesuatu.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Emily sambil bangun dari ranjangnya.
Tanpa menjawab Louis mendorong tubuh Emily hingga Emily jatuh terlentang kembali kemudian Louis melepaskan pakaiannya.
Emily kembali bangun kemudian mendorong Louis yang berjalan mendekati dirinya sambil membuang pakaiannya secara asal.
"Tadi kamu menghubungiku, sebenarnya apa maksud dari perkataanmu itu?" Tanya Emily dengan wajah kesal.
"Kamu bilang di telepon kalau kamu tahu penyebab kematian Ibuku. Tapi apa yang kamu lakukan sekarang?" Tanya Emily lagi.
Emily bersedia datang karena ingin mengetahui penyebab kematian Ibunya namun dirinya tidak menyangka kalau Louis ternyata berbohong dan ingin melakukan hubungan suami istri dengan dirinya.
"Aku tidak tahu apa yang kamu katakan. Aku memanggilmu ke sini hari ini ingin memberitahumu untuk menjauhi suamimu. Jangan terus berjalan di jalan yang salah." Ucap Louis sambil kembali mendorong tubuh Emily.
Tubuh Emily kembali jatuh terlentang sedangkan Louis menaiki tubuh Emily membuat Emily berusaha memberontak.
"Aku akan mempertimbangkan untuk menikah denganmu setelah kita melakukan hal ini." Sambung Louis sambil mengarahkan wajahnya ke wajah Emily.
"Louis!" Teriak Emily sambil berusaha bangun dan mendorong tubuh Louis dengan sekuat tenaga.
Louis kembali berdiri sambil berusaha menahan hasratnya agar tidak menerkam Emily namun efek obatnya sangat kuat.
"Apakah kamu salah makan obat? Asal kamu tahu kalau saat ini Aku hidup bahagia bersama suamiku dan tidak ingin menikah denganmu sama sekali." Ucap Emily sambil berdiri dan berjalan ke arah pintu.
Namun Louis menarik tangannya dan mendorongnya ke arah ranjang.
"Emily, apakah Aku mengecewakanmu karena Aku belum pernah menyentuhmu?Jika iya maka hari ini Aku akan menyentuhmu agar kamu tidak marah lagi padaku dan tidak melampiaskan amarahmu pada Bertha." Ucap Louis.
Kemudian Louis membuka pakaian yang dikenakan Emily sambil berusaha menciumnya. Emily langsung memberontak sambil bersiap menendang benda pusaka kesayangan Louis.
Namun sebelum itu terjadi tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan lebar. Di mana Richardo menarik tangan Louis kemudian memukul wajahnya Louis tanpa henti.
Louis berusaha melawan namun tenaganya kalah mengingat Richardo bisa bela diri. Hingga beberapa saat wajah Louis bengkak dan lebam-lebam akibat terkena pukulan bertubi-tubi dari Richardo.
"Kak Richardo, sudah jangan pukul lagi." Pinta Emily sambil menahan tangan Richardo agar tidak memukul Louis.
"Tapi ..." Ucapan Richardo terpotong oleh Emily.
"Louis seperti ini karena Dia mengkonsumsi obat perang sang." Ucap Emily menjelaskan sambil menarik tangan suaminya.
"Tangan mana yang sudah berani menyentuhmu?" Tanya Richardo.
"Aku akan menghancurkannya agar Dia tidak lagi menyentuhmu." Sambung Richardo dengan tatapan tajam.
"Suamiku, biarkan saja Dia. Apalagi Aku baik-baik saja." Ucap Emily sambil memeluk lengan suaminya.
"Suamiku, tolong panggilkan dokter keluarga untuk mengobatinya. Anggap saja sebagai imbalan perawatan yang pernah Dia berikan padaku ketika Aku sedang sakit. Mulai sekarang Aku tidak ingin memiliki hubungan dengannya." Sambung Emily.
"Hari ini kamu beruntung karena kamu pernah menolong istriku jika tidak Aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu." Ucap Richardo sambil menatap Louis dengan tatapan tajam.
Kemudian Emily dan Richardo berjalan meninggalkan Louis yang tergeletak di lantai dengan wajah babak belur dan tubuhnya terasa panas.
"Panas ... Panas sekali ..." Ucap Louis sambil membuka kancing kemeja.
Emily dan Richardo yang mendengarkan ucapan Louis sama sekali tidak peduli. Richardo hanya mengeluarkan ponselnya kemudian menghubungi dokter untuk datang ke Hotel William kamar nomer 808.
Setelah selesai mereka berjalan ke arah parkiran mobil sambil saling berpelukan dari arah samping. Richardo sama sekali tidak mempedulikan tatapan lapar para gadis maupun para wanita karena dihatinya hanya ada Emily.
"Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Richardo sambil membuka pintu mobil samping pengemudi.
"Aku baik-baik saja." Jawab Emily sambil masuk ke dalam mobil.
Richardo hanya menganggukkan kepalanya kemudian Richardo menutup pintu mobil lalu memutari mobilnya dan duduk di kursi pengemudi.
"Terima kasih sudah datang tepat waktu." Ucap Emily.
'Sebenarnya Aku bisa berkelahi tapi karena suamiku sudah datang jadinya Aku tidak melawan Louis.' Sambung Emily dalam hati.