Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.
Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.
Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.
Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.
Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.
Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Tamu Tak Diundang
Sebuah taman kaca yang indah, di tengahnya ada pohon besar yang menjadi peneduh ruangan tersebut. Suasana hangat sekaligus asri terasa amat nyata. Beberapa kamar juga terdapat taman kaca tersebut, dan tentu saja yang menyiapkan itu adalah Alena.
“Semua ini disiapkan oleh Putri pertama saya, dia sangat antusias saat saya memberi kabar bila akan ada tamu dari Timur. Bukan maksud saya tidak sopan, namun alangkah lebih baiknya bila setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Tuan semua beristirahat dengan nyaman. Biarkan pembicaraan kita di tunda hingga makan malam.” Semua orang tersanjung dengan sikap ramah dan perhatian Duke Arganta.
“Terima kasih banyak Tuan, saya tak pernah diperlakukan sebaik ini di Kerajaan asing.” Ucap pemimpin saudagar itu, semuanya akhirnya istirahat.
Alena juga meminta para pelayan untuk menyediakan tempat istirahat yang nyaman untuk para pekerja yang dibawa oleh para saudagar itu. Alena menyunggingkan bibirnya lega setelah semuanya berjalan dengan lancar.
“Elena, kita bicara sebentar di ruang kerjaku.” Duke Arganta menatap Elena dengan kesal, Alena sudah tahu apa yang ingin dibicarakan sang Ayah.
“T-tapi Ayah,” Elena hendak berdalih, namun Duke Arganta tak memberikan toleransi sedikitpun. Dia langsung pergi ke ruang kerjanya yang diikuti oleh Elena.
“Kau tahu apa kesalahan yang kau buat hari ini Elena?” Tanya Duke Arganta kesal, Elena menggelengkan kepalanya.
“Masih ingin keluar sebelum mengetahui kesalahan sendiri, apa kau tidak membaca buku yang aku kirim ke kamar mu?” Tanya Duke Arganta kian kesal, Elena tertegun.
“Maaf Ayah, tapi saya tidak suka membaca.” Ucap Elena, Duke Arganta makin kesal dibuatnya.
“Bila kau tak suka, maka sebaiknya kau jangan merusak segala sesuatu yang telah dirancang dengan baik oleh Kakakmu, kau selalu saja mengacau. Alena memang sangat polos hingga tak tahu bagaimana saudarinya yang bermuka dua, tapi Ayah tahu semuanya Elena!” Marah Duke Arganta, dia meminta pelayan untuk mengurung Elena setelahnya.
Seperti biasanya, Elena kembali mengamuk di kamarnya sedangkan Alena sudah mulai membuat susunan terbaik untuk memberikan balasan pada Elena.
Saat matahari tenggelam, Alena diam-diam mendekati kediman Elena dan membuka kunci kamar Elena. Para pengawal nampak sedikit panik, di tambah Elena saat ini tidaklah stabil.
“Elena, apa kau ada di dalam?” Tanya Alena pelan, Elena kemudian muncul dan langsung menangis dalam pelukan Alena.
“Alena, kamu memang saudari terbaikku. Lihatlah apa yang ayah lakukan padaku, dia mengurungku Alena. Tolong aku, sekali ini saja.” Elena memohon, Alena tersenyum.
“Adik, kamu akan baik-baik saja. Sekarang apa yang ingin kamu lakukan hem?” Alena mengusap air mata Elena, Elena menyeringai mendengar itu.
“Bisakah Kakak tinggal di kamar ini, dan biarkan aku yang datang ke ruang makan malam ini.” Elena nampak memohon dengan teramat, Alena terkekeh sumbang dalam hati.
Alangkah bodohnya dia di masa lalu yang tak dapat membedakan antara belas kasih dan keadilan, Alena tersenyum dan seseorang yang bersalah memang pantas mendapatkan hukuman.
“Baiklah, sekarang keluarlah dari kamar ini.” Elena tertawa jahat dalam hati mendengar Alena yang tetap sama seperti dulu agaknya.
“Kakak adalah yang terbaik di dunia, terima kasih banyak Kak.” Alena mengangguk dan membiarkan Elena keluar, sedangkan para penjaga nampak kebingungan melihat wajah Alena yang suram.
“Apa yang akan Ayah lakukan bila tahu semua ini?” Tanya Alena pada kedua penjaga itu.
“Mungkin beliau akan murka pada kami karena tak becus menjaga pintu ini, Nona.” Alena terkekeh dan meraih kedua tangan penjaga itu.
“Ikut aku, aku akan membuat kalian terhindar dari amarah.” Alena membawa kedua penjaga itu ke kediamannya, dia memerintahkan semua orang bekerja mempersiapkan makan malam.
Sedangkan Elena yang entah ke mana perginya sudah tak dipikirkan lagi oleh kedua penjaga itu, Alena membuat makan besar di taman Kediaman Duke Arganta. Daging sapi yang di tumpuk dan di bumbui dengan berbagai rempah menjadi menu utama sore itu.
“Alena, apa kau melihat dua penjaga di depan pintu kamar Elena?” Duke Arganta nampak sangat resah, Alena mengangguk.
“Maafkan saya Ayah, namun saya kekurangan orang dan memanggil mereka untuk membantu saya di sini.” Alena memperlihatkan persiapan makan malam itu.
“Baiklah, seharusnya semua ini adalah tugas Ayah, namun Putriku telah dewasa dan mengerjakan semuanya dengan baik.” Alana tersenyum dan kedua penjaga itu akhirnya lega, karena terlepas dari hukuman sang Tuan.
Sore menjelang malam itu para tamu dari Timur akhirnya sudah siap menerima sajian makan malam, perpaduan makanan barat dan timur nampak tersaji di atas meja. Para Kesatria handal juga turun tangan langsung untuk mempersiapkan makan malam itu.
Alena kembali ke kamarnya, karena tubuhnya yang telah bau asap dan keringat. Sedangkan makan malam sudah di mulai di taman. Alena di bantu Emma berganti pakaian dan menatap ke luar kamar dimana taman nampak menyala kala itu.
“Akhirnya tamu malam ini datang,” Alena mengepalkan tangannya saat melihat dua orang manusia yang tak di undang nampak berada di gerbang kediaman Duke Arganta.
Seorang penjaga nampak berlari ke arah Duke Arganta dan mengabarkan bila Pangeran Mahkota dan Duke Mattias telah berada di gebang kediman tersebut.
Alena menghela nafas, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk memperlihatkan sosoknya yang lain. Alena mengenakan pakaian yang sedikit terbuka.
Hingga tubuhnya yang indah hasil latihan kerasnya terlihat jelas, Alena meminta Emma untuk memasangkan hiasan di kepalanya. Rambutnya di angkat ke atas, hingga leher yang biasanya terlihat pendek itu kini terlihat jenjang dan indah.
Emma tertegun melihat kecantikan sang Nona muda yang telah berubah banyak, bahkan selama satu bulan terakhir setiap harinya, Nona-nya berhasil menurunkan berat badan hingga satu kilogram per-hari.
Tubuh Alena yang proposional nampak sangat menawan, Alena masih menunggu di kamarnya. Hingga kedua pria itu masuk ke taman Kediaman Duke Arganta.
Alena tersenyum, namun dia juga mengepalkan tangannya, Alena menatap sosok pria yang dulu amat di cintainya. Tapi juga orang yang membunuhnya, darah Alena bergejolak kembali dan hampir amarahnya meluap kala itu.
Sedangkan di sebelah pria itu nampak sosok pria yang nyaris tak pernah masuk ke dunia sosialita, dia sosok tertutup dan selalu di Medan perang. Alena tersenyum mengingat sebuah kalimat yang dia ucapkan sebelum dia mati di ujung pedangnya sendiri.
“Alena, mungkin ini terlambat. Namun, aku tak menyesal melakukan ini. Adapun yang ku sesali adalah tak dapat melindungi dirimu dari orang-orang biadab itu. Alena, saya mencintai anda.”
Kalimat itu kembali terngiang-ngiang dalam kepala Alena, Alena tak akan pernah melupakan sosok itu seumur hidupnya. Orang yang ingin mati bersamanya, orang yang tak pernah disadari Alena yang justru memiliki cinta tak terbatas.
Alena ingin memeluk pria itu sekarang, dia juga ingin meluapkan perasaannya dengan membara. Namun dia tak tahu, akankah saat ini Duke Mattias juga memiliki perasaan yang sama padanya.