Senja Anindita gadis cantik yang baru saja lulus SMA diharuskan menikah dengan Abyansyah sang kakak tiri yang merupakan seorang Dokter ahli Bedah berusia 33 tahun, bukan perbedaan usia dan status duda anak 1 yang membuat Senja ragu menjalani pernikahan ini, namun rasa benci Abyansyah yang selalu menganggapnya sebagai anak dari perusak rumah tangga kedua orang tuanya.
Bagaimana Aby dan Senja menjalani kehidupan pernikahan ini??
C
e
k
i
d
o
t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Senja ikut bahagia melihat pemandangan hangat dihadapannya, sebelumnya ia tak pernah bergaul dengan orang seramai ini dikotanya. Tapi disini Senja bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga.
Ternyata bukan hanya dua orang anak kecil didepan saja yang menyandang disabilitas, saat diajak masuk oleh Nata kedalam panti Senja mendapati dua orang gadis yang seusianya juga mengalami hal serupa, satunya bisu namun sangat rajin tersenyum pada Senja sementara yang satunya persis seperti Kaila.
Dua orang gadis yang begitu telaten membantu Bunda Maryam didapur, yah Nata memanggil wanita tua pemilik panti itu dengan sebutan bunda.
Bunda Maryam terus mengulum senyumannya menatap Senja dan Nata bergantian, mereka duduk di sofa ruang tamu menikmati kudapan pisang goreng dan teh panas.
Senja dan Nata terlihat begitu lahap karena dua orang itu memang sudah melewatkan makan siang.
Setelah dirasa cukup mengenyangkan Nata pamit sebentar kedapur untuk meminum obatnya, ini kali pertama Nata meminun obat yang diresepkan Dokter, biasanya ia hanya menjadikannya koleksi.
"Bunda senang Nata akhirnya mengajak kekasihnya kesini, biasanya ia hanya mengajak Bobby" ujar Bunda Maryam.
"Uhuk...uhukk...." Senja yang tengah menyeruput tehnya tiba tiba terbatuk mendengar penuturan Pemilik panti tersebut.
Kekasih? Sepertinya wanita itu sudah salah paham.
"Maaf Bunda, saya bukan kekasihnya Kak Nata, saya sudah menikah dan memiliki Anak"
Bunda Maryam tercengang sambil mengorek kupingnya dengan jari kelingkingnya.
BUnda Maryam merasa tidak salah menilai, jika ada orang yang paling mengenal Nata maka itu adalah dirinya, ia bahkan bisa mengetahui keinginan anak asuhnya itu hanya dari tatapan matanya tanpa harus berkata, meski sejak usia remaja Nata memutuskan untuk pergi dan tinggal diluar panti
Maryam menyorot tajam pada Nata yang baru saja datang, dan dengan terpincang pincang wanita tua itu lalu menarik tangan Nata untuk menjauh dari Senja.
"Bunda bicara dulu ya sama Nata, Senja silahkan dinikmati nak teh dan kudapannya" Pamit Maryam sembari tersenyum hangat lalu menarik lengan Nata dengan kasar kembali menuju kedapur.
Plak..... maryam memukul pundak Nata dengan Kuat, seperti yang biasa ia lakukan saat anak itu tengah bertingkah ketika kecil dulu.
"Ah...Ampun Bunda,, kenapa Aku di pukul" Nata berusaha menghindari telapak tangan Maryam yang membabi buta menyerangnya.
"Kamu memang pantas dipukul, kenapa kamu bisa menyukai istri orang hah....Bunda gak pernah ngajar kamu buat jadi pebinor, lebih baik kamu jadi playboy kelas kakap aja sekalian tapi jangan sama istri orang juga" Kesal Maryam.
"Astaga Bun.....Senja memang istri orang tapi bukan berarti Aku mau merebutnya, kami cuma berteman bun, layaknya adik kakak"
"Adik kakak, adik kakak....kamu fikir bunda tidak bisa lihat dari sorot matamu?, awas ya kamu boleh nakal asal jangan merugikan orang lain"
"Bunda ini pesannya aneh, masa anaknya disuruh nakal"
"Bunda tidak suruh juga kamu sudah nakal dari sononya" sungut Maryam, Nata memang anak panti yang paling keras kepala dan tak bisa diatur.
Ditengah perdebatan Nata dan Maryam Senja tiba tiba datang.
"Kak Nata, kita pulang yuk nanti Kaila nyariin Aku"
"Oh... iya, pamit dulu kalau begitu sama Bunda" usul Nata.
Mereka berdua lalu menyalami wanita tua itu penuh hormat. Sebelum pulang Senja memberikan sedikit donasi sebesar 500rb karena hanya itu yang tersedia didalam dompetnya.
Nata menatap takjub pada gedung tinggi tempat ia mengantarkan Senja, Tentu suami Senja yang juga seorang Dokter itu bukan orang sembarangan karena bisa membeli hunian digedung ini.
"Makasih ya kak, maaf merepotkan"
"Sama sama Senja"
"Aku Naik dulu ya kak"
"Senja...Tunggu!!"
Senja menghentikan langkahnya dan berbalik kebelakang.
"Bisa minta nomer ponselmu"
"Bisa kak tunggu" senja merogoh ponsel ditas jinjingnya yang ternyata sudah kehabisan daya sedari tadi, namun ia tak ambil pusing, toh ia juga hapal dengan nomer ponselnya sendiri.
Nata memacu kuda besinya lagi setelah selesai mendapatkan nomer ponsel Senja.
"Bi Asih....Kaila....Aku pulang" Teriak Senja namun tak ada siapapun yang menjawab, senja melirik penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul tiga, ia sedikit khawatir saat tak menemukan siapapun didalam Apartemen itu.
Kemana Bi Asih dan Kaila?
Senja akhirnya memutuskan untuk mengisi daya ponselnya dikamar, namun betapa terkejutnya ia saat mendapati sebuah catatan kecil diatas nakas yang merupakan pesan yang ditinggalkan Bi Asih.
Non....Kaila masuk rumah Sakit, bibi dan Tuan Aby sudah menghubungi Nona Senja tapi gak bisa tembus.
"Astaga....Kaila" tanpa pikir panjang Senja memacu langkahnya, berlari keluar dari Apartemen, ia menahan sebuah taksi dan segera menuju ke Rumah sakit dimana Aby bekerja, tentu Bi Asih membawa Kaila kesana.