John Ailil, pria bule yang pernah mengalami trauma mendalam dalam hubungan asmara, mendapati dirinya terjerat dalam hubungan tak terduga dengan seorang gadis muda yang polos. Pada malam yang tak terkendali, Nadira dalam pengaruh obat, mendatangi John yang berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka terlibat one night stand.
Sejak kejadian itu, Nadira terus memburu dan menyatakan keinginannya untuk menikah dengan John, sedangkan John tak ingin berkomitmen menjalin hubungan romantis, apalagi menikah. Saat Nadira berhenti mengejar, menjauh darinya dan membuka hati untuk pria lain, John malah tak terima dan bertekad memiliki Nadira.
Namun, kenyataan mengejutkan terungkap, ternyata Nadira adalah putri dari pria yang pernah hampir menghancurkan perusahaan John. Situasi semakin rumit ketika diketahui bahwa Nadira sedang mengandung anak John.
Bagaimanakah akhir dari kisah cinta mereka? Akankah mereka tetap bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Ocehan Angga
Setelah keluar dari kamar, John berjalan menuju ruang tamu sambil memberi isyarat pada Nadira. “Tolong buatkan minuman, ya. Ambil juga sedikit cemilan,” katanya singkat. Nadira mengangguk patuh, meskipun raut wajahnya tampak sedikit ragu.
John duduk di sofa, menghela napas berat. "Aku sudah berusaha menyembunyikan Nadira dari para sahabatku, tapi akhirnya ketahuan juga," gumam John lirih, menatap kosong ke arah ruang tamunya. Ia menghela napas berat, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk.
John tak pernah ingin menjalin hubungan romantis dengan Nadira, apalagi berniat untuk menikahinya. Tidak dengan Nadira ataupun dengan wanita manapun. Pendirian itu sudah ia tetapkan sejak lama, ia tak ingin terluka lagi seperti di masa lalu. Kenangan cinta yang gagal telah meninggalkan luka mendalam, dan ia tak mau mengambil risiko mengulangi rasa sakit itu.
"Menjelaskan bahwa Nadira tidak ada hubungannya denganku... mana mungkin Angga akan percaya? Apalagi setelah melihat dia di kamarku, lalu berlari memelukku seperti tadi," gumam John, lebih kepada dirinya sendiri. Ia tahu persis bagaimana Angga dan para sahabatnya, sekali melihat sesuatu yang mencurigakan, mereka tak akan berhenti mengulik hingga mendapatkan jawaban.
John memijit pelipisnya, merasa benar-benar buntu. "Angga pasti tidak akan menahan diri untuk menceritakan ini kepada yang lain," pikirnya dengan frustasi. Ia bisa membayangkan olok-olok yang akan datang dari mereka, dan itu hanya akan memperumit situasi.
Sekilas, John menoleh ke arah pintu kamar di mana Angga berada, yang kini tertutup rapat. "Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya dalam hati, diliputi rasa bingung yang kian menyesakkan.
Meskipun para sahabatnya sering mencampuri kehidupan pribadinya, John tak pernah merasa benci pada mereka. Ia tahu, meski terlihat mengganggu, rasa ingin tahu mereka muncul dari kepedulian yang tulus. Angga yang mengetahui keberadaan Nadira adalah salah satu contohnya, meski ia tahu situasinya sekarang jadi rumit, John memahami bahwa itu bukan karena niat buruk.
John tak pernah meragukan betapa solidnya persahabatan mereka. Dalam situasi terburuk sekalipun, mereka selalu ada untuknya, memberikan dukungan tanpa syarat. Kenangan akan momen-momen sulit yang mereka hadapi bersama selalu menguatkan John, mengingatkan bahwa memiliki teman seperti mereka adalah anugerah yang tak tergantikan.
Namun, ia juga sadar bahwa tak ada hal yang sempurna. Persahabatan mereka, seperti hal lainnya, memiliki kelebihan dan kekurangan. Rasa ingin tahu mereka mungkin kadang menjengkelkan, tetapi John tak bisa membayangkan hidup tanpa mereka. "Ini hanyalah harga kecil yang harus dibayar untuk hubungan yang begitu berharga," pikirnya, sambil mencoba menenangkan pikirannya yang kacau.
Tak lama kemudian, Nadira kembali membawa nampan berisi dua cangkir teh dan piring kecil dengan biskuit. Ia meletakkannya di meja di hadapan John sebelum duduk di sebelah pria itu. Matanya melirik ke arah kamar sejenak, kemudian ia menatap John penuh keraguan.
“Om John... pria tadi itu--?” Nadira akhirnya memberanikan diri bertanya. Namun sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, John memotongnya dengan suara tenang.
“Dia sahabatku, namanya Angga. Kau tak perlu khawatir, dia orang baik.”
Nadira terdiam, lalu mengangguk kecil. Tatapan penuh percaya diri di mata John membuatnya yakin. “Baik, Om,” jawabnya pelan.
Tak lama kemudian, suara pintu kamar mandi terbuka, dan Angga muncul dengan pakaian bersih milik John. Rambutnya masih basah, tetapi ekspresi tengil langsung terpancar di wajahnya saat ia melihat John dan Nadira duduk berdekatan.
John segera menoleh ke Nadira. “Kembali ke kamar sekarang,” ucapnya, nadanya lembut tapi tak bisa dibantah.
Nadira mengangguk patuh, berdiri, dan berjalan kembali ke kamar tanpa banyak bicara. Angga memerhatikan interaksi itu dengan senyum lebar. Begitu pintu kamar tertutup, ia tertawa kecil. “Wah, John. Jadi ini alasanmu belakangan ini susah diajak nongkrong. Ternyata menyimpan daun muda di apartemen!”
John mendengus, mencoba bersikap tenang meskipun wajahnya menunjukkan keengganan. “Mulutmu memang nggak pernah berubah, Angga,” balasnya dingin.
Angga tertawa lebih keras, duduk di sofa dengan santai. “Sumpah, aku nggak nyangka. Kau kecantol gadis muda. Aduh, tebakan Ello ternyata bener. Kamu lebih suka sama daun muda, ya? Pantesan kata Zion kamu sering kelihatan galau.”
John menghela napas kasar, mencoba mengendalikan rasa jengkel. "Sudahlah! Tak perlu membahas dia. Aku hanya menolong dia dan memberinya tempat berteduh sementara."
Namun, Angga malah tersenyum penuh arti. "Ohh... tempat berteduh sementara, sampai tidur di kamar pribadimu?" godanya dengan nada mengejek.
John mengerutkan alis, menatap sahabatnya tajam. "Jangan bilang kau selingkuh. Penampilanmu tadi benar-benar mencurigakan," balasnya, mencoba mengalihkan pembicaraan.
Angga tertawa kecil, mengangkat kedua tangannya seolah membela diri. "Mana ada! Aku mencintai istriku. Tadi benar-benar hanya kecelakaan." Ia berhenti sejenak, lalu kembali tersenyum penuh arti. "Tapi, John, gadis itu terlihat polos dan patuh padamu. Dan sepertinya kau juga menyukainya. Dia akan jadi istri yang sempurna buatmu," ujarnya seraya meraih cangkir tehnya.
John mendengus pelan, mengambil cangkir tehnya dan meneguk isinya sebelum menjawab. "Aku tidak berminat menjalin hubungan romantis," ujarnya datar.
Angga mengangkat bahu, menatap sahabatnya dengan campuran santai dan serius. "Jangan menutup diri pada cinta yang datang, John. Nanti kau menyesal," katanya, kali ini dengan nada yang lebih lembut dan penuh kepedulian. Namun sesaat kemudian ekspresi tengil di wajahnya kembali muncul. "Btw, jadi beneran, karena gadis itu kau sering galau?"
John menggelengkan kepala, memasang wajah frustrasi. “Angga, kau terlalu banyak bicara. Aku nggak perlu jelasin apa-apa, jadi mending kau diam,” ucapnya ketus.
Namun, bukannya diam, Angga malah semakin terhibur. “Santai, bro. Aku cuma kagum sama seleramu. Jangan lupa cerita lebih banyak nanti!” ujar Angga sambil terkekeh, membuat John mendengus kesal karena sudah tahu hal ini pasti akan jadi bahan olok-olok di antara teman-temannya.
"Menjalin hubungan dengan gadis yang lebih muda memang membutuhkan kesabaran, John," ujar Angga sambil bersandar santai di sofa. "Mereka itu biasanya penuh emosi, sensitif, tapi juga gampang luluh kalau kau tahu cara mendekatinya. Kau harus pintar-pintar membaca mood mereka."
John tetap duduk diam, mendengarkan dengan ekspresi datar.
"Misalnya, kau nggak bisa terlalu keras mengoreksi mereka. Kalau mereka salah, kau harus pelan-pelan memberi tahu, bukan seperti bos yang memarahi anak buahnya. Gadis muda biasanya lebih menghargai perhatian yang lembut," lanjut Angga sambil tersenyum tengil.
John mendengus pelan, tapi tak menyela.
"Dan satu lagi, mereka itu cenderung ingin dimanjakan. Nggak usah terlalu sering, sih, tapi perhatian kecil seperti membawakan makanan favoritnya atau sekadar bertanya bagaimana harinya itu berarti besar buat mereka," Angga tertawa kecil. "Pasti Nadira bakal langsung terharu kalau kau melakukannya."
"Aku tidak mencoba menjalin hubungan," potong John dengan nada datar, meskipun Angga hanya terkekeh.
"Ya, ya, aku tahu. Kau selalu bilang begitu. Tapi jujur saja, John, aku lihat caramu melindungi gadis itu. Kau jelas berbeda dengan biasanya. Biasanya kau nggak peduli urusan orang lain. Dan kau juga tahu, gadis muda seperti Nadira biasanya mudah sekali jatuh hati kalau ada pria dewasa yang melindungi mereka."
John menghela napas panjang, tapi Angga belum selesai.
"Dan terakhir, ini yang paling penting, gadis muda itu punya sisi yang bikin pria merasa hidup lagi. Mereka penuh semangat, punya cara pandang yang fresh. Kalau kau mencoba, mungkin kau sendiri bakal merasa jadi lebih baik. Siapa tahu, kau bisa sembuh dari masa lalu kelam itu."
John tetap diam, tapi pikirannya mulai bergelut dengan setiap kata yang diucapkan Angga. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri karena menyimak dengan begitu serius. "Kenapa aku malah mendengarkan semua ini?" batinnya gusar.
...🍁💦🍁...
.
To be continued
belajarlah membuka hatimu tuk nadira dan nadira walaupun msh polos dan lugu sangat cocok john sangat patuh n penurut.....
Sampai kapan john akan hidup bayang2 masalalu dan belajar melangkah masa depan bersama nadira....
masak selamanya akan menjadi jomblo abadi/perjaka tuwiiiir🤣🤣🤣😂
Angga sangat kepo dan pgn tahu sejak kapan john membawa gadis muda ke apartemennya....
untung john cpt plg nadira sampai ketakutan krn angga terus instrogasi nadira.....
lanjut thor update lg....