NovelToon NovelToon
Hijrah Cinta Sang Pendosa

Hijrah Cinta Sang Pendosa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:11.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

Demi menghindari kejaran para musuhnya, Azkara nekat bersembunyi di sebuah rumah salah-satu warga. Tanpa terduga hal itu justru membuatnya berakhir sebagai pengantin setelah dituduh berzina dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah dia lihat sebelumnya.

Shanum Qoruta Ayun, gadis malang itu seketika dianggap hina lantaran seorang pemuda asing masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan bersimbah darah. Tidak peduli sekuat apapun Shanum membela diri, orang-orang di sana tidak ada satu pun yang mempercayainya.

Mungkinkah pernikahan itu berakhir Samawa sebagaimana doa Shanum yang melangit sejak lama? Atau justru menjadi malapetaka sebagaimana keyakinan Azkara yang sudah terlalu sering patah dan lelah dengan takdirnya?

•••••

"Pergilah, jangan buang-buang waktumu untuk laki-laki pendosa sepertiku, Shanum." - Azka Wilantara

Follow ig : desh_puspita
Fb : Desy Puspita
tiktok : Desy puspita

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 33 - Shanum, Istriku.

"Ya Tuhan, kamu ngapain, Shanum!!" Setelah berhasil lepas dari kejaran Azkara, wanita itu mengutuk dirinya sendiri.

Sadar jika yang tadi dia lakukan sama hanya dengan bunuh diri, Shanum memilih bersembunyi di kamar mandi. Dalam kesendirian dia menerka-nerka sang suami tengah menunggunya di depan pintu.

Sebelumnya Azkara sudah mengetuk pintunya beberapa kali, tapi Shanum yang memang setakut itu untuk bertemu enggan keluar bahkan sengaja duduk bersandar di pintu tersebut.

Tak ubahnya bak seorang wanita yang bersembunyi dari kejaran seorang penjahat, dada Shanum berdegub tak karu-karuan lantaran khawatir tertangkap.

Padahal, jauh dari dugaan Shanum, sang suami sama sekali tidak ada niat untuk berbuat gila siang ini. Jika memang mau, sudah pasti Azkara akan mendobrak pintu kamar mandi tersebut dengan sekali tendangan.

Hanya saja, sebagai pria yang ingin mengikuti alur permainan istrinya, Azkara membiarkan Shanum dengan pilihannya. Sampai kapan bertahan di kamar mandi, nanti juga keluar sendiri.

Sekarang, dia lebih fokus memilih pakaian untuk hari raya yang dia minta kepada asisten pribadinya, Asraf. Sewaktu di rumah sakit Azkara memang pernah meminta pria itu untuk membeli cincin dan beberapa set pakaian siap pakai untuk pasangan suami istri.

Asraf yang mendapat perintah juga bingung pada awalnya karena Azkara tidak mengatakan pakaian itu untuk siapa. Akan tetapi, tepat di hari ini dia memberanikan diri untuk bertanya pada bosnya.

"Ehm, Bos, boleh saya tanya sesuatu?"

"Apa?" tanya Azkara tanpa menatap lawan bicaranya.

"Sebenarnya pakaian ini untuk siapa?"

"Untukku," jawab Azkara singkat sembari mencoba satu di antaranya dan memastikan penampilannya di depan kaca.

Jawaban Azkara jelas saja membuat Asraf mengerutkan dahi. Sejak kapan bosnya menyukai pakaian semacam itu? Selama ini Asraf ketahui, sekalipun di hari raya atau perayaan acara besar di luar urusan pekerjaan, seorang Azkara akan tetap memilih kaos hitam dan jeans robek-robek kesukaannya.

Seketika Asraf teringat akan kabar tak terduga dan memang sempat dia ragukan kebenarannya dari Rega beberapa saat lalu.

"Jadi berita itu benar, Bos?"

Azkara yang tengah mencoba baju kokonya seketika terhenti. Dia melayangkan tatapan tak terbaca ke arah Asraf sebelum pada akhirnya mengangguk pelan.

"Kau sudah dengar?"

"Iya, Rega yang memberitahu," jawab Asraf lagi.

Hening, tidak lagi terdengar tanggapan dari Azkara, dan tidak lagi ada pertanyaan dari Asraf. Suasana mendadak canggung, keduanya sama-sama bingung.

Asraf memilih menunduk karena sadar diri jika dia tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam urusan pribadi bosnya, terlebih perihal asmara. Sementara Azkara juga tidak berniat membahas hal ini lebih dalam, dia masih setia dengan kegiatannya.

"Hem? Tampan juga aku begini," pujinya tersenyum tipis melihat diri sendiri. "Aku ambil tiga ini, sisanya untukmu saja," lanjut Azkara memisahkan mana yang dia suka di antara tujuh set pakaian tersedia.

"Mohon maaf, Bos, bukan menolak rezeki, tapi saya belum punya pasangan ... untuk ap_"

"Tidak ada aturannya harus sama pasangan. Ambil saja, pakai bersama ibumu tidak masalah, Asraf," ucap Azkara bahkan sampai memotong pembicaraan asistennya saking tidak suka dibantah.

Terpaksa, Asraf yang sudah menemani Azkara sejak dia ogah-ogahan menjadi CEO Kv Corporation hingga kini serius dan kinerjanya tidak dianggap main-main jelas saja paham bagaimana watak bosnya.

Sekali dia mengambil keputusan maka tidak bisa diganggu gugat, dia tidak suka dibantah walau wataknya suka membantah. Karena itu, tidak ada hal yang bisa Asraf lakukan selain menerima dan mengucapkan terima kasih sekalipun ibunya sudah tiada sejak lama.

Begitu Asraf bersedia menerima pakaian tersebut, Azkara kembali memasukkannya ke dalam paper bag. Sebenarnya dia tidak menyangka akan melakukan hal ini, membeli pakaian saja tak terpikir.

Akan tetapi, sewaktu di rumah sakit Azkara mendadak ingat saja akan hari raya sebentar lagi tiba. Tanpa bertanya pada Shanum dia berinisiatif sendiri karena Azka perhatian para keluarga besarnya pasti selalu menggunakan pakaian berpasang-pasangan nantinya.

Di tengah kegiatannya, pintu kamar mandi terdengar dibuka. Saat itulah, Azkara dan Asraf menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Ketiga orang itu bereaksi berbeda, Shanum panik, Asraf terkejut sementara Azkara tersenyum tipis tatkala menyaksikan penampilan istrinya yang tampak lelah setelah menghabiskan waktu cukup lama di kamar mandi.

"Sayang?"

Pandangan Asraf beralih pada Azkara, panggilan bosnya untuk wanita itu cukup membuatnya terkejut tentu saja. "Namanya Shanum, Istriku," ucap Azkara seketika menjawab pertanyaan yang membekas dalam benaknya.

Tanpa ditanya, Azkara mengenalkan sang istri segera. Dia meminta Shanum untuk mendekat, mengenalkan Asraf sebagai asisten, begitu juga sebaliknya.

Asraf yang baru kali ini terpaku menatap istri bosnya. Tidak hanya kagum akan kecantikan, tapi bingung bagaimana bisa Azkara bisa mendapatkan istri seperti Shanum sementara dirinya bak pria tanpa Agama.

"Asraf ... hei!!"

"I-iya, Bos? Ada yang perlu saya lakukan lagi?" tanya Asraf gelagapan kala sadar jika Azkara sudah sampai meninggikan suaranya.

"Tidak ada, pergilah," usir Azkara dengan wajah super datar dan nada bicaranya amatlah berbeda.

Tidak lagi ada senyum keramahan, agaknya Asraf telah melakukan kesalahan besar yang membuatnya marah. Khawatir kemarahan itu akan semakin menjadi, Asraf segera pamit undur diri.

.

.

Sepeninggal kepergian Asraf, tinggalah mereka berdua saat ini. Dan anehnya, sekalipun Azkara sudah terlihat biasa saja, Shanum masih was-was dan takut sekali pada suaminya.

"Buka bajunya."

"Hah?!" Shanum sudah takut, jelas semakin berdegub tak karu-karuan mendengar perintah Azkara.

Rasa takutnya membuat Shanum tidak dapat berpikir jernih, padahal jelas-jelas di hadapannya ada beberapa pakaian yang memang harus dibuka.

"Iya buka, biar nyaman cobanya ... nih, aku pilih beberapa warna netral yang mungkin kamu suka," ucap Azka sesantai itu tanpa merasa bersalah.

Shanum yang telanjur berprasangka jelek pada sang suami jelas malu dibuatnya. Dia kembali bergegas ke tempat yang sekiranya tidak Azkara lihat untuk mencoba pakaian itu.

"Padahal aku bahkan sudah tahu letak tanda lahirnya, lebay sekali pakai acara lari segala," gumam Azkara sementara sang istri tidak berada di dekatnya.

Beberapa saat menunggu, Shanum kembali dengan pakaian baru yang akan mereka kenakan di hari raya. Sesuai dugaan, tebakannya memang tidak akan pernah meleset.

"Waw!! Coba kamu lihat ini," ajak Azkara memposisikan sang istri berdiri di depan cermin, dari atas sampai bawah Shanum memang sesempurna itu.

Shanum juga mengakui, dari bahan dan modelnya bisa dipastikan lebih mahal dibandingkan yang kerap Shanum kenakan, selera Azkara memang patut diacungi jempol sebenarnya.

"Cantik banget asli!! Kamu sadar, 'kan?" tanya Azkara selesai memuji sang istri yang lagi-lagi menundukkan pandangan.

Pujian cantik adalah hal lumrah bagi Shanum, sejak masih SMP sudah dia dapatkan. Anehnya, baru yang terlontar dari Azkara yang membuat Shanum sampai berdebar tak karu-karuan.

"Bentar, masih ada lagi." Azkara berbalik ke belakang dan mengambil kotak kecil di dalam laci.

"Sini tangannya," pinta pria itu begitu lembut sembari menyematkan cincin di jemari sang istri. "Perfect!! Lebaran kedua kita langsung ke Yogya pokoknya," seru Azkara lagi-lagi membuat Shanum mengerutkan dahinya.

"Semangat banget, sudah tidak sabar ketemu Abi ya?"

Azkara menggeleng cepat. "Bukan."

"Terus?"

"Sabila," jawab Azkara dengan tatapan tak terbaca dan sulit Shanum artikan di sana. "Dan juga si Martika," lanjutnya tersenyum smirk sampai Shanum berdesir dibuatnya.

.

.

- To Be Continued -

1
vit
😣😣😣
edf_15
Luar biasa
Devi Ambar Wati
Hai, aku penulis baru di sini :)
aku baru aja nulis karya yg berjudul "Narasi Dari Diksi", silakan mampir ya
Lestari Widodo
Kecewa
Lestari Widodo
Buruk
Hedarniaty Umar
novel sebelumnya apa yah ? aku kok kagak tau yg berhubungan dengan novel ini
Nani
mantap deh pokoknya
Sasa
ya allah bengek bayangin muka azkara🤣🤣🤣🤣🤣
vit
Bagus..
Lita Pujiastuti
shanum trauma dirawat di rnh sakit....😄
Lita Pujiastuti
ceritanya seru, konfliknya beda dr yg lain...suka banget jln ceritanya.
jadi ikut jatuh cinta sama azka...🤭
Ode Atina
menarik
luiya tuzahra
masih bnyak cara knp hrus dg cara menyakitkan sprti ini si azka gilaa,apapun alasannya azka bre ng sek siih klw menurutku sbg sorg wanita
luiya tuzahra
yg aku salut dr azka meskipun dia segila itu tpi tdk celap celup.
Lelita Ramadhanty
Buruk
Ani Regar
astaga 🤣🤣🤣🤣🤣
Ani Regar
🤣🤣🤣🤣
Erni Susanthy
Buruk
Gusni Yunita
Lumayan
Gusni Yunita
Biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!