"Aliza suka kak diva!!"
"gue gak suka Aliza!!"
"kak diva jahat!!"
"bodo amat"
apakah seorang Aliza akan melelehkan hati seorang ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek itu?atau Aliza akan menyerah dengan cintanya itu?
"Aliza,kenapa ngejauh?"
"kak diva udah pacaran sama Dania"
"itu bohong sayang"
"pret"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akuadalahorang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ILY(KETEMU)chapter 1
"ALIZA!!!"
Seseorang berdiri di depan pintu kamar seorang gadis yang masih terlelap, tak mendengarkan suara lantang abangnya yang terus membangunkannya. Dengan kesal, abangnya mulai menggedor pintu kamar adiknya yang masih malas bangun dari tidurnya.
"BUKA PINTUNYA ATAU GUE DOBRAK!!" ancamnya dengan nada tinggi, penuh emosi.
"APA SIH?!!"
Aliza akhirnya bangun dengan mata yang masih setengah tertutup. Kepalanya terasa berat, dan rasa kantuk belum sepenuhnya hilang. Melihat adiknya yang masih bermalas-malasan, Nathan—abangnya—tampak semakin geram.
"Bangun sekarang!!" bentaknya lagi.
"Iya, iya!!" balas Aliza dengan nada kesal.
Dengan langkah gontai, gadis itu bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Pintu ditutupnya dengan kasar, memperlihatkan rasa jengkel.
"Dasar ganggu banget, sumpah si Nathan!" gerutunya sambil meraih sikat gigi.
"Udah tahu gue lagi mimpi indah tentang Haechan, malah dibangunin. Jadi gagal deh gue ciuman sama Haechan di mimpi. Kesel banget!" tambah Aliza sambil menggosok gigi dengan ekspresi kesal.
---
Nathan duduk di meja makan bersama ibu dan ayahnya yang sedang menikmati sarapan. Wajahnya tampak kesal, masih jengkel dengan adiknya yang susah dibangunkan. Melihat ekspresi Nathan, ibunya hanya tertawa kecil.
"Kenapa, Nathan?" tanya ibunya dengan lembut.
Nathan hanya menggeleng tanpa berkata apa-apa.
"Adikmu memang selalu begitu, kan? Susah dibangunin," ujar ayahnya sambil melipat koran dan menyesap kopi hangatnya.
"Kan ini hari Senin. Harusnya dia sadar waktu, dong," keluh Nathan, melirik ibu dan ayahnya yang hanya tersenyum kecil.
Tiba-tiba terdengar suara lantang dari arah tangga.
"HELLO, EOMMA! APPA! OPPA!!!"
Aliza muncul sambil berlari menuruni tangga, suaranya menggema hingga ke dapur. Nathan menatap adiknya dengan sinis, tapi Aliza tak peduli. Ia langsung mengambil segelas susu dan menyantap roti yang sudah disiapkan ibunya.
Melihat wajah masam Nathan, Aliza memiringkan kepala, penasaran.
"Kenapa, Bang?" tanyanya santai.
Nathan tetap diam, tak menggubris. Aliza semakin bingung, lalu menoleh ke ibunya.
"Ibu, kenapa Bang Nathan cemberut gitu?"
Ibunya hanya tersenyum tipis.
"Abangmu kesel karena kamu susah bangun pagi," jawabnya singkat.
Aliza menatap Nathan dengan sinis, lalu mengangkat bahu sambil melanjutkan makan.
"Yaelah, Bang. Baru gitu aja marah. PMS, ya?" ejek Aliza.
Nathan langsung mengetuk kepala Aliza cukup keras.
"Aduh! Sakit, Bang!" protes Aliza sambil mengusap kepalanya.
"Lo sadar ini hari Senin, kan?" tanya Nathan tegas.
"Tahu lah," jawab Aliza polos, menatap abangnya.
"Kalau tahu, kenapa kamu malah begadang? Sudah tahu besok harus bangun pagi, malah begadang nonton!" seru Nathan, semakin kesal.
Aliza tersenyum kecut sambil menggaruk kepala yang tak gatal.
"Ya... kebablasan, Bang. Tanggung, mau lihat Sanha dulu," jawabnya dengan nada ceria.
Nathan langsung mengetuk kepala Aliza lagi, kali ini sedikit lebih keras.
"Sakit, Bang! APPA!!" keluh Aliza sambil mengadu.
Ayahnya hanya mengangguk, enggan ikut campur keributan anak-anaknya.
"Udah tau harus bangun pagi, malah begadang! Cepat siap-siap, kita udah telat!" bentak Nathan, lalu pergi meninggalkan meja makan.
"Iyaaa," jawab Aliza malas, menatap punggung abangnya dengan sinis.
"Hati-hati di jalan!" teriak ibunya mengingatkan.
"Iyaaa, Bu!" sahut Aliza sambil berlari
---
"Zia!!!"
Seorang gadis yang tengah tertidur di atas tumpukan buku langsung membuka matanya ketika mendengar namanya diteriakkan. Dengan tatapan setengah sadar, dia mencari asal suara itu. Ternyata, sahabatnya, Cesya, si cerewet, sedang berdiri di depannya dengan ekspresi kesal.
Namun, bukannya bangun, Zia malah kembali merebahkan kepala di meja. Cesya hanya bisa mendengus frustrasi sebelum duduk di depan Zia, bingung melihat kedua sahabatnya masih tertidur lelap.
"Bukannya ini hari Senin ya?" gumam Cesya sambil menggaruk kepalanya. Ia menatap sahabat-sahabatnya yang masih asyik dalam mimpi mereka.
"Dasar pemalas. Udah tahu ada upacara, masih aja tidur. Nggak kayak gue, rajin banget, kan?!" celotehnya sambil nyengir, meskipun dalam hati ia tahu sering juga dihukum guru BK.
Tiba-tiba, bunyi notifikasi ponsel memecah kesunyian.
"Wih, siapa nih pagi-pagi gini ngirim pesan? Oh, my baby Jack!" Cesya berkata dengan antusias saat membuka ponselnya. Namun, saat melihat isi pesan itu, senyumnya langsung menghilang.
Pesan dari Aliza:
"Gue udah duluan ke lapangan. Kalian di mana?"
"Dasar nggak solid!" gumam Cesya kesal sambil menutup ponselnya.
Lalu, dengan suara lantang, ia berteriak:
"Bangun! Upacara! Cepat siap-siap!"
Zia yang masih setengah sadar membuka matanya dan menatap tajam ke arah Cesya.
"Berisik banget sih, lo!" geram Zia sambil merapikan rambutnya yang berantakan.
"Lagian, lo pada pemalas banget!" sahut Cesya, mulai mengenakan dasinya.
"Pemalas? Terus lo apa, yang sering dihukum guru BK?" cibir Velyn, yang baru saja bangun dari tidurnya.
Cesya hanya nyengir tanpa membalas, sementara Zia dan Velyn mulai bersiap dengan enggan.
---
Di lapangan, Aliza sudah berdiri sendirian di barisan paling belakang. Kakinya terasa pegal meski baru beberapa menit berdiri. Dia jongkok sebentar untuk mengistirahatkan kakinya, merasa bosan dan kesepian karena teman-temannya belum juga muncul.
Sambil menunggu, Aliza membuka ponselnya, menghabiskan waktu dengan scrolling tanpa tujuan. Namun, tiba-tiba, bayangan gelap menutupi wajahnya, menghalangi sinar matahari yang menyengat. Aliza mendongak dan terkejut.
Di depannya berdiri seorang laki-laki berkulit putih, berwajah datar, dan bertubuh tinggi. Tatapan dinginnya langsung membuat Aliza terdiam.
"Bangun. Upacara mau dimulai." suara laki-laki itu terdengar dingin namun tegas.
Aliza buru-buru berdiri dan mundur beberapa langkah. Jarak wajah mereka yang terlalu dekat membuat pipinya merona.
"K-kamu siapa?" tanyanya pelan, matanya terpaku pada ketampanan pria itu.
"Ketua OSIS," jawabnya singkat sebelum berbalik dan pergi.
Aliza hanya berdiri mematung, wajahnya terlihat seperti orang yang sedang ngebug.
"Kenapa lo bengong gitu?" suara Velyn tiba-tiba memecah lamunannya. Gadis itu langsung merangkul Aliza, yang masih terdiam.
"Dia siapa?" tanya Aliza, suaranya pelan sambil menunjuk ke arah seorang laki-laki.
Namun, yang dia tunjuk malah seorang pria bertubuh gendut di barisan depan.
"Selera lo turun drastis, Aliza," ledek Zia sambil tertawa.
"Bukan dia, gila!" balas Aliza kesal.
"Terus siapa?" tanya Cesya penasaran.
Sebelum Aliza sempat menjawab, suara dari pengeras suara menggema:
"UPACARA DIMULAI!"
Dan begitulah, mereka semua buru-buru masuk ke barisan, meninggalkan pertanyaan Aliza yang belum terjawab.
---