Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab15
Ceklek....
"Assalamualaikum...."
"Wa'alaikum salam..."
Malika masuk ke dalam apartemen dengan membawa banyak tentengan, dan di kaget melihat ada sahabat sahabat sang suami, dia sudah mengenal ke dua laki laki tersebut.
"Ehhh.... Ada tamu" cengir Malika tidak enak hati.
Sandi dan Tomi tersenyum ke arah Malika.
"Baru pulang nyonya boss" ujar Sandi dan Tomi berbarengan.
"Iya... Kak" jawab Malika dengan sopan, dia lansung menuju sang suami, dan mengambil tangan suaminya menyalami dengan takzim.
Seketika hati Refandi menghangat dengan perlakuan manis sang istri, dia mengelus lebih kepala sang istri dan melabuhkan satu kecupan manis di jidat sang istri, tentu saja membuat wajah Malika memerah karena ulah sang suami.
"Hmmm... hmmmm.... Anggap aja kami tembok" sindir Tomi yang masih jomblo itu, sementara Sandi hanya senyum senyum tak jelas membayangkan wajah sang istri, namun Refandi masa bodo dengan sindiran sahabatnya itu, dia malah fokus sama jinjingan sang istri.
"Bawa apaan sayang?" tanya Refandi melihat jinjingan sang istri.
"Ini... Lika tadi mampir ke pasar nyari ramuan buat kaki mas, kita ikhtiar pak ramuan tradisional juga ya mas, semoga ada hasil" ujar Malika tersenyum lembut kepada sang suami.
Nyesss....
Hati Refandi serasa di sirami air di padang pasir yang gersang, sejuk itulah yang Refandi rasakan, selama ini keluarganya hanya mencari pengobatan dari medis dan mengikuti arahan dokter dan di bilang Refandi cacat dan tidak bisa berjalan pagi, mereka hanya pasrah tanpa mencari pengobatan lainnya, seolah olah fonis dokter itu paling benar dan tidak mengupayakan pengobatan lainnya, kini datang orang baru dalam hidupnya, lansung dengan gesit mencari segala cara agar dia kembali bisa berjalan.
"Terimakasih...." ujar Refandi berkaca kaca, dia tak mampu lagi untuk berkata kata, begitu gigihnya wanita berstatus istrinya itu mengupayakan kesembuhan untuk dirinya.
"Jangan berterimakasih dulu mas, ini belum ada hasilnya dan sudah sepantasnya aku mengupayakan kesembuhan mas, karena mas suami ku, dan satu lagi... Mas menerima segala kelebihan dan kekurangan ku, baru sehari menjadi istri mas, Lika sudah mas manjakan dengan segala fasilitas yang tidak pernah Lika rasakan selama ini, tanpa mas memberikan fasilitas itu, Lika akan tetap mengupayakan kesembuhan mas, karena mas sudah memberi tempat tinggal yang layak untuk Lika dan mas baik sama lika, itu sudah cukup buat Lika mas" ujar Malika berkaca kaca.
Sandi dan Tomi ikut meleleh melihat pemandangan yang haru biru itu, di dalam hati mereka, semoga ke dua orang itu tidak ada yang memisahkan, cukup sudah penderitaan yang di rasakan sepasang suami istri itu, saatnya mereka bahagia tanpa ada cobaan lagi.
"Mas sudah makan?" tanya Malika.
"Belum sayang" ujar Refandi dengan tersenyum hangat.
"Klau gitu tunggu sebentar ya, Lika masak dulu" ujar Malika buru buru masuk ke dalam kamar mengganti pakaian nya dan kembali keluar menuju dapur untuk memasak untuk sang suami dan ke dua sahabat suaminya.
Sebelum memasak lauk. Malika memasak nasi dan baru lah meracik bumbu bumbu.
Malika siang ini memasak ayam rica rica, cumi saos padang, kol goreng, kerupuk, satu jam berlalu Malika selesai memasak makan siang dan di membersihkan perabotan yang dia gunakan untuk memasak, setelah itu baru lah dia menyuruh suami dan sahabat suaminya itu makan.
"Mas ayo makan dulu..." ajak Malika.
Mereka lansung beranjak dari ruang tamu tersebut menuju arah dapur, perut mereka memang sudah keroncongan gara gara mencium aroma masakan Malika yang sangat menggugah selera itu.
Malika mendorong kursi roda sang suami dengan perlahan, lalu memindahkan suaminya duduk di kursi, Malika melayani suaminya dengan telaten, itu semua tidak luput dari pandangan para sahabat sang suami.
Ini kali pertama mereka melihat Refandi di layani oleh wanita, dulu saat bersama tunangan yang sangat mencintai Refandi saja tidak pernah wanita itu melayani Refandi justru wanita itu yang selalu minta di layani tanpa tau malu, mengingat itu semua membuat hati Tomi memanas, semoga saja mantan Refandi itu tidak balik lagi mengganggu kehidupan Refandi dan Malika.
Begitupun dengan Sandi, dia sudah lumayan lama menikah tidak pernah di masakan oleh sang istri, bahkan makan pun mereka mengambil masing masing, melihat pemandangan di depan mata itu, membuat sedikit iri di dalam hatinya, ada terbersit oleh Sandi untuk membawa sang istri makan bersama Malika, agar istrinya itu belajar cara melayani suami dengan baik, bukan hanya pintar di ranjang saja, tapi melayani di meja makan seperti ini, walau istrinya tidak pintar memasak setidak tidaknya, istrinya itu bisa meyalani seperti malika mengambilkan nasi, lauk pauk dan minum, iri rasanya hati Sandi melihat itu semua.
"Hmmm... Masakan kamu enak sekali Lika, apa boleh nambah?" tanya Tomi yang saat makanan masuk ke dalam mulutnya, dia begitu menyukai cita rasa dari masakan Malika, bukan hanya aromanya yang enak ternyata rasanya jauh lebih enak.
"Boleh, makan saja klau kakak masih mau, tidak masalah" ujar Malika, dia senang kalau makanannya di sukai oleh tamunya itu.
Refandi bangga dengan sang istri kecilnya itu, walau pun kecil namun pemikiran sang istri jauh lebih dewasa dari wanita seumuran dia, dia pandai memasak, pandai mengurus rumah, pandai mengurus suami tanpa mengeluh sedikit pun.
"Mas mau tambah?' tanya Malika kepada sang suami.
"Hmmm..." jawab Refandi karena mulutnya penuh dengan makanan.
Malika kembali menambahkan nasi dan lauk pauk ke dalam piring sang istri.
"Kamu juga makan sayang, jangan hanya melayani mas saja" ujar Refandi.
Malika tersenyum dan mengaguk dia ikut serta makan di meja yang sama bersama suami dan ke dua sahabat suaminya itu.
Bersambung...