Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Dendam dan Kebencian
"Siiingg..."
"Jaga bicaramu Lin Tian." Hao Yu berkata dingin sambil menodongkan goloknya kearah leher Lin Tian.
Pemuda itu hanya melirik sebentar kearah bilah golok Hao Yu yang memantulkan bayangan dirinya sendiri, kemudian kembali menatap kedepan dengan muka tenang seolah-olah dia tidak sadar jika nyawanya sedang terancam. Lalu terdengar dia berkata, "Hao Yu, aku berkata itu cuma kemungkinan, mengapa kau begitu marah padaku? Lagipula kau pasti juga sadar jika perkataanku barusan sangatlah masuk akal."
"Tapi kau berkata seolah-olah Nyonya dan Nona berpotensi untuk mengkhianati keluarga sendiri. Aku Hao Yu, sebagai seorang pengawal yang setia tak akan pernah mau menerima pernyataan itu dan kau Lin Tian, tarik kembalj ucapanmu!!" Hao Yu membentak dengan muka merah menahan amarah sambil memelototkan matanya.
"Jika aku menolak?"
"Golokku lah yang akan bicara!!!"
Hening sejenak setelah terdengar suara bentakan dari Hao Yu itu. Lin Tian masih tenang-tenang saja tanpa menampakkan ekspresi takut atau khawatir sedikitpun. Tak lama kemudian, pemuda ini menoleh kearah Hao Yu dan berkata, suaranya sangat menyeramkan hingga membuat hati Hao Yu sedikit terguncang.
"Lalu....bagaimana jika ucapanku ini benar??"
Mendengar jawaban sekaligus pertanyaan singkat dari Lin Tian, Hao Yu membolatkan matanya terkejut. Tak mungkin jika Nyonya atau Nonanya berkhianat kepada keluarga sendiri, begitulah pikirnya. Akan tetapi di lain sisi, dirinya juga berpikir apa yang dikatakan Lin Tian cukup beralasan dan masuk akal.
Karena semua informasi tentang isi pertemuan itu hanya diketahui oleh para perwakilan dari setiap keluarga sedangkan untuk para pengawal dilarang masuk keruang pertemuan dan harus menunggu di luar. Dan untuk rencana penggabungan keluarga Xiao dan Hu, informasi ini bahkan dalam keluarga sekalipun hanya diketahui oleh orang-orang tertentu, termasuk dirinya sendiri yang menjadi pengawal Nona muda keluarga.
Ini semua menjelaskan jika yang paling tahu betul tentang semua informasi baik masalah internal keluarga ataupun isi diskusi dalam pertemuan itu adalah Xiao Lian, Xiao Niu dan Xiao Mei, ditambah Xiao Li yang pasti juga tahu tentang semua permasalahan di dalam keluarga yang ia pimpin. Tetapi mengapa informasi tentang penggabungan dua keluarga bisa menyebar sampai ke telinga penduduk dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam? Ada pengkhianat ataukah Lin Tian yang membohong?
Jika memag ada pengkhianat, memang yang memiliki kemungkinan terbesar adalah Nyonya dan Nona mudanya. Berpikir sampai di sini, hatinya merasa bimbang dan juga ragu, mana yang harus dipercaya? Lin Tian ataukah Nyonya dan Nonanya? Karena keraguannya itu, tanpa sadar Hao Yu sudah menurunkan todongan goloknya dan menundukkan kepala.
"Heh, kau meragukan Nonamu? Dan kau masih berani berkata kalau kau itu pengawal yang setia? Cih, sungguh tak tahu diri!!" Kata Lin Tian sarkas sambil memandang tajam kearah Hao Yu.
"Apa kau lupa jika ada pengkhianat itu hanyalah salah satu dari dua kemungkinan yang tadi kukatakan?" Lanjutnya.
Mendengar kata-kata Lin Tian, seperti tersadar dari alam mimpi, Hao Yu langsung mengangkat kepala memandang Lin Tian dengan wajah berseri.
"Ya, kau benar! Aku yakin tak ada pengkhianat di keluarga ini, tak mungkin!! Pasti keluarga Hu itu telah menyiapkan orang untuk menyebarkan informasi ini." Ucapnya penuh semangat.
"Kemungkinan memang begjtu. Karena saat aku mendengar informasi ini dari warga sekitar yang sedang bercakap-cakap dengan temannya, orang itu mengatakan jika dirinya sudah lama tidak suka terhadap keluarga Hu, padahal Tuan Xiao bilang kalau dari dulu tujuh keluarga penguasa selalu hidup damai dan baru ada keanehan-keanehan setelah diangkatnya ketua baru yaitu Hu Kai." Jelas Lin Tian.
"Juga jika dari dulu tujuh keluarga selalu hidup damai, itu artinya mereka tidak pernah saling bersinggungan satu dengan yang lain. Lalu mengapa pula orang itu yang hanya sebagai rakyat biasa tidak suka terhadap keluarga Hu. Apakah dia memang tidak suka terhadap keluarga Hu karena ada suatu masalah ataukah itu semua hanya sekedar sandiwara saja?" Lanjutnya menjelaskan.
"Masuk akal...masuk akal...." Hao Yu bergumam sambil mengangguk-anggukkan kepala.
"Sudahlah kita lihat saja hasil dari pertemuan nanti malam. Dan untuk saranmu, baiklah aku akan pergi besok karena aku sudah berjanji kepada Nona Xiao Niu untuk tinggal selama tujuh hari di sini dan sekarang adalah hari terakhir." Kata Lin Tian sembari bangkit berdiri.
"Kalau begitu aku pergi dulu." Setelah berkata demikian, Lin Tian lenyap dari atas batu itu seperti tak pernah berada di sana sebelumnya.
Hao Yu kembali dikejutkan dengan kepandaian Lin Tian yang luar biasa sehingga pria ini hanya mempu berdiri kaku sambil memandang kagum kearah kepergian Lin Tian.
"Seorang yang luar biasa...." Gumamnya.
...****************...
Hari ini adalah hari terakhir Lin Tian numpang tidur di kediaman keluarga Xiao, hari ini juga menjadi hari dimana seharusnya pedangnya selesai dibuat sesuai yang dijanjikan sang kakek kala itu. Karena itulah Lin Tian sangat bersemangat pagi ini dan ingin cepat-cepat melihat pedang barunya.
Pemuda ini terus melakukan perjalanan cepat menuju selatan Kota Batu untuk mendatangi Pandai Besi Selatan tempat dirinya membuat pedang. Lin Tian pergi kesana dengan cara melompati atap-atap rumah penduduk dan sesekali mendarat lalu berlari cepat. Sungguh hebat gerakan pemuda ini, jika ada orang melihat, pasti yang terlihat hanyalah bayangan merah yang berkelebat kesana-kemari.
Lima menit berlalu dan kini Lin Tian sudah memasuki wilayah selatan Kota Batu, ia terus lurus kearah selatan menuju sebuah hutan kecil yang berada di sana. Memang tempat Pandai Besi Selatan sedikit terasing dari rumah para penduduk, tempat ini berdiri di sebuah hutan yang di dalamnya sangat jarang ditemui rumah-rumah.
Akan tetapi bukan berarti tidak ada yang mengenal pandai besi ini. Justru sebaliknya, tidak ada yang tidak kenal dengan pandai besi ini, apalagi di kalangan para pendekar, banyak dari mereka yang mendatangi Kota Batu hanya untuk mampir ke pandai besi ini. Agaknya memang benar ucapan kasir penginapan waktu itu, jika pandai besi ini adalah pandai besi terbaik di seluruh wilayah selatan.
Karena itu pula, sebagian besar dari para pengunjung pandai besi ini adalah para ahli seni beladiri baik yang amatir maupun yang sudah kosen.
Akan tetapi ketika Lin Tian sampai di sana, ia dibuat terkejut dengan suara hiruk pikuk dan maki-makian dari arah belakang bangunan pandai besi tersebut. Lin Tian juga mendengar suara beradunya senjata dan angin menyamba-nyambar, tahulah ia bahwa ada seorang ahli beladiri sedang melakukan pertempuran.
"Ada apa ini?" Gumam Lin Tian heran yang melihat di dalam gedung itu kosong melompong akan tetapi terdengar suara sangat berisik dari arah belakang bangunan.
Tanpa menunggu lama lagi, Lin Tian lalu mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan langsung melompat ke genteng bangunan. Kemudian dia mengendap-endap untuk menengok kearah belakang bangunan.
Makin terkejutlah dia, ternyata di sana sedang terjadi pertempuran yang cukup hebat. Jika ditaksir mungkin ada ratusan orang yang sedang bertempur mati-matian disana.
Satu pihak memakai pakaian serba hitam dan pihak lainnya berpakaian macam-macam, ada yang memakai jubah seorang biksu, ada juga yang berpakaian seperti seorang sastrawan. Lin Tian juga melihat di sana terdapat seorang pandai besi berotot yang dahulu ingin membuatkan pedang untuknya akan tetapi tidak jadi karena dirinya tak kuat menahan hawa dingin kristal Lin Tian.
Orang ini memakai kapak besar sebagai senjata dan dengan kapak itu dia menebas-nebas para pendekar berpakaian hitam. Terlihat pula tujuh orang lainnya yang memakai pakaian sama dengan pria berotot itu ikut menyerang orang-orang pakaian hitam.
Kemudian Lin Tian kembali terkejut sampai membuatnya hampir pingsan. Karena di sana juga terlihat kakek buntung yang sepertinya ketua dari Pandai Besi Selatan ikut bertarung melawan orang-orang pakaian hitam. Melihat ini, Lin Tian menjadi terkejut sekaligus kagum, dia tak menyangka jika kakek buntung itu mampu memainkan tongkat penyangganya dengan sangat baik sebagai senjata. Dia juga tak menyangka jika ilmu kepandaian kakek itu sangat tinggi sehingga mampu melemparkan beberapa orang dengan sekali sabetan tongkat.
Kemudian tiba-tiba Lin Tian mengerutkan keningnya, entah kenapa dia seperti tidak asing dengan para pendekar pakaian hitam itu. Pemuda ini mencoba berpikir keras untuk mengingat-ngingat, setelah beberapa menit, tiba-tiba dia mengepalkan tangannya sembari menggertakkan giginya.
Dia ingat sekarang, pakaian hitam itu adalah pakaian yang sama dengan pakaian para pendekar golongan hitam yang menyerbu kediaman pemimpin keluarga Zhang kala itu. Setelah dia memastikan kembali untuk memperkuat keyakinannya, ternyata memang benar, gerakan silat dan gaya bertarung dari orang-orang berpakaian hitam itu ssama persis seperti para pendekar penyerbu keluarga Zhang.
Setelah mengetahui kenyataan ini, kemarahannya memuncak dan sedetik kemudian Lin Tian sudah meloncat dari atas genteng dan turun kemedan tempur. Tepat ketika kakinya menginjak tanah, pemuda ini langsung mainkan Ilmu Silat Halimun Sakti miliknya dan mengamuk bagaikan seekor singa kelaparan.
Tentu saja hal ini membuat terkejut baik dari pihak pendekar pakaian hitam maupun pihak yang membela Pandai Besi Selatan. Akan tetapi melihat pemuda itu menyerang para pendekar pakaian hitam, legalah hati orang-orang pembela Pandai Besi Selatan karena mandapat bala bantuan sungguhpun hanya satu orang.
"Tuan....!??" Teriak pandai besi berotot terkejut ketika mengenali Lin Tian. Melihat ini, dirinya menjadi makin semangat dan makin gencar melancarkan serangan kapaknya.
Sedangkan untuk Lin Tian, sungguh hebat sepak terjang pemuda ini. Setelah dirinya bergabung dalam pertempuran, sebentar saja keadaan menjadi berat sebelah. Sekarang ini pihak para pendekar pakaian hitam terdesak hebat akibat kedatangan Lin Tian. Bagaimana tidak, tadi saja ketika baru turun dari genteng pemuda ini sudah mampu merobohkan tiga orang. Tahulah mereka semua kalau orang yang baru datang ini adalah seorang pendekar sakti.
Tiba-tiba dari arah kanan Lin Tian, menyambar angin pukulan dahsyat yang berhawa panas. Menyadari hal ini Lin Tian lalu menggerakkan tangan kanan sambil mengerahkan hawa Yin miliknya untuk menangkis.
"Deessss....!!"
Angjn pukulan itu mampu ditangkis oleh Lin Tian, akan tetapi sebelum Lin Tian menurunkan tangannya kembali, meluncur bayangan hitam yang langsung menghantamkan pukulannya kearah lambung Lin Tian.
"Haaa....!!"
Lin Tian berteriak keras sambil membuang dirinya kebelakang. Kemudian disusul dengan beberapa kali memutar tubuh di udara, Lin Tian mampu mendarat dengan sempurna.
Ketika Lin Tian memandang si penyerang gelap barusan, orang itu memakai jubah hitam dan mengenakan sebuah topeng putih berbentuk wajah manusia akan tetapi tanpa adanya hidung dan mulut, yang ada hanyalah lubang pada bagian mata dan hiasan titik hitam di bawah mata kiri. Dari ujung rambut sampai kaki semuanya hitam, hanya topeng itulah yang berwarna putih.
"Siapa kau!?" Lin Tian bertanya membentak.
Orang itu tak menjawab. Akan tetapi tubuhnya gemetaran seperti seseorang yang sedang menahan marah.
Lalu orang itu mencabut pedangnya dan langsung kembali menerjang kearah Lin Tian. Lin Tian yang melihat hal ini mendengus kesal dan ikut mencabut pedang bututnya untuk menangkis serangan lawan.
"Traaanggg....traaakk"
Pedang Lin Tian mampu menangkis pedang pendekar itu, akan tetapi sedetik kemudian pedangnya hancur lebur hanya menyisakan gagangnya saja.
"Sialaan!!!" Pemuda ini berteriak kesal dan melemparkan gagang pedang itu kearah wajah pendekar bertopeng. Kemudian ia mengambil sarung pedangnya untuk dijadikan senjata.
Pendekar bertopeng itu mampu menghindari lemparan gagang pedang Lin Tian dengan mudahnya, kemudian kembali ia menerjang dengan jurus mematikan.
"Trangg....traangg....tranngg"
Bunga api bertebaran ketika pedang itu bertemu sarung pedang Lin Tian. Namun kali ini Lin Tian harus kembali merasa kecewa karena sarung pedangnya juga bernasib sama seperti isinya, hancur lebur berantakan.
Tak ada pilihan lain, Lin Tian lalu menghadapi pendekar itu dengan tangan kosong.
Hingga empat puluh jurus berlalu dan belum terlihat siapa yang akan kalah. Mereka tak sadar jika pertempuran sudah mendekati akhir dan hampir dimenangkan oleh pihak Pandai Besi Selatan.
"Hiaaa....!!"
Ketika mencapai jurus yang ke empat puluh lima, Lin Tian mengeluarkan rangkaian jurus ke tiga dari tujuh jurus Ilmu Silat Halimun Sakti. Jurus ini bernama 'Embun Waktu Fajar' yang termasuk jurus serangan dengan cara memukulkan kedua tangannya dengan kecepatan luar biasa kearah jalan-jalan darah mematikan dari lawan.
Kerepotan juga pendekar bertopeng menghadapi serangan ini. Kemudian dia lalu meloncat kebelakang untuk mengambil jarak. Terlihat dada orang itu naik turun karena kehabisan nafas.
"Siapa kau sebenarnya!?" Lin Tian kembali bertanya.
Namun sama seperti sebelumnya, orang itu tidak menjawab dan memegang pedangnya erat-erat bersiap melakukan serangan berikutnya. Lin Tian juga tak tinggal diam, pemuda ini juga memasang kuda-kudanya untuk menghadapi terjangan lawan.
Sedetik kemudian, kedua orang ini melesat kedepan dengan kecepatan hampir berbareng. Mereka telah mengerahkan tenaga dalam sepenuhnya kedalam serangan ini dan...
"Booommm!!!" Terdengar suara keras ketika mereka bertemu.
Akan tetapi suara itu bukan suara dari serangan mereka yang beradu, melainkan suara serangan mereka yang ditahan oleh seseorang.
Ternyata orang yang baru datang itu adalah seorang yang juga memakai topeng sama seperti orang bertopeng putih, bedamya orang yang baru datang ini topengnya berwarna merah gelap.
"Cukup!!" Kata pria topeng merah dengan pengerahan tenaga dalam yang membuat semua orang disana mampu mendengarnya dengan jelas.
Pria ini berkata sambil tangan kanannya menahan tusukan pedang topeng putih dengan cara menghimpitnya di antara dua jari dan tangan kiri menahan serangan Lin Tian dengan pengerahan tenaga dalam unsur Yang.
Karena tenaga Yang miliknya lebih tinggi daripadan tenaga Yin Lin Tian, hal ini sontak membuat tenaga pemuda itu membalik dan mengakibatkan dia terpental kebelakang sejauh tiga tombak. Setelah Lin Tian mendarat dan menstabilkan kedudukannya, wajahnya menjadi pucat dan nafasnya terengah-engah. Tangan Lin Tian terasa sangat panas seperti dibakar kobaran bara api ketika telapak tangannya bertemu tangan si topeng merah.
Di lain pihak, si topeng merah juga sedikit terkejut melihat Lin Tian mampu menahan serangannya tanpa terluka sedikitpun. Padahal menurut perkiraannya, pemuda itu seharusnya menderita luka dalam yang cukup hebat. Akan tetapi Lin Tian hanya terpental dan wajahnya menjadi pucat hanya karena kaget, bukan karena luka dalam.
Melihat datangnya si topeng merah, semua pendekar pakaian hitam langsung berlutut memberi hormat kecuali si topeng putih yang masih berdiri dan memberi hormat hanya dengan menjura.
"Kita mundur..!!" Kembali topeng merah berucap tenang akan tetapi dengan pengerahan tenaga dalam.
Mendengar perintah itu semua orang yang berlutut langsung menjawab serempak, "Siap!!" Kemudian mereka semua berkelebatan pergi dari situ termasuk topeng merah dan topeng putih tanpa mempedulikan mayat rekan-rekannya yang masih berada di sana.
Para pendekar yang masih tersisa hanya memandang dengan raut wajah heran melihat kepergian mereka. Entah kenapa mereka merasa si topeng merah tadi datang seperti sedang terburu-buru. Tetapi di sisi lain, legalah hati mereka karena para musuh sudah pergi meningalkan tempat itu.
Tak lama kemudian keheranan mereka terjawab. Beberapa menit setelah pendekar-pendekar itu pergi, terdengar suara gemuruh kaki kuda mendekati tempat tersebut. Setelah sampai di sana, ternyata rombongan berkuda itu adalah para petugas keamanan Kota Batu. Tahulah mereka semua jika tadi si topeng merah terlihat terburu-buru adalah karena mungkin dia sudah mengetahui tentang kedatangan rombongan ini.
"Ada apa ini!??" Tanya seorang pria paruh baya tegas yang sepertinya menjadi pemimpin rombongan ini. Dia terkejut melihat banyak sekali mayat berserakan di halaman belakang toko pandai besi itu.
"Kami diserang oleh sekelompok pendekar golongan hitam dan kalian datang sangat terlambat." Jawab kakek buntung yang sekaligus sedikit mencela kepada para petugas itu.
Mendengar jawaban itu, pemimpin rombongan diam sejenak lalu menjawab, "Maafkan kelalaian kami dalam menjalankan tugas Tuan." Orang itu berkata hormat.
Kemudian dia memerintahkan anak buahnya untuk segera membantu para pendekar menguburkan mayat-mayat itu.
"Terima kasih telah datang menolong kami nak." Kakek buntung berkata yang tiba-tiba sudah berada di samping Lin Tian.
"Tidak masalah Tuan, lagipula aku kemari untuk mengambil pesanan pedangku." Jawab Lin Tian yang sedikit heran dengan panggilan kakek itu padanya. Seingatnya dahulu ketika dirinya memesan pedang, kakek itu memanggilnya dengan sebutan Tuan. Akan tetapi sekarang berubah menjadi 'nak'.
"Sudah kuduga seperti itu. Mari ikut aku " Kakek itu berkata sambil membalikkan tubuh memasuki toko.
Lin Tian hanya mengikuti dari belakang sambil berpikir mengapa para pendekar penyerang keluarga Zhang bisa berada di Selatan? Dan jika mereka benar-benar para penyerang waktu itu, bukankah hal ini menjelaskan sudah tak ada lagi tempat aman bagi Lin Tian baik di Utara maupun Selatan? Berpikir sampai sini, dia teringat akan Nona mudanya Zhang Qiofeng, perasaan Lin Tian makin tak karuan karena sangat mengkhawatirkan keadaan Nona mudanya itu.
"Semoga anda baik-baik saja Nona...."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
......|•BERSAMBUNG•|......