Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Hmm... Mmm... Dek, abang mau tanya boleh? " tanya Devan ragu Devan, menatap sang adik tidak enak hati.
"Mau tanya apa? " tanya Sabira acuh dia masih saja sibuk dengan mes krimnya, setelah makan siang, dengan segala bujuk rayunya Devan mengajak sang adik jalan jalan, Sabira yang tidak enak hati melihat wajah memelas sang abang, terpaksa mengiyakan saja.
"Mmm... T-tapi adek jangan tersinggung ya." ucap Devan lagi dengan perasaan campur aduk.
"Ya udah sih, tanya aja, sudah biasa juga aku di tuduh yang bukan bukan, jadi abang nggak usah khawatir." santai Sabira.
Santai buat Sabira, tapi bagai pisau menghantam dada Devan, dia sangat tau apa yang di bilang sang adik.
"Maaf." sendu Devan.
"Kenapa abang minta maaf, memang abang punya salah? " kekeh Sabira.
Devan hanya bisa menarik nafas berat.
"Abang mau nanya apa sih? " gemes Sabira.
"I-tu, adek kan keluar dari rumah nggak ada membawa sepersen pun uang dan bahkan kartu ATM adek, adek tinggalin di rumah, lalu adek hidup hari hari di luar sana pakai apa? " tanya Devan hati hati.
Sabira terkekeh mendengar pertanyaan sang abang.
"Abang mikirin Bira? " tanya Sabira.
"Tentu saja, kamu adek abang." gemes Devan.
Sabira kembali terbahak, padahal mah hatinya menghangat mendengar klau sang abang selalu memikirkannya.
Kini wajah Sabira berubah serius.
"Abang tenang saja, tanpa uang dan kartu ATM dari mereka, aku bisa hidup baik baik aja kok, aku dari tahun lalu sudah bekerja part time, dan abang tau sendiri, klau aku ini anak yang pintar, sering ikut lomba, dan ikut Olimpiade dari sekolah dan aku selalu menang, sudah pasti aku dapat uang, dan uangnya aku tabung, selama ini pun aku jarang memakai uang dan kartu ATM dari mereka, klau uangnya, suka di rampas sama anak kesayangan mereka, tapi abang nggak akan percaya, yang sudah lah, aku juga nggak perduli." acuh Sabira.
"Selama ini aku pulang malam, kalian bilang aku anak bandel, anak yang memalukan keluarga, nggak patuh dan penurut seperti anak kesayangan papa dan mana itu, saat aku pulang larut, lansung di cecar dengan kata kata pedas, tanpa bertanya, kenapa aku terlambat pulang, ada masalah atau tidak, sudah makan atau belum, dari mana, pergi sama siapa, kan nggak ada yang bertanya sama aku, hanya bisa menyalahkan aku, tanpa mencari tau dulu." ujar Sabira mengeluarkan uneg unegnya.
Sungguh perkataan sang adik bagai tamparan keras untuk Devan.
"Maaf." lagi lagi Devan meminta maaf kepada sang adik dengan wajah yang sendu.
"Ahhh... Sudah lah, lupakan saja, toh sudah lewat ini, nggak perlu di ingat ingat, membuat sakit hati aja." acuh Sabira.
"Kamu kerja di mana, dan kerjanya apaan, berat nggak pekerjaannya, mulai sekarang nggak usah kerja lagi ya, biar abang yang menafkahi kamu." bujuk Devan.
Sabira hanya tersenyum simpul, mendengar permintaan sang abang.
Sabira menggelengkan kepalanya, " nggak usah bang, aku bisa menghidupi diriku sendiri, dan pekerjaan ku tidak berat kok, kerjanya santai, karena pekerjaan itu berhubungan dengan hobi ku, dan tidak perlu aku bekerja ke kantor segala, cukup di rumah saja aku mengerjakan pekerjaan ku." sahut Sabira.
"Tapi dek, biarkan kali ini abang memberi uang jajan, walau tidak seberapa, abang harap kamu tidak menolaknya." ucap Devan meletakkan sebuah kartu ATM di genggaman tangan sang adik.
"Bang." ucap Sabira ingin menolak.
"Abang mohon." ujar Devan dengan wajah memelasnya, karena tidak enak melihat wajah memelas sang abang, akhirnya dengan sangat terpaksa Sabira menerimanya.
Senyum Devan lansung merekah, karena adiknya mau menerima ATM yang di berikan.
"Masih ada pertanyaannya. ? " tanya Sabira.
"Mmm... Seseorang ada memperlihatkan foto kamu yang sangat dekat dengan laki laki di sebuah Cafe, itu siapa dek, pacar kamu? " tanya Devan.
Sabira lansung terkekeh, mendengar pertanyaan Devan itu, dia sudah menduga itu semua akan terjadi, karena waktu itu Sabira juga melihat keberadaan Aura, tapi dia pura pura tidak tau, bahkan Sabira membiarkan Aura memfoto dirinya.
"Pasti ulat kadut itu yang ngadu ya? " cibir Sabira.
Devan hanya diam tanpa mau menjawab, karena tebakan sang adik benar adanya.
"Laki laki itu adalah bos ku, orang yang mengajak aku kerja sama dengannya, untuk mendesain perumahan mewah, hotel dan apartemen." jujur Sabira.
"Sebenarnya aku tau kok, si rubah licik itu sengaja memfoto aku, tapi aku biarkan saja, biar dia senang mendapat mainan, dan aku pun mendapat padahal sudah membuat orang lain senang." kekeh Sabira.
Devan terbahak mendengar jawaban Sabira.
"Masih ada pertanyaannya, klau nggak ada kita pulang yuk... Takut keburu malam." ucap Sabira.
"Baiklah kita pulang, karena abang sudah ketahuan menguntit kamu, jadi sekarang izinkan abang untuk datang kerumah kamu ya? " ujar Devan penuh harap.
"Terserah abang aja." pasrah Sabira.
Bersambung...
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
ᴄᴘᴛ ʟᴀʜ ᴋᴀᴜ ʙᴋᴛ ᴋɴ