Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Kampus
Miko menatap wanita berpakaian seksi di hadapannya dengan tatapan datar. Dia menghela nafas sejenak, lalu memilih bergeser ke kiri dan melanjutkan langkahnya.
"Tunggu," wanita yang akrab dipanggil Micela langsung menahan tangan Miko. "Aku ingin bicara sebentar sama kamu."
Miko menoleh dan nampak jelas terlihat raut tak suka dari wajahnya. Miko menatap tangan Micela yang memegang lengannya.
"Aku tidak tertarik," Miko langsung menghempas tangan Micela dan melanjutkan langkahnya.
"Aku hanya ingin minta maaf," Micela tidak menyerah begitu saja. Wanita itu bahkan mengikuti langkah Miko dan mereka sontak menjadi pusat perhatian.
"Mik, tolong, sebentar saja," Micela bahkan sampai memohon. Tapi sepertinya Miko tak peduli.
"Aku tahu, aku memang salah. Gara-gara ucapanku, kamu jadi sasaran cemburunya Kelvin. Tapi jujur, Mik, aku nggak ada niat jahat sama kamu, karena pada kenyataanya, kamu memang tampan di mataku."
Miko terus melangkah tanpa ada niat merespon wanita yang langkahnya berusaha cepat agar bisa sejajar dengan langkah Miko.
"Oke, sekarang, katakan, apa yang bisa aku lakukan agar kamu bisa memaafkan aku?"
Seketika langkah Miko berhenti membuat Micela tersenyum girang. Miko menoleh, matanya menyipit, menatap wanita yang tersenyum kepadanya.
"Kamu yakin, mau melakukan apapun?" tanya Miko memastikan.
"Tentu," jawab Micela antusias. "Aku bersedia melakukan apapun, sesuai keinginan kamu. Yang penting kamu mau bicara sama aku."
Miko mengangguk samar dan seketika dia berpikir sembari mengedarkan pandangannya. Sedangkan Micela, tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena rencana pertama berjalan sesuai yang dia inginkan.
"Kamu lihat di sana?" Miko tiba-tiba menunjuk ke satu arah. Micela pun menurut dan dia nampak kebingungan. "Perhatikan, perempuan yang mengenakan baju hitam."
Micela pun mengikutinya. Awalnya Micela nampak biasa saja, namun setelah mengamati dengan teliti mata wanita itu langsung membulat.
"Jangan bilang kamu..." Micela menatap Miko dengan wajah agak panik.
"Ya! Aku ingin kamu melakukan apa yang pernah kamu lakukan pada wanita itu," Miko tersenyum sinis.
Micela terperanjat.
"Kenapa? Nggak berani?" tanya Miko. "Cih!" Miko pun langsung pergi meninggalkan Micela yang dirundung geram.
"Miko, tunggu!" Teriak Micela, tapi Miko tak peduli.
"Sial!" umpatnya. "Kalau kaya gini, bakalan makin sulit aku menjebak Miko," gumamnya. "Aku harus menggunakan cara lain."
Hari ini, Miko menjalani kegiatan kampus dengan banyak kejadian tak terduga. Miko seperti idola baru, yang membuat para wanita mengagumi dan memimpikannya.
Miko, memang terlahir dengan wajah tampan, dan sekarang, ketampanan Miko terlihat semakin sempurna di mata para wanita, karena kekayaan yang dimiliki orang tuanya.
Beberapa jam setelah mengikuti kegiatan, Miko memilih berkumpul dengan teman terdekatnya. Banyak hal yang Miko ceritakan, hingga tiba-tiba Miko mendapat pesan dan setelah membacanya, anak muda itu langsung beranjak meninggalkan ke dua sahabatnya.
Sementara itu di tempat lain nampak beberapa anak muda sedang berbincang di sebuah Cafe, yang letaknya tak jauh dari kampus. Raut wajah mereka terlihat tidak seperti biasa. Bahkan sesekali mereka justru terlibat berdebatan.
"Bagaimana ini, teman-teman? Miko pasti akan balas dendam sama kita," ucap salah satu dari lima anak muda yang ada di sana.
"Udah pasti itu," sahut anak muda yang mengenakan kaos hijau. "Apa sebaiknya aku pindah kampus saja ya?"
"Emang bakalan tetap aman?" tanya temannya yang mengenakan kemeja maroon. "Kalau kita sudah ditandai sebagai target balas dendam, gimana?"
"Sial!" umpat anak muda yang mengenakan kaos putih. "Terus, kita harus bagaimana? Nggak mungkin kan, kita minta maaf sama Miko? Mau ditaruh di mana muka kita?"
Kelima pemuda itu nampak kebingungan. Mereka benar-benar dilanda dilema parah sejak mengetahui kebenaran tentang salah satu anak yang sering mereka bully.
"Aku tahu, kalian pasti ada di sini,"
Tiba-tiba ada suara yang menggema, menyapa telinga kelima anak muda itu. Seketika mereka serentak menoleh dan betapa terkejutnya mereka ketika mengetaui sosok yang baru saja berkata.
"Kelvin?" Seru pria berkaos hijau.
"Hallo, Bro, apa kabar kalian?" dengan sumringah Kelvin langsung bergabung. Kelvin terlihat heboh sendirian dan dia belum menyadari sikap teman-temannya saat ini.
"Akhirnya, aku bisa berkumpul lagi dengan kalian," ucap Kelvin nampak begitu riang. "Kalian nggak pesan makanan?" tanya anak muda itu kala menyadari di atas meja hanya ada kopi pesanan kelima pemuda.
Kelima teman Kelvin hanya terdiam dan saling pandang satu sama lain.
"Pesenin makanan dong, Jo, aku lapar," titah Kelvin enteng.
"Sorry, Vin, aku bukan pembantumu," ucap pemuda berkemeja Maroon dengan wajah sedikit kesal.
Kelvin tersentak. Dia kaget dengan penolakan yang baru saja dia dapatkan.
"Maksudmu apa?" Kelvin malah seperti tidak terima.
"Aku ngomong sangat jelas, kan? Aku bukan orang suruhanmu," pemuda berbaju Maroon menegaskan.
"Kenapa kamu malah ngomong gitu? Biasanya juga kamu nurut? Nggak banyak protes?" suara Kelvin bahkan agak meninggi.
"Itu dulu, sekarang beda," pemuda berbaju Maroon membalas dengan sikap setenang mungkin. "Mending kamu pergi dari sini deh, aku males lihat wajah kamu."
"Apa!" Kelvin membentak. "Kamu bilang apa? Hah!"
"Aku males, lihat kamu. Kenapa? Nggak terima?"
"Sialan! Teman-teman kasih Jonatan pelajaran!" titah Kelvin kepada yang lain sembari menatap Jonatan dengan penuh amarah.
Namun beberapa detik kemudian Kelvin merasa heran sampai dia menoleh, memperhatikan teman-teman yang lain.
"Kenapa kalian pada diam!" bentak Kelvin. "Hajar, Jonatan, cepat!"
"Emang kamu siapa, beraninya nyuruh-nyuruh kita?"
Kelvin terperangah.
"Nggak usah kaget gitu," sahut pemuda yang sama.
"Kalian..." Kelvin tidak sanggup melanjutkan ucapannya.
"Kamu tuh harusnya sadar, sekarang kamu bukan siapa-siapa. Pakai sok sokan pesan makanan, emang kamu mampu bayar?"
Mata Kelvin langsung melebar.
"Lebih baik, kamu pergi dari sini deh, Vin, aku enek lihat wajah kamu," teman yang lain ikut menimpali, membuat Kelvin benar-benar tak percaya dengan apa yang dia saksikan.
"Jadi, seperti ini wajah asli kalian?" Kelvin benar-benar terlihat murka dan kecewa. "Jadi ini balasan kebaikan aku selama ini pada kalian, hah!"
"Cih! Kebaikan," cibir pemuda berkaos hijau. "Kebaikan mana yang sudah kamu berikan untuk kami?"
Kelvin terperangah kembali.
"Bukankah selama ini kamu yang ngasih, bukan kami yang minta. Orang dikasih ya kami terima lah, daripada mubazir. Benar nggak teman-teman?"
"Yoi," yang lain menjawab serentak dan bahkan mereka terlihat senang.
"Kurang ajar!" Kelvin lepas kendali. Satu kepalan tangan sukses meninju wajah temannya.
"Sialan kamu, Vin, kamu nantangin?" Pemuda itu tak terima dan dia langsung memberi pukulan balasan.
"Akh..." teriak Kelvin.
"Teman-teman, hajar dia!"
Dan Kelvin pun dibuat kaget dan tak bisa berkutik kala semua teman yang dulu sering menghajar orang lain, sekarang malah mengeroyok dirinya.
Tak jauh dari tempat itu, ada yang tersenyum puas menyaksikan peristiwa tersebut.
"Terima kasih, ayah," gumam anak muda tersebut. "Ini baru awal, Kelvin. Masih banyak hal menarik yang akan membuat hidupmu lebih berwarna."
berarti cerita ini konyol...😄😄😄
anak penguasa dengan banyak bodyguard kok bisa lepas pengawalan...😄😄😄
konyol...😄😄😄
lanjut thor 🙏