Di balik suami yang sibuk mencari nafkah, ada istri tak tahu diri yang justru asyik selingkuh dengan alasan kesepian—kurang perhatian.
Sementara di balik istri patuh, ada suami tak tahu diri yang asyik selingkuh, dan mendapat dukungan penuh keluarganya, hanya karena selingkuhannya kaya raya!
Berawal dari Akbar mengaku diPHK hingga tak bisa memberi uang sepeser pun. Namun, Akbar justru jadi makin rapi, necis, bahkan wangi. Alih-alih mencari kerja seperti pamitnya, Arini justru menemukan Akbar ngamar bareng Killa—wanita seksi, dan tak lain istri Ardhan, bos Arini!
“Enggak usah bingung apalagi buang-buang energi, Rin. Kalau mereka saja bisa selingkuh, kenapa kita enggak? Ayo, kamu selingkuh sama saya. Saya bersumpah akan memperlakukan kamu seperti ratu, biar suami kamu nangis darah!” ucap Ardhan kepada Arini. Mereka sama-sama menyaksikan perselingkuhan pasangan mereka.
“Kenapa hanya selingkuh? Kenapa Pak Ardhan enggak langsung nikahin saya saja?” balas Arini sangat serius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Panggilan Dan Sebutan Untuk Ardhan
Rasanya, proses hukum Akbar dan Killa, telah memakan waktu sangat lama. Namun, Arini tidak begitu yakin. Sebab lemparan palu itu membuatnya tak bisa membedakan mana yang benar-benar terjadi, atau sekadar halusi nasi.
Saraf di kepala belakang Arini mengalami trauma cukup serius, hingga Arini kerap melupakan hal yang baru saja dilakukan. Kendati demikian, Arini tak segan menanyakan hal-hal yang menghiasi ingatannya dan baginya memang nyata. Kepada Ardhan pun, Arini tak segan bertanya. Termasuk ketika kemarin malam, Ardhan menangisinya yang tengah tidur.
Kemarin malam itu, Arini sengaja pamit tidur karena kepalanya terasa sangat pusing. Namun tak selang lama dari pamitnya, Arini yang tidur di kasur yang ada di kontrakan ia tinggal, mendengar isak lirih dari sebelah kakinya. Ajaibnya, itu Ardhan yang Arini pergoki sampai duduk di lantai.
“Enggak ada yang nangis apalagi aku. Mimpi kali kamu,” ucap Ardhan kala itu dan masih memakai kemeja lengan panjang tanpa jas maupun dasi.
Baik jas maupun dasi Ardhan kala itu, Arini pergoki ada di lantai, tepat di sebelah tangan kanan Ardhan. Sementara Ardhan yang duduk sila di lantai sebelah kaki Arini, Arini pergoki matanya sembab bahkan, basah.
“Pak Ardhan nangis?” tanya Arini sambil berusaha duduk guna menyelaraskan wajah mereka, kala itu.
“Ya ampun, ... nangis? Apa lagi itu nangis? Masa aku nangis? Dikiranya aku anak kecil. Pas tahu Killa sama Akbar saja, sekadar berkaca-kaca mataku enggak!” balas Ardhan kala itu dengan gayanya yang khas. Sewot dan bawel, tapi terbilang melow.
“Damai banget ya hidup kamu enggak pegang hape?” ucap Ardhan sesaat setelah menaruh ponsel baru di pangkuan Arini.
Kejadian kali ini nyata, dan ulah Ardhan mengalihkan fokus Arini yang awalnya tengah melamun. Arini menatap ponsel di pangkuannya, kemudian menatap Ardhan yang duduk di sebelahnya. Mereka masih mengarungi perjalanan pulang. Rencananya, sampai rumah, mereka sudah akan langsung melangsungkan ijab kabul. Namun setelah itu, Ardhan akan kembali sibuk dengan pekerjaan. Sebab selama satu minggu terakhir, Ardhan sibuk fokus mengurus Arini maupun ibu Yati.
“Itu milik kamu. Di hape itu sudah ada nomorku, nomor mama, papa, dan anggota keluargaku yang lain.” Ardhan yang bertutur pelan, menatap Arini dengan saksama.
Bertepatan dengan Arini yang meraih ponsel bersarung ungu pemberian Ardhan dan terbilang lucu, Ardan berkata, “Kamu enggak perlu nomor hape mbakmu apalagi mas Joko, kan?”
Detik itu juga bibir Arini mengerucut seiring tatapannya kepada Ardhan yang jadi sebal. Namun, Arini penasaran, kenapa sarung ponsel baru miliknya dan itu pemberian Ardhan, berwarna ungu?
“Kenapa harus ungu?” tanya Arini lirih. Entah kenapa, suasana kali ini menjadi intens, selain ia yang memang jadi berbicara dari hati ke hati. Padahal di depan mereka ada sopir Ardhan, yang otomatis tahu bahkan menyimak apa yang ia maupun Ardhan lakukan.
Kenyataan suara Arini yang jadi lembut, juga tatapan Arini yang sangat teduh bertabur senyuman kepadanya, membuat dada Ardhan berdebar-debar. Gugup Ardhan rasakan, hingga ia tak berani menatap kedua mata Arini secara terang-terangan.
“Laki-laki, apalagi hati, ... beneran enggak bisa dibohongi. Apalagi aku tahu, dia yang bakalan jadi teman hidupku. Dan kepadaku, Arini juga bukan wanita bar-bar apalagi k a s a r. Sikapnya tergantung sikap yang dihadapi. Watak kami sama saja. Dan mungkin karena itu juga, ... dalam waktu dua minggu kebersamaan kami, ... kami sudah langsung cocok. Sedangkan perasaan canggung tidaknya, itu manusiawi dan biasanya akan menyesuaikan dengan sendirinya,” batin Ardhan yang kemudian meminta Arini untuk melihat sarung ponsel bagian belakang pemberiannya.
“Ih,” refleks Arini benar-benar kaget. Ia langsung melirik sebal Ardhan yang ia pergoki langsung menahan tawa sambil memalingkan wajah.
“Apaan ini, kok gini?” rengek Arini dan membuat Ardhan kelepasan tawa.
“Mirip kamu!” ucap Ardhan masih sibuk menahan tawa, yang mana ia juga tetap memunggungi Arini. Kendati demikian, ia tetap kerap melirik Arini. Ia pergoki, Arini yang memperhatikan sarung ponsel warna ungunya, jadi kerap manyun-manyun.
“Sebelum pulang, mau beli apa?” tanya Ardhan yang kemudian kembali serius.
“Beli apa?” lirih Arini yang langsung berpikir.
“Untuk sementara, kita akan tinggal di kontrakan, jadi beli semua kebutuhan buat sehari-hari. Minimal buat satu minggu ke depan karena buat satu minggu ke depan, aku enggak bisa temenin kamu. Namun enggak ada salahnya kalau kamu pergi belanja sama ibu kamu,” ucap Ardhan memberi arahan.
Rencananya, selain akan tinggal sementara di kontrakan Arini tinggal, mereka juga akan tinggal dengan ibu Yati. Alasannya tentu sebagai bentuk tanggung jawab Ardhan sebagai suami Arini. Selain agar Arini tak perlu berurusan dengan Joko, dan bisa membuat Marini maupun Ardhan sendiri berisik. Terlebih biar bagaimanapun, Ardhan memang sudah akan langsung cemburu jika Arini dekat laki-laki lain.
“Kalau buat belanja yang bernominal, kita bareng saja ya, Pak!” ucap Arini penuh pengertian. Ia juga jadi menatap Ardhan dengan sangat santun.
“Jangan panggil Pak. Nanti yang ada, aku dikira bapakmu. Nanti yang ada, aku dikira suami ibu kamu, apalagi sekarang, fenomena berondong menikahi nenek-nenek, sedang marak!” keluh Ardhan dengan suara lirih.
“Fenomena berondong menikahi nenek-nenek, beneran di luar perkiraan BMKG loh, Pak. Secara, buat apa? Buat harta? Kenyamanan? Apa malah calon t u m b a l? Nenek-nenek buat t u m b a l? Napas saja mereka sudah susah,” ucap Arini yang jadi tertawa lantaran Ardhan yang ia ajak bicara, sudah lebih dulu melakukannya.
“Mulut kamu kalau ngomong ya Rin, ... nenek-nenek buat t u m b a l?” ucap Ardhan di sela tawanya.
Pembahasan dari Arini barusan membuat Ardhan geli, tapi sangat terhibur. “Tuh, pak Turman saja ikut ngakak gara-gara ucapanmu!”
“Lah, salah siapa bahasnya fenomena nenek-nenek dapat berondong. Yang perawan sudah tiga puluhan enggak dapat-dapat jodoh juga banyak!” balas Arini.
“Lah ... yang namanya juga jodoh! Coba sebelum ini, kita apa? Di mana-mana, pasti bakalan saling hujat bahkan minta satu sama lain buat didik pasangan satu sama lain biar mereka enggak selingkuh, kan?” balas Ardhan.
“Itu sih pasangan lain. Kalau aku, sudah selingkuh sampai segitunya mah ogah, Pak. Apalagi selingkuh, kdrt, dan juga ju di itu penyakit!” balas Arini yang kemudian kembali ditagih panggilan khusus untuk Ardhan.
“Jangan pak lagi karena aku bukan suami ibumu. Juga jangan ‘mas’ karena ke Akbar bahkan ke si Joko saja, kamu memanggil mereka ‘mas’!” tegas Ardhan dan langsung membuat Arini terdiam.
Diamnya Arini dirasa Ardhan karena wanita itu sedang berpikir serius. Walau ketika pak Turman meminta Arini memanggil Ardhan dengan sebutan ‘sayang’ Arini langsung batuk-batuk.
(Ramaikan ya. Aku siap-siap garap novel K B M sama I N NO V E L dulu. Yang mau bisa ikutan juga ❤️)
ga sadar baca nya, pikirjudul yg ini udh tamat.. ya wiss lah aku tunggu aja..kelanjutannya.
ya ampun PD amat grandong Akbar mw dikasih usaha sm ortu Kunti kill2 yg ad ortu Kunti kill2 mikir beribu² kali buat lakukan itu 😏😏😏 eee Kunti mes² kena karma lg 🤭🫣🫣
Semangat trs buat kak Rositi