NovelToon NovelToon
Apocalypse (Bertahan Di Hari Terakhir Umat Manusia)

Apocalypse (Bertahan Di Hari Terakhir Umat Manusia)

Status: tamat
Genre:Tamat / Spiritual / Zombie / Epik Petualangan / Perperangan / Anime / Penyelamat
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Baby samuel

Samuel adalah seorang mantan atlet bela diri profesional, selain itu ia juga bekerja paruh waktu sebagai kurir makanan, namun semuanya berubah saat kiamat zombie yang belum di ketahui muncul dari mana asalnya membawa bencana bagi kota kota di dunia.
Akankah Samuel bertahan dari kiamat itu dan menemukan petunjuk asal usul dari mana datangnya zombie zombie tersebut?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persiapan terencana tim 7

Samuel melangkah tanpa keraguan, tubuhnya lebih tegap dibanding sebelumnya. Kemampuan penyembuhan yang baru ia sadari telah memberinya kekuatan untuk kembali ke pos perlindungan tanpa harus khawatir akan luka atau kelelahan. Setiap langkah yang ia ambil kini terasa lebih ringan, tetapi di balik itu, pikirannya penuh oleh bayangan makhluk mutasi yang ia lihat di Cave City. Sungguh, hal yang ia temui bukan sekadar ancaman biasa; makhluk itu bisa menjadi akhir bagi mereka semua jika dibiarkan berkembang.

Sesampainya di gerbang pos perlindungan, seorang pria setengah baya berjaga dengan mata yang waspada. Pria itu adalah penjaga yang sama yang pagi tadi memberi izin pada Samuel untuk pergi ke Cave City. Ketika melihat Samuel kembali, pria itu segera menyapanya dengan penuh rasa penasaran.

"Hei, Samuel! Kau cepat sekali pulang," sapa penjaga gerbang itu dengan nada antusias. "Jadi, apa yang kau temukan di sana? Apakah ada sesuatu yang mencurigakan?"

Samuel menghentikan langkahnya dan menatap pria itu dengan pandangan serius. "Pak, ini jauh lebih buruk dari yang kita bayangkan. Makhluk yang aku temui di sana bisa menjadi ancaman besar bagi kita semua di sini."

Pria itu terdiam sejenak, mencoba membaca ekspresi Samuel. Mendengar nada serius dalam suara Samuel, ia langsung mengerti bahwa ini bukan situasi yang bisa dianggap remeh. “Hmm… kalau begitu, ayo ikut aku. Mari kita bicarakan ini lebih lanjut di tempat yang tenang.”

Penjaga gerbang itu lalu mengajak Samuel berjalan ke sebuah kedai kecil di distrik 17, tak jauh dari tempat mereka berada. Mereka berjalan beriringan, suasana di sekeliling terasa semakin sunyi seiring dengan sore yang semakin gelap. Bayangan panjang dari lampu-lampu jalan menyusuri langkah mereka berdua, memberi kesan suram yang makin menyelubungi percakapan mereka.

Setibanya di kedai sederhana itu, mereka mengambil tempat duduk di dekat jendela yang agak tersembunyi. Samuel memesan seporsi kentang rebus, sementara penjaga gerbang itu mengambil makanan kaleng yang tersedia. Saat makanan mereka tiba, penjaga gerbang itu langsung menatap Samuel tajam, matanya penuh kekhawatiran yang tertahan.

"Jadi... apa yang sebenarnya kau temui di sana, Samuel?" tanya penjaga gerbang, suaranya nyaris berbisik, seolah takut ada yang mendengar.

Samuel menghela napas, berusaha menenangkan dirinya sebelum menjawab. "Pak, pria yang kita selamatkan itu tidak bohong. Di stasiun bawah tanah Cave City, ada sesuatu yang mengerikan. Makhluk itu... monster yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Mereka seperti tanaman bermutasi, tapi bisa menyerang dan membunuh dengan brutal. Dan yang lebih mengerikan, mereka berkembang biak dengan sangat cepat."

Penjaga gerbang itu mendengarkan dengan saksama, matanya melebar, mencoba memahami situasi yang baru saja diceritakan Samuel. “Bagaimana mungkin?” gumamnya tak percaya.

Samuel mengangguk. “Itu bukan sekadar rumor, Pak. Makhluk itu berkembang biak dengan sangat cepat. Jika kita tidak segera melakukan sesuatu, mereka akan terus bertambah banyak dan bisa saja menyerang pos perlindungan ini.”

Penjaga gerbang tersebut mengisap rokoknya dalam-dalam, tampak gelisah. “Jika itu benar, maka kita butuh lebih banyak orang untuk menghadapi mereka. Tapi… kau tahu sendiri kondisi kita saat ini.”

Samuel langsung menangkap nada putus asa dalam suara penjaga gerbang itu. “Tunggu, maksud Anda… kita kekurangan tim?”

Penjaga gerbang mengangguk lemah, matanya tampak berat. “Banyak Guardian terluka parah dalam pertempuran melawan zombie mutasi. Mereka yang terluka parah dibawa ke distrik 11 untuk perawatan intensif. Kini, hanya tersisa tiga tim: Tim 1, Tim 2, dan Tim 7-mu. Tim-tim lain, mereka nyaris habis.”

Kabar itu membuat Samuel tercekat. Ia hanya bisa terdiam sesaat, mencoba mencerna kenyataan pahit yang baru saja disampaikan padanya. Para Guardian yang kuat dan berpengalaman, kini satu per satu jatuh.

Namun, Samuel menenangkan dirinya, mengendalikan emosinya. Wajahnya yang semula tampak frustasi berubah menjadi lebih tenang. Setelah berpikir sejenak, ia berkata dengan tegas, "Kalau begitu, kita gabungkan saja kekuatan yang ada. Tim 1 dan Tim 2 bisa bekerja sama dengan Tim 7. Dengan rencana matang, kita pasti bisa mengalahkan mereka."

Penjaga gerbang itu menatap Samuel dengan keraguan, suaranya sedikit bergetar. “Samuel, kau paham betul, ini bukan langkah mudah. Tiga tim saja melawan sarang penuh mutasi? Risiko ini terlalu besar!”

Samuel menatap pria itu tajam. “Saya mengerti risiko ini, Pak. Tapi saya punya rencana. Percayalah, kita bisa melakukannya.”

Akhirnya, penjaga gerbang itu mengangguk perlahan. “Baiklah. Aku akan memanggil Tim 1 dan Tim 2 untuk berkumpul di sini dalam dua hari. Tapi kumohon, Samuel, jangan sampai kau gagal. Semua harapan kita kini ada padamu.”

Samuel tersenyum kecil, penuh keyakinan. “Terima kasih, Pak. Saya akan pastikan kita semua pulang dengan selamat.”

Selesai makan, Samuel berpamitan dan melangkah pergi, meninggalkan kedai dengan perasaan sedikit lebih tenang. Meskipun misi ini sangat berbahaya, setidaknya ia tahu bahwa ia tidak akan menghadapi semuanya sendirian.

---

Malamnya, di distrik 11, rumah sakit darurat tampak sibuk. Pasien-pasien yang terluka karena serangan zombie mutasi memenuhi setiap sudut. Di antara mereka, Lara tampak sibuk merawat seorang pria yang mengeluh kesakitan.

"Ahh… luka ini… kenapa terus terasa sakit?” rintih pria itu dengan wajah pucat, napasnya terengah-engah.

Lara menghibur pria itu dengan sabar. “Tenang, Pak. Luka Anda memang sulit sembuh karena zombie mutasi membawa racun yang memperlambat proses penyembuhan. Tapi saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda pulih.”

Saat Lara masih sibuk, tiba-tiba Samuel memasuki rumah sakit darurat. Ia menatap sekeliling, matanya tertuju pada para korban yang berbaring di tempat tidur, masing-masing dengan luka parah. Setelah melihat Lara, ia mendekatinya.

“Lara,” panggil Samuel lembut.

Lara menoleh, terkejut melihat Samuel di sana. “Samuel! Kau sudah kembali? Apa yang kau temukan di Cave City?”

Samuel menatap luka-luka para pasien di sekitarnya. “Ini semua… mereka terluka oleh zombie mutasi?”

Lara mengangguk, ekspresinya penuh kekhawatiran. “Iya, Samuel. Mereka jauh lebih kuat dan lebih berbahaya. Luka-luka mereka sulit sembuh, seolah tubuh mereka menolak untuk pulih.”

Samuel menghela napas panjang. “Aku harus tahu apa yang terjadi pada tubuhku. Luka-lukaku cepat sembuh… bahkan terlalu cepat.”

Lara memandangnya penuh rasa ingin tahu. “Apa maksudmu, Samuel? Cepat sembuh… seberapa cepat?”

Samuel tersenyum samar. “Sepertinya tubuhku punya semacam kemampuan penyembuhan. Aku bisa memulihkan luka dalam hanya dalam hitungan jam.”

Mendengar itu, mata Lara melebar. “Itu luar biasa, Samuel! Mungkin ini semacam reaksi dari sistem imunmu, adaptasi tubuh terhadap paparan yang terus-menerus dari zombie-zombie ini. Mungkin tubuhmu menghasilkan regenerasi yang dipercepat.”

Samuel mengangguk. “Jika itu benar, kemampuan ini bisa sangat berguna. Tapi aku perlu tahu lebih banyak tentang Tim 1 dan Tim 2. Mereka masih ada, kan?”

Lara tampak ragu, kemudian menggeleng pelan. “Aku tidak tahu banyak. Tapi kalau kau ingin informasi lebih lengkap, cobalah pergi ke distrik 8. Di sana ada papan informasi tentang seluruh tim Guardian.”

Samuel tersenyum kecil, merasa lega mendengar informasi tersebut. “Terima kasih, Lara. Kau sangat membantu.”

Lara mengangguk dengan lembut. “Sama-sama, Samuel. Jaga dirimu”

Samuel menatap Lara sejenak sebelum beranjak. “Aku akan lakukan yang terbaik.”

Ia pun meninggalkan rumah sakit darurat, perasaannya sedikit lebih ringan. Pikirannya kini dipenuhi strategi dan rencana untuk menghadapi sarang makhluk mutasi itu. Meski situasi di depan penuh ketidakpastian, kali ini, ia lebih siap.

1
Mia
Excelente
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!