Risty Azalea, gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana bertekad merubah hidupnya menjadi wanita yang sukses dan dihormati semua orang, tapi siapa sangka kisah asmaranya tidak semulus karirnya saat ini. Dia malah jatuh cinta pada Bima Arya Dalwyn, seorang laki-laki menyebalkan dan bermulut tajam yang tidak menyukainya sama sekali. Penasaran kan bagaimana lika-liku perjalanan kisah cinta mereka? Yuk ikuti terus kisah mereka, jangan lupa beri like dan komen ya kesayangan!😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocha Zain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20.Bertanggungjawab
Risty mengernyitkan dahinya, dia tidak ingin salah bertanya. Dia memikirkan pertanyaan random yang bisa menjawab keraguannya.
💌 "Mommy kok belum tidur?" tanyanya.
"Iya sayang, mommy sedang chat dengan daddy-mu yang sedang diluar kota! Duhh ternyata menyenangkan ya, chat berlama-lama di usia kami yang udah tua begini, berasa pacaran ala anak ABG, hehehehe."
"Hehehehe, nggak papa mom! Biar makin romantis ya kan? Tapi bukannya capek ya mom kalo harus mengetik chat terlalu lama, bikin tangan jadi keriting! Hihi.. kalo telponan kan lebih enak mom, nggak harus capek ngetik dan langsung denger suaranya, jadi ilang deh kangennya,"
"Tadi sih udah telponan berjam-jam sambil nemenin daddy lemburin kerjaan, daddy nyuruh mommy tidur karena mommy nguap mulu,"
"Apa telponan berjam-jam? Oh sh** si br****sek bohong lagi! Ya ampun tuh orang mulutnya manis tapi busuk banget kelakuannya dibelakangku, Fix ya Bim! LO GUE END!" teriak Risty mengumpat dengan kemarahan yang luar biasa didalam kamarnya
"Eh pas udah ditutup mommy malah nggak ngantuk jadi kita lanjut chat deh, biar matanya sama-sama cepet ngantuk."
Bu Helena melanjutkan chatnya.
"Aarrrrrgggghhh!! Dasar laki-laki br*****sek! Penjahat k******! Mau dia apa sih deketin terus! Mau buat gue juga bunting! Mimpi sana Lo Bim! Lo nggak pantes gue cintai, dasar Buaya darat!" Risty terus mengumpati suaminya sembari memukul bantalnya dengan keras.
Dia benar-benar kesal dan marah luar biasa, bisa-bisa dia tadi sempat terlena dengan sentuhan suami br*****seknya. Dan akhirnya tangisnya pun pecah, tapi dia masih berbalas chat dengan mama mertuanya tanpa menunjukkan rasa sedih yang saat ini dia rasakan.
"Duhh nggak enak nih, jadi ganggu pacaran mommy sama daddy, hehehe," balas Risty.
"Nggak ganggu sayang! Mommy malah seneng kamu chat mommy, gimana kabarmu sayang? Mommy kangen! Kalo ada waktu luang datang ke mansion mommy ya sayang! Sejak kakak iparmu kembali ke Australia, mommy jadi kesepian disini," ungkap Bu Helena dengan sedih.
"Alhamdulillah aku baik mom, aku minta maaf ya mom kalo beberapa minggu ini belum mengunjungi mommy, tapi aku janji dalam waktu dekat aku bakal dateng buat temenin mommy."
"Iya sayang nggak papa kok, mommy ngerti dengan kesibukan kamu. Memimpin perusahaan memang sangat berat, menguras tenaga, pikiran dan waktu. Mommy cuma berdoa semoga anak dan menantu mommy selalu sehat dan bahagia. Itu yang terpenting buat mommy, kebahagiaan kalian sayang!"
"Amiiiinnn Ya Robbala'laminn.. Terimakasih banyak atas doa mommy, aku juga doakan semoga mommy dan daddy sehat selalu dan bahagia. Mommy jaga kesehatan ya, Risty pamit tidur duluan, Good Night Mom!"
💌 "Amiinn, Terimakasih juga doanya sayang! Mommy selalu jaga kesehatan demi kalian! Selamat tidur menantu kesayangan mommy, Good Night dear!"
Akhirnya Risty mengakhiri chat manis mereka.
Risty sudah lelah untuk marah dan menangis lagi, dia benar-benar kecewa dengan kata-kata manis Bima. Tak bisa dipungkiri dia sedikit berharap agar hubungan rumah tangga mereka baik-baik saja, dia melupakan bahwa suaminya sudah bermain terlalu jauh dengan kekasihnya. Seharusnya dia tidak menaruh harapan sedikitpun agar hatinya tidak terluka lagi.
Dia tertidur dengan airmata yang telah mengering di pipinya, berharap esok dia lebih tegar dan kuat dari sebelumnya.
***
Keesokan paginya Vania sudah terlihat segar dan ceria, mencium bau tubuh Bima membuat mualnya sedikit berkurang dan dia makan sedikit banyak dari biasanya pagi itu, sehingga tubuhnya kembali sehat. Bima menyuruh Ceu Wati pulang kerumahnya dan memberikan libur kerja padanya.
"Sayang, aku nggak bisa tinggal tanpa kamu di apartemen. Apa kamu ingin aku seperti kemarin lagi? Aku ingin kita nikah biar aku bisa tinggal di apartemen milikmu, aku tidak masalah jika satu atap dengan istri tuamu," ucap Vania saat Bima menyuapinya.
Sedangkan Bima hanya terdiam mendengarkan, dia berfikir untuk membuat keputusan besar dalam hidupnya. Cepat atau lambat Risty akan tahu dan keluarganya pun juga akan tahu.
"Baiklah, hari ini kita akan menemui orangtuamu. Kamu jangan khawatir aku akan menjagamu dan calon bayi kita," ujar Bima sembari mengelus pucuk kepala Vania.
"Terimakasih sayang,"
Bima mengangguk tersenyum dan Vania memeluk dan mencium pipinya bertubi-tubi.
Pada sore hari Vania telah diijinkan dokter untuk pulang kerumahnya karena dia sudah sehat kembali. Vania dan Bima menuju Mansion utama milik keluarga Vania.
Bu Sherly, Mama dari Vania begitu bahagia putrinya kembali ke Mansion. Sosialita cantik itu memeluk putrinya dengan penuh kerinduan.
"Sayang, mama kangen banget sama kamu! Sesibuk apa kamu diluar sana sayang, sampai 2 Minggu nggak pulang kerumah?" ucap Bu Sherly memandang wajah putrinya penuh kerinduan.
"Biasalah ma, mama nih kayak nggak hafal aku aja!" ucap Vania dengan bibir mengerucut.
"Iya sayang iya! Yang penting kamu masih inget pulang kerumah!" sindir Bu Sherly.
"Ma, ini ada Bima!"
Bima muncul dari belakang Vania.
"Selamat sore Tante, apa kabar?" sapa Bima pada Bu Sherly.
Bu Sherly begitu terkejut melihat kedatangan Bima, dia mengenal Bima yang merupakan kekasih putrinya. Dia kira Bima sudah putus dengan putrinya, karena Bima sudah lama tidak pernah mengunjungi mansion mereka.
"Sore juga Bim, Alhamdulillah... Tante sehat Bim. Ayo sini masuk dulu!"
Lalu Bu Sherly mempersilahkan Bima duduk.
"Tante, saya ingin bicara serius mengenai hubungan saya dengan Vania. Apa Om Anton ada dirumah?" tanya Bima pada Nyonya Sherly. Pak Anton adalah ayah Vania.
"Papa Vania ada di ruang kerjanya, ayo kita bicara disana aja,"
Bu Sherly beranjak dari duduknya dan membawa mereka menemui suaminya.
Saat sudah berada di dalam ruang kerja Pak Anton, Bima berbasa-basi menyapa Papa dari kekasihnya.
"Selamat sore om, bagaimana kabarnya?" sapa Bima.
"Sore juga! Alhamdulillah saya baik, sudah lama sekali ya kamu nggak pernah main kesini?" ucap Pak Anton.
"Iya om, saya sedikit sibuk mengatur perusahaan papa," ucap Bima sesantai mungkin, padahal dia sangat gugup dan takut.
Takut karena sudah menghamili anak orang, dia takut menghadapi kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
"Bagus sekali anak muda! Kamu memang pekerja keras sama seperti papamu, aku yakin perusahaan papamu akan lebih berkembang ditangan anak muda sepertimu," puji Pak Anton.
"Om bisa saja, saya hanya menjalankan semestinya saja om," Bima tersenyum malu mendengar pujian Pak Anton.
"Ada perlu apa datang kesini sampai mencariku?" tanya Pak Anton tanpa basa-basi lagi.
Sedangkan Bima menjadi begitu tegang, keringat didahi dan badannya mengalir begitu saja.
"Om, saya minta maaf sebelumnya, saya mau meminta ijin untuk menikahi Vania," ucap Bima dengan gugup.
"Wah itu kabar yang sangat bagus, aku sangat senang mendengarnya. Kapan kalian akan mengadakan pernikahan kalian?" ucap Pak Anton berbinar bahagia, begitu pula Bu Sherly yang tak kalah bahagianya.
"Besok pagi Om, kami akan menikah besok pagi,"
"Apa? Secepat itu?" Pak Anton terkejut sedangkan Bima dan Vania hanya mengangguk.
Vania juga merasakan ketegangan dan ketakutan yang sama seperti Bima. Dia takut papanya tidak merestui mereka saat tahu Bima telah beristri.
"Kenapa menikah secepat itu? Kita kan bisa siapkan semuanya lebih dulu. Vania adalah putriku satu-satunya, aku ingin buatkan acara pernikahan yang megah dan mewah untuknya."
"Maaf om, sepertinya saat ini kami belum bisa mengabulkan keinginan om. Vania sudah mengandung anak saya om, jadi sementara kami akan menikah secara agama dulu,"
"Brrraaakkkk!!"
"Apa! Vania hamil?"
Pak Anton melotot sembari mengebrak meja diruangan kerjanya, sedangkan Bima dan Vania hanya tertunduk malu.
"Iya Om, maafkan saya! Saya akan tanggungjawab om!" ucap Bima masih tertunduk.
"Dasar laki-laki kurang aj..!"
Pak Anton akan melayangkan tamparan pada Bima tapi Bu Sherly mencegah tindakan suaminya.
"Sayang, sudah kendalikan emosimu! Percuma juga kita marah atau menyakiti Bima, semua sudah terjadi! Ini semua terjadi bukan hanya kesalahan Bima saja, tapi juga putri kita! Yang penting Bima sudah bertanggungjawab dan mengakui kesalahannya!" ucap Bu Sherly menasehati suaminya.
Pak Anton terdiam meredam kemarahannya, dia ingin sekali menampar kedua anak muda didepannya itu.
"Baiklah aku akan merestui kalian menikah, tapi bawa keluargamu kesini dan aku ingin pernikahan kalian sah di mata agama dan negara!" ucap Pak Anton dengan tegas.
Mendengar permintaan Pak Anton sontak membuat Bima dan Vania semakin gugup dan tegang. Bima belum bisa menyanggupi permintaan calon mertuanya itu.
"Maafkan saya om!"
Bima tiba-tiba berlutut didepan Pak Anton, sontak membuat Pak Anton dan Bu Sherly terkejut.
"Maafkan saya om, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya! Saya sudah memiliki istri Om, untuk saat ini saya belum bisa membawa keluarga saya kesini,"
Bima masih berlutut dengan perasaan yang bercampur aduk.
Dengan kemarahan yang luar biasa Pak Anton memegang kerah baju milik Bima dan menghujami Bima dengan beberapa pukulan diwajah tampannya.
"Dasar laki-laki br****sek! Ba*****gan!"
"Bughhhh!"
"PAPA!!!" teriak Vania dan Bu Sherly bersama.
"Bughhhh!!"
Terlihat Bima hanya terdiam tidak membalas. Dia merasa dia memang pantas mendapatnya, wajah tampannya penuh luka memar dan sudut bibirnya mengeluarkan d*rah.
"HENTIKAN PA!"
Vania menangis sembari memeluk Bima untuk melindunginya, sedangkan Bu Sherly memeluk suaminya dari belakang untuk menenangkannya.
"VANIA!! Papa nggak pernah ngajarin kamu jadi wanita mur***han! Bagaimana bisa kamu tidur dengan pria beristri! Dimana ot*kmu itu!" teriak Pak Anton.
"Maafkan Vania pa!"
Vania terus menangis menatap papanya dengan pandangan mengiba, sedangkan Bima yang sudah babak belur masih berada dibelakangnya.
"Jadi keinginanmu untuk hidup sendiri di apartemen agar kamu bisa bebas t*dur dengan laki-laki br*****sek ini! Disebut wanita macam apa kau itu Van! Papa sungguh kecewa memiliki putri sepertimu Vania!!" Pak Anton terus meneriaki putrinya dan semakin deras pula airmata Vania.
Beberapa detik kemudian wajah Vania kembali pucat, tubuhnya melemah kembali dan mendadak dia jatuh pingsan.
"Vania!"
Semua berteriak melihat Vania yang tiba-tiba terjatuh dilantai dan dengan sigap Bima menggendong tubuh lemah sang kekasih.
"Tante.."
"Ayo sini Bim! Bawa Vania ke kamarnya!" ucap Bu Sherly yang berjalan keluar dan diikuti oleh Bima.
Bu Sherly menelpon dokter pribadi keluarga mereka, dia menunggu Vania dengan cemas di kamarnya dan Bima pun tak kalah cemas.
Sedangkan Pak Anton memilih berada di ruang kerjanya, dia benar-benar merasa sangat kecewa dan marah tapi hatinya begitu iba melihat keadaan putri kesayangannya lemah seperti itu.
btw thanks thor udah up 2 uluh" sarangheo thor semngaaat trus thor up satu" ngak papa thor asal jngan lama" thor