Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
"Selamat ya sudah seminar hasil, kapan Ujian munaqasyah nya?" tanya Hasyim menyambut kedatangan sang isteri.
"Kakak sudah pulang?" tanya balik Hana bahagia.
"Iya. Ini buat kamu!" Hasyim memberikan kotak kecil.
"Terima kasih yank. Insya Allah dua pekan ke depan ujian akhirnya, semoga lancar ya!" ucap Hana penuh harap. "Tadi deg degan banget, kayak kurang mantap jawabanku." ujar Hana kurang percaya diri.
"Tadi sengaja pulang cepat untuk menyambut isteri di rumah. Tapi mau berangkat lagi usai shalat." jawabnya. Hana hanya mengangguk saja karena dia bahagia.
"Ayo makan dulu, aku sudah siapkan ini untukmu!" ujar Hasyim semangat.
"Makasih kak." ujar Hana tetap senyum. "Perut cukup gak ya!" gumam dalam hati. "Ayo kak." ucapnya karena tidak mau mengecewakan suaminya. Mereka makan berdua nasi kuning romantis karena hanya satu piring.
"Alhamdulillah kenyang, terima kasih banyak ya kak!" ucap Hana lagi karena merasa bersyukur suaminya masih mau menyayanginya.
"Iya sama²." jawabnya sambil tersenyum dan melanjutkan makan.
***
Siangnya Hana tidur dan Hasyim kembali ke kantornya sendiri.
Flashback On
"Maaf bu, aku harus tegas. Aku ingatkan kepada kalian sesuai perjanjian bahwa, setelah aku menikah kalian tidak akan ikut campur urusan kami." ujar Hasyim menjelaskan ketika berada di rumah orang tuanya.
"Maksud kamu itu apa Hasyim? Kamu gak mau bantu orang tuamu lagi? Apa semua ini karena isterimu?" tanya bu Setia sedikit kesal.
"Bu, sejak awal sebelum aku nikah kan aku sudah tanya. Apa kalian siap jika aku memiliki tanggung jawab lain untuk tidak terlalu berada untuk kita selama dua puluh empat jam? Maksudku bu, jangan terlalu menekanku lagi, jangan terlalu ikut campur urusan kami, kami sudah berkeluarga bu! Bukan Hasyim gak mau bantu ibu dan ayah, tapi tolong pahami juga situasinya bu. Masak Hasyim kerja suruh pulang hanya untuk belikan Lastri bakso. Apa itu masuk akal bu? Bahkan kalau Hasyim menolak keluar semua bahasa buruk ibu! Kenapa ibu bawa² isteriku? Ku kira itu mau ibu supaya punya menantu!" ucap Hasyim menjelaskan sekaligus bertanya.
"Kenapa kamu jadi bahas kesana Hasyim, kami kan hanya mengingatkan supaya kamu tetap harus ingat orang tua. Kamu masih punya kami, kamu juga dapat upah kalau antar ayah ke kantor bahkan mereka juga mengenalmu Hasyim." jawab ayah Limin mulai emosi.
"Siapa yang mulai duluan yah? Awalnya kan Hasyim hanya bilang kalau Hasyim mau fokus sama keluarga jadi Hasyim mau kerja di kantor Hasyim ayah! Ayah yang mulai duluan kan, bilang kalau aku ini anak durhaka lah, tidak tau diuntung! Itu semua siapa yang bilang tadi?" tanya Hasyim.
"Sudah lah Hasyim, kamu antar saja ayah kamu ke kantor apa susahnya?" ujar ibu Setia enteng.
"Aku punya kantor sendiri ibu. Untuk apa aku mendaftar kalau aku gak pernah hadir? Kenapa ibu sama ayah gak minat tolong Abdul, dia menganggurkan? Kuliahnya juga gak jelas!" ledek Hasyim karena selalu dia yang disalahkan.
"Iya kan masih satu arah Hasyim. Sekalian kamu bawa mobil bersama ayah." bujuk ibu Setia.
"Kenapa gak sekalian ibu atau Lastri saja yanh jadi sopir ayah?" tanya Hasyim.
"Kamu ini. Ya sudah kalau gak mau, anak durhaka memang begitu! Biarkan saja dia bu." ujar ayah Limin berlalu pergi ke kamarnya.
"Kamu ini Hasyim. Isterimu kah larang²i kamu begini?" tanya bu Setia menyudutkan.
"Iya itu bu, pasti isterinya itu yang larangi. Masak mau jadi suami takut isteri Hasyim." ledek Lastri keluar dari kamarnya.
"Kamu tau apa Lastri! Kamu tau kah bantu ibu? Makan saja kamu tau dan kamar. Bantu² itu ibu menyapu, masak, mengepel, cuci piring, perempuan itu wajib bisa pekerjaan rumah. Jangan bicara bisa tapi gak tau apa². Siapa juga takut sama isteri, ibu saja berani ku lawan apalagi hanya isteriku!" ujar Hasyim sombong.
"Sombong sekali kamu Hasyim, bilangi pale isterimu supaya jangan larang²i kamu kalau bantu ibu dan ayah." ujar Lastri sok tau.
"Kamu kalau gak tau apa² diam! Kamu mau ku tampar?" tanya Hasyim bernada santai tapi menakutkan.
"Sudah Hasyim, kamu bikin takut adekmu saja." bela ibu Setia.
"Itu yang buat dia besar kepala sampai badannya juga karena dibela terus! Benar dan salah tetap dibela pantas ngelunjak. Coba aku! Benar salah selalu dianggap salah, bahkan berkata jujur dibilang bohong." ujar Hasyim kesal.
"Sudah mi, kenapa bahasnya ke masa lalu juga." ucap Ibu Setia mulai panik.
"Siapa yang mulai? Aku gak akan begini kalau gak dipancing. Tadi aku hanya bicara baik² tapi tanggapan kalian seolah aku ini gak peduli kalian. Ya sudah maaf kalau sudah menyakiti ibu, aku pamit. Permisi!" tanpa menunggu jawaban Hasyim berlalu pergi untuk pulang.
Flashback Off
***
Hasyim mulai aktif berada dikantornya mulai bulan Maret 2018.
"Kakak akhir² ini rajin ke kantor?" tanya Hana saat mereka sarapan nasi goreng.
"Iya yank, sudah aktif di kantor karena sudah ku tindak tegas orang tuaku." jawabnya.
"Oh. Jadi siapa yang antar ayah Limin?" tanya Hana lagi.
"Kadang diantar Abdul jika sempat, kadang naik motor sendiri. Abdul saja mengeluh jadi sopirnya, penumpang satu na cerewet." jelas Hasyim.
"Gitu ya!" jawab Hana singkat sambil nahan senyum.
"Kamu kenapa nahan senyum? Ketawa saja kalau merasa lucu."
"Hahahaha lucu saja kak, Abdul bilang gitu? Emang selama ini gak pernah jadi sopir ayah dia?" tanya Hana heran.
"Dia gak pernah jadi sopir ayah berdua, biasa ya banyak penumpang gitu! Kalau berdua ayah itu cerewet bahkan lebih cerewet dari kamu padahal dia laki². Abdul mau nyerah tapi ibu selalu membujuknya." jelas Hasyim.
"Gitu ya kak. Emang dia mau jadi sopir gratis kayak kita?"
"Gak lah. Dibayar! Kalau gak salah 500rb atau 1jt gitu sih." ujarnya.
"Wah lumayan lah pake beli beras kak."
"Iya. Aku juga gak tanya², biarkan saja mereka. Selama ini aku jadi sopir juga gak pernah dibayar, selalu jadi pelampiasan kemarahan ayah saja!" jelasnya.
"Bagus kakak sudah bertindak tegas, kalau gak gitu kapan kita bisa mandiri kak!" ujar Hana. Hasyim diam karena benar yang diungkapkannya.
"Kamu benar yank, ya begitulah mereka!" ujar Hasyim.
"Kak aku ke kampus ya? Mau bimbingan terus cek persyaratan ujian akhir." ucap Hana mengalihkan pembicaraan.
"Ya hati²lah. Tapi olah raga dulu yuk!" ajak Hasyim. Hana diam tapi tidak menolak karena memang sudah hak dan kewajiban mereka berdua.
Usai berbincang dan melakukan penyegaran dipagi hari mereka melakukan kegiatan mereka masing².
"Hana, mana Diana dan Ni'mah? Biasa kalian bertiga?" tanya Hikmah saat mereka bertemu didepan kampus.
"Hay. Aku baru datang nih, gak tau mereka dimana karena aku gak janjian juga. Gimana sudah mau ujian?" tanya Hana.
"Belum Hana, aku baru perbaikan nilai. Baru ada uang untuk bayar semesterku yang tertunda." ucap Hikmah. "Aku duluan ya, mau ketemu dosen lagi." pamit Hikmah.
"Semangat ya, sukses!" ucap Hana tulus lalu melangkahkan kaki menuju gedung Pascasarjana.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆