Novel Ini adalah Seasons Kedua Dari Novel Cerai Yuk.
🌹🌹🌹
SINOPSIS
Ditinggal meninggal oleh istri yang sangat ia cintai, membuat dunia seorang Raditya Gunawan, bapak dengan tiga orang anak tersebut, runtuh seketika.
Dia seperti tak memiliki tujuan hidup lagi. Bahkan dirinya tidak mau menikah lagi. Alasan dia bertahan sampai dengan saat ini hanyalah anak-anaknya.
Namun sepertinya prinsip itu mulai tergoyahkan. Saat tanpa sengaja, dia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki paras yang begitu mirip dengan mendiang istrinya, Kalista Vionita (Lilis)
Tetapi meski wajah mereka sangat identik, karakter keduanya sangat berbeda. Membuat Raditya begitu sulit untuk menaklukkan pribadi perempuan yang bernama Melisa Indah Permata itu.
"Harus berapa kali gue bilang. Jangan panggil gue dengan nama Lis, gue nggak suka. Tapi panggil gue dengan nama Melisa.. atau Mel.." - Melisa
"Tapi aku suka panggil kamu dengan nama Lis... atau Lilis.. "- Raditya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lv Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SURAT KONTRAK
Mobil Radit sudah berhenti di depan sebuah hotel yang cukup mewah. Melisa langsung melihat keluar. Dahinya bertaut karena heran.
"Makan malamnya di sini pak?" tanya Melisa.
"Iya..." jawab Radit.
Melisa membuka pintu mobil dan kembali melihat gedung mewah yang menjulang tinggi itu, yang tak lain adalah hotel berbintang.
Radit terus berjalan yang diikuti oleh Melisa di belakangnya. Dia langsung menuju ke bagian resepsionis hotel.
"Reservasi atas nama Raditya Gunawan mba." ucap Radit.
"Oh, langsung ke lantai paling atas ya pak." ucap petugas resepsionis.
Radit dan Melisa pun langsung menuju ke lantai paling atas dari gedung tersebut. Dan sesampainya di sana, Melisa langsung berdecak kagum melihat view restoran tersebut. Pemandangan kota malam hari terlihat jelas dari atas gedung tersebut.
"Astaga, bagus banget." seru Melisa.
Melisa langsung berlari ke tepi gedung. Dia melihat pemandangan kota sambil senyum-senyum sendiri. Angin malam meniup pelan rambut panjangnya yang hanya diikat sebagian saja itu.
Setelah melihat-lihat sekitaran gedung, Melisa lalu mengalihkan pandangannya kepada Radit. Dia mulai menyadari jika sedari tadi hanya ada dirinya dan atasannya itu. Harusnya jika memang ini adalah makan malam penyambutan, pasti ada karyawan lainnya bukan?
"E, pak.... yang lain mana?" tanya Melisa.
"Duduk dulu aja." pinta Radit.
Melisa pun langsung duduk. Dia terus memperhatikan Radit yang juga duduk di depannya. Pelayan lalu datang dan menaruh pesanan mereka di meja.
"Makasih..." ucap Radit pada pelayan itu. Pelayan hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan mereka.
Melisa hanya melihat makanan yang sudah terhidang di depannya namun belum mau disentuhnya sama sekali. Membuat Radit melirik kepada wanita cantik itu.
"Dimakan Lis..." ucap Radit.
"Mel pak.." ucap Melisa. Radit mengangguk pelan.
Melisa mulai tidak nyaman duduk berdua dengan Radit. Dia mencurigai jika ternyata makan malam atas nama penyambutan karyawan baru itu sebenarnya tidak pernah ada.
Apa ini semua akal-akalan pria ini saja? - Melisa
"Sebenernya ini acara apa sih Pak?" tanya Melisa. Radit berhenti dari memotong steak-nya.
"Bapak bohongi saya soal acara penyambutan?" tanya Melisa to the point.
"Maaf ya? Saya sebenarnya cuma mau bicara sesuatu sama kamu. Nggak ada maksud saya untuk membohongi kamu." ucap Radit.
"Maksud lo apa bapak Radit yang terhormat?" Melisa mulai marah.
"Saya butuh kamu di dalam hidup saya." ucap Radit spontan.
"Apa?" Melisa tertawa pelan.
"Iya..." kata Radit lagi.
"Eh, denger ya. Gue emang kismin, tapi gue nggak minat buat jadi selingkuhan om om kayak lo?" Melisa mulai menunjukkan karakternya.
"Aku nggak nawarin kamu untuk jadi selingkuhan ku. Aku cuma mau nawarin kamu untuk jadi pengasuh anak-anakku. Itu aja."
"Apa?" Melisa terperangah.
"Menikah sama saya ya Lis?" pinta Radit to the point.
"Harus berapa kali gue bilang. Jangan panggil gue dengan nama Lis, gue nggak suka. Tapi panggil gue dengan nama Melisa atau Mel." ucap Melisa kesal.
"Tapi aku suka panggil kamu dengan nama Lis atau Lilis." Radit mulai memaksa.
"Serah lo lah."
"Jadi gimana? Mau kan nikah sama saya?" tanya Radit lagi.
"Kalau cuma mau jadi pengasuh anak-anak lo, ngapain harus nikah sama lo segala? Lo mau ngebegoin gue?" kata Melisa.
Radit lalu mengeluarkan secarik kertas dan meletakkannya di depan Melisa. Melisa pun langsung mengalihkan atensi kepada kertas tersebut.
PERJANJIAN KONTRAK PERNIKAHAN
"Apa maksudnya ini?" tanya Melisa.
"Di baca dulu." pinta Radit.
Melisa lalu berdehem dua kali seraya melihat Radit sebelum kemudian matanya beralih kepada kertas yang sudah dia pegang itu.
"Perjanjian kontrak. Kontrak ini di buat sebagai bukti kesepakatan antara dua belah pihak. Tugas dan kewajiban masing-masing pihak sebagai berikut.
Pihak terkontrak harus mau menikah secara sah dengan pihak pengontrak.
Pihak terkontrak harus mau dipanggil dengan nama Lis atau Lilis oleh pihak pengontrak selama kontrak berjalan.
Pihak terkontrak harus mau dipanggil dengan panggilan BUNDA oleh anak-anak pengontrak.
Pihak terkontrak harus menjalankan tugasnya sebagai mana seorang ibu pada umumnya. Mengantarkan anak-anak sekolah, masak, bermain-main dengan anak-anak pengontrak.
Pihak terkontrak dilarang membatalkan kontrak secara sepihak selama kontrak masih berlaku, yaitu lima tahun.
"Apa? Lima tahun? Gue bakal tua di sini dong. Lo gila?"
"Kenapa? Kamu keberatan?" tanya Radit.
"Ya iyalah. Sekarang aja umur gue udah 30 tahun. Lo mau bikin gue jadi perawan tua apa?"
"Kalau kamu keberatan aku bisa ubah jadi empat setengah tahun." ucap Radit.
"Astaga, lo cuma ngurangin setengah tahun doang?"
"Jadi mau kamu berapa?"
"Tiga tahun..." ucap Melisa.
"Oke." ucap Radit seraya menggerakkan sedikit kepalanya.
"Tapi kenapa mesti nikah sih? Lo nggak bermaksud mau ngapa-ngapain gue kan nanti? Awas aja lo?" ancam Melisa.
"Aku nggak mau ada fitnah diantara kita. Sebab nanti kita pasti akan tinggal seatap." jawab Radit.
"Emang bini lo kemana? Lari sama selingkuhannya ya? Kasian amat sih hidup lo." Melisa tertawa lepas. Namun Radit hanya terdiam.
"Kamu butuh uang apa enggak?" tanya Radit lagi.
"Ya butuh lah. Siapa yang nggak butuh uang di dunia ini." jawab Melisa.
"Kamu butuh uang, aku butuh figur ibu untuk anak-anakku. Kalau kamu setuju, tanda tangan kontrak ini. Kalau enggak, juga nggak masalah. Kita batalkan saja." kata Radit.
"Sensi amat sih? Tapi gue dapat apa dari perjanjian ini?" tanya Melisa.
"Semua ada di surat perjanjian." jawab Radit.
Melisa pun kembali membaca surat kontrak ditangannya. Matanya membelalak saat membaca tiap point yang tertulis.
"I.. ini beneran?" tanyanya shock.
"Iya."
"Lo ngasih uang nafkah 10 juta sebulan plus mobil. Dan gue juga menjabat sebagai pemilik toko roti Kalista selama kontrak berjalan? Lo serius?" Melisa tidak percaya.
"Jadi gimana?" Radit lagi lagi meminta kepastian pada Melisa.
"Cuma tiga tahun kan?" tanya Melisa lagi.
"Iya."
Melisa tampak menggigit bibir bawahnya. Di juga mengelus dahinya beberapa saat. Melisa sedang berpikir keras atas tawaran menggiurkan yang Radit berikan. Dia lalu menarik napas panjang.
"Oke. Gue mau." ucap Melisa tegas. Radit lalu memberikan pulpen kepada Melisa untuk wanita ceplas ceplos itu tanda tangan kontrak tersebut. Kemudian Radit meminta surat itu dan dia juga menandatanganinya.
"Orang tua kamu dimana?" tanya Radit.
"Gue kagak punya bokap. Bokap gue ninggalin nyokap gue waktu gue masih di dalam perut." jelas Melisa.
Radit terdiam setelah mendengar tentang kehidupan Melisa. Dia tidak tahu jika gadis yang saat ini ada di depannya memiliki kehidupan yang begitu memilukan.
"Sorry..." ucap Radit.
"Enggak masalah. Gue udah nggak pernah sedih lagi kalau ngebahas soal pria bajingan itu." Melisa tertawa pelan. Namun tidak dengan Radit dia hanya menatap Melisa dengan perasaan yang, ah entahlah.
"Baiklah. Besok pagi kita akan menikah dengan wali hakim." ucap Radit.
"Ha? Besok? Langsung besok?" tanya Melisa shock.
"Iya, besok. Sebab lusa kita akan langsung menjemput anak-anak saya dirumah orangtua saya." jelas Radit.
"O, Oke..." wajah Melisa langsung mengerut.
"Ini saya simpan ya?" kata Radit seraya mengangkat surat perjanjian kontrak mereka.
Melisa lalu memakan makanannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Antara ingin melarikan diri atau terjun dari atas gedung.
Mel Mel.. baru satu hari lo jadi karyawan, besok udah mau nikah aja sama atasan lo? Random banget sih hidup lo? - Melisa
*Bersambung
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hidup memang suka se-bercanda itu. Tapi takdir tidak pernah salah dalam memberikan leluconnya. Mungkin bagi kita itu hanya sekedar untuk ditertawakan, padahal bisa menjadi keseriusan. - LV Edelweiss 😌
JANGAN LUPA LIKE DAN TERUS DUKUNG NOVEL CERAI YUK 2 YA FANS🙏😊
tapi jangan jadi jahat lagi ya... 😊
btw, bapaknya Kalista tau nggak ya kalau anaknya udah meninggal
hidup tanpa ayah/ibu. nggak disukai sodara-sodara...😭
masa cuma gini aja..
penasaran...
masa cuma 3thn lebih lama gk pp mel yo tak dukung sapa tau jodoh 😄🤭
pasti gak menduga si Radit 😄