Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
surat perjanjian
Akhirnya, hari yang ditunggu Celsi tiba. Sejak malam, Celsi terus memikirkan perjanjian apa saja yang ingin diajukan agar menguntungkannya, hingga membuat jam tidurnya berkurang. Namun, sampai sore pun Xaviar belum pulang dari kantornya.
Padahal, Celsi bangun lebih pagi dan membuat sarapan untuk Xaviar agar dia terkesan, sehingga mengiyakan dan menyetujui perjanjian yang dibuat Celsi.
Namun, Celsi merasa kecewa, karena menurut Bi Lia, Xaviar sudah pergi dari kediaman jam satu malam. Sia-sia Celsi membuat telur ceplok, sosis, mi goreng, dan nasi putih. Saat memasak pun, Celsi beberapa kali tercecer minyak saat membuat telur ceplok dan sosis, karena hanya itu yang bisa dia buat.
Akhirnya, perjuangan Celsi kembali dipatahkan saat Bi Lia bilang sosis buatan Celsi gosong. Sakit sekali hati ini, afibadeh.
Celsi duduk lemas di sofa ruang tengahnya. Sudah dari pagi hingga sore, namun tidak sedikit pun Xaviar melangkahkan kakinya di pintu masuk, bahkan batang hidungnya pun tidak terlihat.
"Tuan, Anda ingin praktik sekarat?"
Celsi tidak menjawab, bahkan untuk bergerak pun Celsi sungguh lemas, apalagi bicara.
"Tuan, Xaviar lagi sibuk mengurusi masalah kantornya dan pengkhianat yang masih berkeliaran bebas. Itu sudah dijelaskan di novelnya, masa Tuan lupa?"
Celsi langsung duduk tegak saat mengingat kejadian itu. Kenapa bisa lupa? Saking seriusnya memikirkan surat perjanjian, Celsi jadi melupakan hal yang terpenting itu.
"Sudahlah, Tuan jangan menunggu. Xaviar nggak bakal pulang, itu kesia-siaan yang hakiki."
Celsi menepuk jidatnya akan kebodohannya.
Celsi mengusap-usap bokongnya yang terasa kesemutan akibat terlalu lama duduk menunggu hal yang tidak pasti.
"Udah tepos, tambah tepos," monolog Celsi, masih mengusap-usap bokongnya dengan tangan kanannya. Setelah itu, dia merenggangkan ototnya hingga berbunyi...
"Krek..."
"Krek..."
"Krek..."
Setelah itu, Celsi menguap lebar dengan mata terpejam dan mulut terbuka lebar.
"Huam...."
"Tuan, orang yang Anda tunggu ada di depan Tuan."
Celsi langsung membuka matanya dan terkejut hingga tubuhnya mundur ke belakang dan hilang keseimbangan, akhirnya jatuh. Untungnya, kursinya empuk, jadi tidak sakit jika jatuh.
Xaviar berdiri diam menatap Celsi. Dia terus mendapatkan laporan aneh tentang kelakuan Celsi yang membuat sarapan untuknya dan menunggunya di sofa ruang utama hingga sore hari. Sehingga, Xaviar meninggalkan pekerjaannya untuk bertemu Celsi yang kini berada di depannya.
Celsi tersenyum cengengesan dengan mengangkat kedua tangan kanannya lalu menepuk-nepuk sofa di sebelahnya.
"Pasti capek pacaran sama berkas dan otak terus. Sini duduk dulu," ucap Celsi yang kembali menumpuk sofa sebelah kanannya.
Xaviar menurut saja lalu duduk di sebelah Celsi.
"Intinya..."
"Yaudah deh, langsung ke intinya aja. Gue aja merasa mual bersikap kayak gitu, untung aja Xaviar tahu niatnya."
"Ehem, jadi gini, surat perjanjian gimana?" tanya Celsi dengan semangat.
Xaviar memberikan surat yang sejak tadi dipegangnya kepada Celsi, yang diterima baik oleh Celsi.
Surat Perjanjian
Pihak A dan pihak B harus berstatus menikah.
Pihak B menuruti semua perintah pihak A.
Pihak B melanjutkan sekolahnya, namun tidak boleh memiliki kekasih. Jika melanggar, pihak B harus menanggung akibatnya dari pihak A.
Pihak A wajib mengetahui apapun yang diketahui pihak B.
Pihak A dan pihak B sekamar.
Jika melanggar semua yang disebutkan, pihak B wajib menyerahkan hidupnya pada pihak A, dan begitu pun sebaliknya.
Mulai berlaku pada tanggal 2 September 2021.
Pertanda A. Pertanda B.
"Tuan, Anda jangan menolaknya. Dari pada perjanjiannya sama seperti yang di awal dan kejadian yang baru saja terjadi dua hari yang lalu terulang dan lebih parah. Tuan juga harus tahu, belum ada sedikit pun rasa suka dari Xaviar, pemeran utama laki-lakinya."
Celsi menggigit bibir bawahnya menahan emosi yang ingin meledak. Untung saja sistem memberikan peringatan.
"Baiklah, gue setuju menjadi pihak A," ucap Celsi, membalikkan kata dengan senyum manisnya.
"Lo pihak B," ucap Xaviar enteng.
"Tahan, Tuan."
Celsi menghela napas kasar, lalu menatap Xaviar dengan senyum manisnya lagi.
"Bisa ditambah nggak sama gue?" tanya Celsi baik-baik.
"No, tanda tangan," tolak Xaviar dengan wajah datarnya.
Sungguh, amarah Celsi sudah sampai ubun-ubun. Jika begitu, berarti nih perjanjian hanya menguntungkan Xaviar saja.
"Tuan sabar."
Celsi menatap sistem dengan tajam. Enak banget bilang sabar, coba saja sistem itu tahu bagaimana rasanya berada di posisi ini.
"Baiklah, gue tanda tangan."
Celsi mengambil pena yang diberikan Xaviar lalu menandatanganinya dengan setengah hati dan wajah cemberutnya.
Setelah selesai menandatangani, Celsi memberikan pena dan kertas itu kepada Xaviar.
Xaviar mengambil pena dan kertas itu, kemudian beranjak dari duduknya, pergi meninggalkan Celsi sendiri kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Gue ditinggal gitu aja."
"Tuan, kejar Xaviar. Bisa jadi dia tidak kembali lagi selama seminggu. Ayo Tuan, jangan menolak!"
Celsi dengan malas berlari mengejar Xaviar.
"XAVIAR, TUNGGU!"
Teriak Celsi menghentikan Xaviar yang akan memasuki mobilnya.
Xaviar yang mendengar suara Celsi menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang menatap Celsi yang berlari ke arahnya.
"What?"
Celsi berhenti tepat di depan Xaviar, lalu menormalkan pernafasannya.
"Gue bantu Lo mencari pengkhianat, gimana?" tanya Celsi yang masih sedikit ngos-ngosan.
Xaviar menatap tajam Celsi. Dari mana lagi Celsi mengetahui masalahnya? Bawahannya sudah mencari tahu tentang Celsi, namun tidak ada satupun yang memberitahukannya tentang Celsi yang mengetahui banyak hal. Seolah Celsi ikut terjun juga ke dunia politik dan bisnis.
Dari hasil penyelidikan, Celsi itu hanya anak rumahan, polos, dan pendiam. Dari yang Xaviar amati, sifat Celsi tidak ada satupun yang sama dari hasil penyelidikan. Makanya, kemarin Xaviar menanyakan keaslian Celsi. Namun, jawaban yang diberikan Celsi sedikit masuk akal, dan akhirnya Xaviar tidak lagi melanjutkan pertanyaannya.
"Ok, masuk."
Setelah berpikir, Xaviar menyetujuinya karena sepertinya Celsi bisa membantunya. Selama ini, Celsi mengetahui banyak hal yang bahkan walaupun orang itu menyimpannya sendiri.
Xaviar juga tahu jika Reyhan itu mandul, namun selama ini Xaviar diam saja. Karena Reyhan tidak sedikit pun ingin bercerita atau memberitahu padanya, sehingga membiarkannya. Namun kemarin, Celsi dengan jelas mengatakan hal yang tidak ada satupun orang yang mengetahui selain Reyhan dan Xaviar, yang mendapatkan berkas medis Reyhan di laci kamar Reyhan, dan itu pun tidak sengaja ketemu saat Xaviar mencari sesuatu di kamar Reyhan.
Sedangkan Celsi tidak pernah sedikit pun bertemu dan berinteraksi dengan Reyhan selama ini, dan pertemuan pertamanya itu kemarin. Dari mana Celsi mengetahui hal itu? Sungguh memabagongkan.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Xaviar, Celsi masuk ke dalam mobil Xaviar dan diikuti oleh Xaviar menuju kantor Xaviar.
Celsi sejak tadi terus mengagumi pemandangan kota dari balik kaca mobil, sungguh Celsi menjadi orang udik dan kampungan.
Celsi jadi menyesali di dunianya Celsi sungguh malas ataupun untuk sekedar jalan - jalan dan sekarang Celsi merindukan dan menyesali semuanya, memang benar kata pepatah " penyesalan itu datang di akhir ".
Yang Celsi lihat beda banget dan lebih canggih di dunia ini di bandingkan dunianya, tapi entahlah Celsi tidak terlalu tau perkembangan teknologi di dunianya maupun di dunia ini yang Celsi tau adalah perkembangan dan kecanggihan handphone yang Celsi beli.