Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan
Waktu berlalu meninggalkan hari demi hari, seminggu berlalu amat sepi di rumah utama. Haris selalu di sapa kehampaan saat sudah memasuki rumahnya, rumah yang dulu begitu ramai kini hanya tinggal dirinya seorang dan pembantu dan penjaga rumah.
Haris pulang kerja langkahnya gontai memasuki kamar yang dulu saat pulang selalu ada yang menyambutnya dengan senyumnya. Sepatu kerjanya akan terlepas tanpa harus menggerakkan tangannya. Air hangat tinggal ia masuki tanpa harus menyiapkan sendiri, begitupun baju ganti akan tersedia bila selesai mandi.
Haris sudah mandi dan berganti baju, langkahnya semakin lemas saat menghadapi meja makan, dulu begitu ramai dan terdengar canda tawa anak-anaknya, kini hanya makan sendirian, rasanya begitu hambar.
Haris akhirnya tidak jadi makan, dia mengambil kunci mobil lalu bilang ke bibi jika tidak akan pulang jika ada yang mencarinya, karena ingin ke rumah istri keduanya.
"Bik, Saya akan pergi dan tidak pulang ya... Kalau ada yang mencari."Kata Haris yang di angguki oleh sang pembantu, Haris pun kemudian berlalu pergi.
Mobil Haris keluar dari gerbang, melaju menuju rumah istri keduanya. Haris masih bingung kenapa selama satu Minggu ini susah sekali menemukan anak-anaknya, begitu pula Mutia. Seperti sedang bermain petak umpet, anak-anaknya tidak pundak sekolah namun susah sekali di temuinya.
Setelah menempuh perjalanan beberapa waktu Haris masuk ke rumah moderen minimalis, lalu parkir di sana. Setelah parkir Haris membuka pintu dengan kuncinya sendiri.
Haris masuk ke ruang tamu, di dalam Kiara sudah menyambutnya dengan baju dinas terbukanya lalu menghampiri Haris dengan senyum bahagianya kemudian memeluknya mesrah.
"Kangennn...Udah beberapa hari tidak kesini... Mas sibuk apa sih..."Cerocos Kiara sambil bergelayut manja.
"Aku lapar Sayang..."Kata Haris lalu duduk di meja makan, saat membuka tudung makanan tidak ada makanan satu pun.
Haris menghelai nafas, perutnya terasa perih namun tidak ada makanan. Inilah bedanya Mutia dengan Kiara, Mutia selalu tau kebutuhan dirinya, selalu bisa melayaninya, makan, pakaian, pijitan, beberes rumah, kerja semua Dia bisa hanya saja terlalu pasif dan malu-malu saat di ranjang juga saat di rumah selalu memakai jilbabnya tidak pernah mau memakai pakaian terbuka, alasannya ada penjaga rumah lah dan lain-lain.
Sementara Kiara dia sangat jago masalah ranjang dia selalu berinisiatif memulai duluan, selalu berpakaian terbuka saat di rumah, penampilan selalu cantik dan menggodanya, namun tidak bisa memasak, beberes dan menyiapkan kebutuhannya yang lain.
" Maaf Mas, tidak ada makanan, aku pesankan dulu ya..." Kata Kiara merasa bersalah.
Akhirnya Kiara pun memesan makanan online sambil menunggu makanan datang Kiara membuatkan kopi itu yang bisa dia buatkan untuk suaminya.
Haris memejamkan matanya, menarik dalam dalam nafasnya lalu meminum kopi buatan Kiara. Lagi-lagi Haris membandingkan Kopi buatan Mutia jauh lebih sedap dan pas takarannya.
Kiara menghampiri Haris lalu membelai suaminya "Mas... Kenapa??" tanya Kiara lalu duduk di pangkuan Haris berniat untuk menggoda suaminya, agar menghilangkan kesediahan atau kegundahan suaminya.
Kiara masih berusaha menenangkan suaminya dengan caranya, suaminya paling suka saat dia berada di ranjang, namun ada yang berbeda di wajah suaminya, wajahnya tidak begitu menikmati saat dia melayaninya.
Sementara Haris selalu terbayang-bayang wajah Mutia saat bersama dengan Kiara bahkan saat ini saat mereka sedang bersatu wajah Kiara yang terbayang saat melepaskan hasratnya.
Ini terasa begitu membingungkan bagi Haris, dulu saat belum terjadi masalah dengan Mutia semua terasa tidak membingungkan, dia bisa menikmati waktu bersama Kiara begitupun saat bersama keluarganya semua terasa nyata begitu membahagiakan.
Haris memejamkan matanya saat selesai melakukan semuanya, Kiara berfikir Haris kelelahan karena barusan yang mereka lakukan, nyatanya Haris kelelahan berpikir kenapa aroma Mutia justru yang Dia rindukan.
Begitulah saat manusia hanya memikirkan kenikmatan sesaat, tidak mensyukuri apa yang telah di anugrahkan kepadanya, kenikmatan yang hakiki dan nyata pun akan hilang, karena telah menodai cinta yang suci.
Begitu serakahnya manusia ingin memiliki semuanya secara bersamaan, namun tangan manusia tidak bisa memeluk keduanya maka jika tidak bisa akan kehilangan salah satunya, karena tidak ada satu pun istri yang tidak terluka jika berbagi.
Haris semakin kehilangan nafsu makannya meski perutnya terasa lapar. Haris menyesal namun terlambat, sudah terlanjur pergi Mutianya dalam dekapan. Dan sudah terlanjur terjadi dia menyeret Kiara dalam dekapannya, nyatanya setelah tiada Mutia kehangatan dekapan itu sirna hanya hampa yang terasa, Kiara tidak cukup untuk mengisi kekosongan hati dan dirinya.
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat