Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
Setelah selesai menyalin dan memasukkan kembali bukunya ke dalam tas, Rio berdiri dan berjalan keluar kelas dengan kedua tangan masuk ke saku, namun ketika berjalan dia sedikit heran karena semua pria di kelas menoleh melihat dirinya, dia langsung menoleh ke belakang dan melihat Sarah mengikutinya dari belakang,
“Lo ngapain ngikutin gue ?” tanya Rio.
“Idih, kegeeran lo, pintu keluar kan cuman satu, emang lo mau kemana sih ?” tanya Sarah.
“Toilet, ikut ?” tanya Rio.
“Ogah, gue tunggu depan,” jawab Sarah.
“Lah ngapain sih ?” tanya Rio.
“Kan udah gue bilang tadi, memastikan lo ga ngomong ke siapapun,” jawab Sarah.
“Emang lo pikir di toilet gue ngomong ama siapa hah, stress lo,” balas Rio.
“Bodo, udeh sih cepetan, risih tau di liatin orang,” balas Sarah.
“Lah lo yang kesini,” balas Rio.
Rio berjalan keluar dan Sarah mengikutinya dari belakang. Ketika melihat punggung Rio yang lebar, tiba tiba Sarah tersenyum sinis, “syuuut,” dia langsung memukul kan tinjunya ke arah belakang Rio, tapi Rio bergeser sedikit dan menaikkan tangannya, “tap,” Rio menangkap tinju Sarah.
“Tuh kan, lo bukan orang,” balas Sarah.
“Lo maen bokong aja ya, lagian banyak kali yang bisa kayak gue,” balas Rio.
“Eh denger ya, orang yang kena tinju gue kepalanya pasti pecah, boro boro bisa nangkep, tangannya pasti ancur,” balas Sarah.
“Ya ya...udah ah, ngomong yang normal normal aja napa, misal film ini bagus atau ga, trus komik ini udah baca atau belom, gitu, hal hal umum dan nyata,” balas Rio.
“Jadi lo pikir gue ga normal hah...grrrrrr,” ujar Sarah.
“Berenti ngayal, normal deh,” balas Rio.
“Gue ga ngayal, musti berapa kali sih gue ngomong,” balas Sarah mulai kesal.
Rio berjalan kembali dan Sarah tetap mengikuti Rio, setelah di dalam toilet dan sedang mencuci tangan, Rio melihat dirinya sendiri di cermin. Dia memegang dadanya yang berdegup,
“Hmm baru kali ini jantung gue berdegup kenceng kayak gini, tapi nyaman,” ujar Rio.
Dia mencuci wajahnya dan membasuh dengan handuk kecil yang dia bawa, setelah itu dia keluar kembali,
“Lama,” ujar Sarah yang bersender di dinding pada saat Rio keluar.
“Lo masih di sini ?” tanya Rio.
“Iya lah, lo ga mungkin lepas dari gue,” jawab Sarah.
“Terserah lo lah, mau ke kantin ga ?” tanya Rio.
“Gruyuuuk,” yang menjawab pertanyaan Rio adalah perut Sarah, dia langsung memegang perutnya sendiri dan wajah nya memerah, Rio tersenyum dan mengajak Sarah ke kantin dengan memiringkan kepalanya, Rio berbalik dan berjalan sementara Sarah mengikutinya, tiba tiba Rio berbalik dan menatap Sarah di belakangnya,
“Oi kalau jalan tuh ya, di sebelah gue, jangan di belakang, jadi kayak buntut tau ga, ga enak banget rasanya,” ujar Rio.
“Rese...ya udah, cepetan jalan,” balas Sarah yang masih berwajah merah.
Rio berbalik dan berjalan kembali, kali ini Sarah berjalan bersama di sebelah Rio walau mereka tidak bicara sama sekali. Murid murid yang melihat mereka langsung berkasak kusuk,
“Eh itu kakak kelas 11 kan ?” tanya seorang siswi.
“Iya, biasanya dia sendirian, yang di sebelahnya siapa tuh,” balas siswi di sebelahnya.
“Cakep amat ya tuh cewe, tapi ya....berat kayaknya,” balas seorang siswa.
“Yah elo mah kelaut, saingan lo berat,” balas siswa di sebelahnya.
Namun ada beberapa siswa yang nampaknya seangkatan dengan Sarah, menatap Sarah dengan tatapan yang sinis sambil berkerumun. Rio yang mendengar percakapan bisik bisik para murid yang tidak di kenalnya, melirik melihat Sarah yang berjalan santai di sebelahnya.
“Dia narik perhatian banget sih, sayang sinting,” ujar Rio dalam hati.
Setelah sampai kantin dan membeli makanan, keduanya duduk di sebuah meja kosong yang memang di sediakan untuk makan di tempat. Keduanya duduk bersebrangan, Rio yang melihat Sarah sedang menikmati makananya merasa penasaran karena dua buah taring besar yang menghiasi mulutnya. Dia menjulurkan tangan nya ke gigi Sarah,
“Ini beneran ga sih ?” tanyanya.
“Klak,” sebuah taring tercabut oleh tangan Rio, “aaaaaw,” teriak Sarah sambil memegang mulutnya dan berdiri,
“Ho hafain hih habut hihi hue (lo ngapain sih nyabut gigi gue) ?” tanya Sarah marah.
“Hah...sori, mainan lo patah,” jawab Rio mengembalikan giginya.
“Udah numbuh lagi, liat,” Sarah membuka mulutnya memperlihatkan gigi taringnya yang sudah tumbuh kembali.
Melihat taring Sarah tumbuh lagi, Rio langsung melihat patahan taring Sarah yang sedang dia pegang dan megamatinya dengan sangat serius,
“Bagus banget nih maenan, bisa tumbuh sendiri ? beli dimana ? berapa duit ?” tanya Rio sambil melihat taring Sarah.
“Grrrrrrrr.....masih ga nyadar juga....ampuuuuuuun, otak lo isinya apa sih ?” teriak Sarah sambil berdiri.
“Jangan teriak teriak napa, nih gue balikin,” balas Rio menaruh taringnya di depan Sarah.
“Buang aja, buat apaan, ngapain juga lo kembaliin,” balas Sarah sambil kembali duduk.
“Ya udah buat gue,” Rio memasukkan taringnya ke kantung kemejanya.
“Eh...buang...buang...jangan malah lo kantongin,” ujar Sarah sambil menjulurkan tangannya dan maju ke depan untuk mecegah Rio menaruh taringnya di saku.
“Blugh,” tas kecil Rio yang berada di meja tersenggol oleh Sarah kemudian jatuh ke bawah, Sarah langsung melihat ke bawah, dia melihat beberapa benda keluar dari dalam tas Rio, salah satunya adalah sebuah buku yang sudah usang, di beri banyak tempelan dan memiliki beberapa pembatas buku. Dia membereskan barang barang Rio dan memasukkannya ke dalam tas, kemudian dia menaruhnya lagi di meja kecuali bukunya,
“Ini apa ?” tanya Sarah.
“Eh...itu buku gue,” ujar Rio menjulurkan tangannya ingin meraih buku.
“Eit, tukeran ama taring gue, kembaliin,” ujar Sarah menarik buku nya ke belakang.
“Iya iya, nih,” Rio menaruh kembali taringnya di meja.
Tapi Sarah malah membuka bukunya dan membaca bagian depan buku itu, dia melihat tulisan yang acak acakan seperti tulisan anak kecil, kemudian dia memicingkan matanya untuk membaca tulisannya,
“100 hal...hal yag mau....aku....lakukan ? tulisan lo jelek amat sih,” ujar Sarah.
“Itu tulisan waktu gue baru bisa nulis kale,” balas Rio.
“Ga apa apa nih gue baca,” balas Sarah.
“Bacalah, udah kelar semua,” balas Rio.
Sarah membalik lembar pertama, ketika membaca beberapa tulisannya, “pfft,” Sarah menahan tawanya,
“Apa nih...makan eskrim, nyari jangkrik, main sepeda, ke sekolah ?” tanya Sarah.
“Balikin ah,” ujar Rio menjulurkan tangannya.
“Hehe ntar ntar, lucu nih,” balas Sarah yang menyingkirkan bukunya dari jangkauan tangan Rio.
“Itu gue tulis waktu gue umur lima tahun, karena gue ga boleh keluar rumah,” ujar Rio.
Sarah menutup bukunya dan menoleh menatap Rio, dia menaruh bukunya di meja dan Rio langsung mengambilnya,
“Lo ga boleh keluar rumah ?” tanya Sarah.
“Ya, dari umur lima tahun sampe tiga belas tahun,” jawab Rio sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.
“Gara gara ?” tanya Sarah.
“Jantung gue di diagnosa lemah, jadi bokap nyokap gue hati hati banget sama gue, dari makanan sampai kegiatan gue di batesin ama mereka,” jawab Rio.
“Gitu, trus ?” tanya Sarah.
“Ya karena ga bisa kemana mana, gue cuma bisa nulis di kamar, ngeliat tukang baso, gue tulis pengen makan baso, karena gue ga boleh makan baso, ya semacam itu,” jawab Rio.
Rio melihat wajah Sarah, dia sedikit bingung karena bukannya Sarah meledek dirinya melainkan Sarah terlihat sedih dan iba melihat dirinya, seperti dia pernah mengalaminya sendiri,
“Hehe...gue juga ngerti perasaan itu, tapi gue baru di larang keluar waktu umur gue 8 tahun, jadi gue masih sempet keluar,” balas Sarah.
“Oh gitu,” balas Rio.
“Tapi tadi gue liat, udah hampir semua di centang, berarti semua udah terpenuhi kan,” balas Sarah.
“Ya di usia 14 tahun, dalam setahun pas gue tahu gue hidup lagi, langsung gue kebut dan selesai pas tiga bulan setelah gue ulang tahun ke 14,” balas Rio.
“Bentar, barusan lo bilang apa ?” tanya Sarah yang langsung menatap Rio di depannya dengan wajah serius.
“Gue kebut semua dan kelar di umur 14 tah...”
“Bukan itu, ada lagi kan ?” tanya Sarah memotong ucapan Rio.
“Apa ? gue hidup lagi ?” tanya Rio.
“Ya itu, apa maksudnya ?” tanya Sarah.
“Yah ga lama abis gue ulang tahun ke 13, bokap nyokap gue bawa gue ke dokter buat di diagnosa rutin, tapi dokter bilang umur gue tinggal 4 bulan dan bener, ga nyampe 4 bulan gue udah di rumah sakit lagi dan sempet mati selama 15 menit, tapi tiba tiba gue bangun lagi, trus ternyata jantung gue berubah,” jawab Rio.
“Berubah ?” tanya Sarah.
“Jantung gue jadi kristal dan dingin, tapi masih berdetak walau tidak terdeteksi alat ekg rumah sakit, waktu itu pada heboh sampe gue di bedah segala, anehnya gue di bedah dalam keadaan setengah sadar dan lobang di dada gue nutup sendiri, pas udah nutup gue malah bangun dan bikin kaget semua orang hahaha,” jawab Rio.
“Lo...zombie ?” tanya Sarah.
“Enak aja lo, gue bukan zombie, gue orang, nih,”
“Plok,” Rio menarik tangan Sarah dan menempelkan telapak Sarah di dadanya sampai wajah Sarah memerah, namun Sarah bisa merasakan denyut jantung Rio dan langsung menarik tangannya kembali. Dia langsung mengambil smartphonenya dan jarinya menari nari di atas layarnya, Rio melihatnya dengan heran,
“Lo ngapain ?” tanya Rio.
“Bentar......lo ternyata sama kayak gue, separuh orang separuh makhluk mitos,” ujar Sarah.
“Nah kan mulai lagi,” balas Rio.
“Bentar bentar, gue ga nemu makhluk yang punya jantung atau organ kristal,” ujar Sarah.
“Jelas aja, ini kan kondisi medis dan nyata, bukan mitos atau ngayal,” ujar Rio.
“Duh beneran ga ada, gue yakin lo sama ama gue, ntar gue cari lebih detil lagi,” balas Sarah.
“Haaah....terserah lo lah,” balas Rio menggelengkan kepalanya.