Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Bibit Pelakor.
Mungkin ada yang penasaran dengan Visual para pendukung.
Wina.
Vanny.
Fatir.
Dokter Ramdan.
.
.
Setelah selesai ujian dengan dua mapel, Max dan Divya bergandengan tangan bersiap keluar dari kelas. Namun, seorang gadis menghentikan langkah mereka berdua.
"Max, kamu udah sembuh. Aku kira kamu nggak bakal ikut ujian. Aku khawatir banget loh sama kamu pas kecelakaan kemarin, sampai aku langsung ke rumah sakit tuk jagain kamu. Kamu masih inget, kan?" ucap Sindy si paling genit di kelas, sudah jadi rahasia umum tuh cewek ngebet banget sama Max namun si cowok ganteng itu setia mati sama Ellia.
"Napa emang? Suka-suka gue lah, mau ikut ujian kek nggak kek. Masalah lo jagain gue di rumah sakit itu mau lo sendiri, lagian gue langsung ngusir lo pergi dari kamar rawat gue kan!" ketus Max lalu menyenggol keras bahu cewek itu dan berlalu dari kelas tetap menggenggam tangan Divya.
"Max, tapi aku niat jagain kamu. Emang nya si Ellia, kan kata orang tua mu dia nggak pernah jagain kamu." Lanjut Sindy.
"Kalo punya otak itu dipake! Ellia nggak bisa jagain gue karena dia juga masih sakit! Apalagi Dokter bilang kepalanya kebentur jadi Ellia sedikit hilang ingatan! Udah sana pergi!" Max kembali melanjutkan langkah.
"Max, mau gabung sama kami nongkrong di cafe depan." Sindy tak patah semangat, dia juga sebenarnya sudah tau jika Ellia hilang ingat jadi dia pikir mungkin saja Max berpaling padanya karena Ellia berubah. Gadis itu terus mengintili Max di samping cowok itu, padahal di samping Max ada Divya.
"Sinting! Ujian masih beberapa hari lagi, malah pada nongkrong! Belajar!" sekali lagi Max berkata kasar tanpa lemah lembut seperti saat bersama Divya.
"Max, ayolah." Bahkan kini tanpa malu Sindy memegang lengan Max menahan cowok itu. Sindy bersikap berani seperti itu karena selama ini Ellia bersikap menerima dan lemah tak pernah melawan apalagi berani protes pada gadis lain yang menggoda Maxime.
Brukkk!
"Aduh!" tiba-tiba tubuh Sindy terpelanting ke belakang, gadis itu terjatuh di tanah.
Geng Sindy yang tak jauh di belakang mereka langsung menolong Sindy, mereka lalu melihat siapa orang yang berani mendorong Sindy anak dari anggota Dewan, yang artinya orang itu cari mati.
Mata semua orang membesar saat tau siapa yang mendorong, bahkan Maxime pun melongo tak percaya pacarnya bisa berbuat seperti itu.
Divya berkacak pinggang, wajahnya sudah dia setel dengan ekspresi dingin. Dulu dia dan Fatir paling bandel di sekolah, bahkan beberapa kali dipanggil Guru ke ruang BP. Sekarang ada gadis modelan Sindy, siapa takut!
"Heh cewek gatelll, siapa nama lo?"
Hening!
"Woii! Jangan diem lo, jawab! Tadi mulut lo nyerocos mulu panjang kayak rel kereta nggak ada abisnya, sekarang napa diem?!"
Maxime tersadar dari rasa terkejutnya, dia mendekati sang pacar yang sedang nge'reog takutnya jadi tantrum.
"Sayang, udah. Biarin aja, ya." Max mencoba membujuk.
No! Jangan harap Divya terbujuk, dulu aja para Guru udah angkat tangan. Hanya setelah mengenal Finn saja Divya jadi bodoh, begonya nggak ketulungan karena terlalu bucin.
"Kamu diem aja, Max! Nih cewek kalo dibiarin malah ngelunjak dan nggak tau diri. Udah tau kamu punya pacar dan kita lagi gandengan malah berani nge'goda kamu! Dia ini nantinya bakal jadi bibit pelakor!!"
Wow! Semua orang terkesima, pasalnya selama ini Ellia yang mereka kenal sangat bucin sama Maxime dan tidak pernah melawan ucapan Maxime, selalu menjadi pacar penurut bahkan banyak diam tidak seperti saat ini.
"Sini lo! Awas lo ya! Berani goda pacar gue lagi, gue rontokin semua gigi lo dan gue botakin tuh kepala lo! Paham?!" ancam Divya, meskipun tidak mempunyai perasaan pada Maxime tapi setidaknya lelaki baik seperti Maxime bisa mendapatkan perempuan baik.
"Sindy, udah ah. Yuk pergi ke cafe." Salah satu anggota geng Sindy menarik tangan Sindy agar pergi.
Tanpa membalas ucapan Divya, Sindy and the geng akhirnya pergi.
"Kamu masih belum kembali jadi Ellia, watakmu berubah banget." Ujar Max seraya menggenggam tangan Divya kembali.
"Jelek atau bagus?"
"Tergantung, kamu tau kan siapa Sindy? Ah, kamu kan lupa."
"Siapa emang? Anak Raja?"
"Anak Dewan, plus penyumbang aktif di sekolah kita ini.."
"Ah cuma gitu, biasa aja."
"Kamu nggak takut, nanti dia minta bapaknya buat nggak lulusin kamu loh."
"Hah? Emang bisa masalah hasil kelulusan di otak-atik gitu?"
"Udahlah, nggak perlu terlalu dipikirin. Yuk, pergi ke rumah ku dan kita belajar buat ujian besok."
"Aku mau pulang, Max."
"Ayolah, Mama udah nanyain kamu terus kapan datang ke rumah lagi. Di pesta Kak Meli, Mama sama Papa kan nggak dateng."
"Kenapa nggak dateng? Pantesan kamu cuma ngenalin aku sama para sepupu kamu."
"Papa lagi ada masalah, jadi nggak mood katanya dateng ke pesta."
"Oh, boleh tau masalah apa?" kepo juga Divya.
"Masalah Perusahaan, ada yang fitnah Papa dan menyerang Perusahaan. Kamu bisa baca di portal berita tentang bisnis, kamu akan tau apa maksudku. Intinya, ada seseorang yang menginginkan Perusahaan Papa ku hancur."
Divya mengangguk-anggukan kepala, dia dulu pernah bekerja sebentar mengurus travel dan bisnis berlian milik Papanya sebelum menikah dengan Finn tapi setelah menikah dia benar-benar melupakan tentang bisnis.
'Sebaiknya aku mulai memeriksa lagi tentang bisnis terkini biar nggak kudet'
"Ayo sayang, malah melamun." Ternyata sejak tadi mereka berdua terus berjalan dan sudah sampai di parkiran. Disana sudah menunggu Pak Mamat supir milik keluarga Maxime, mereka pun segera naik ke dalam mobil.
Di dalam mobil, Divya memberi pesan pada Emilio jika Maxime mengajaknya ke rumah pemuda itu setelah selesai ujian. chat nya di WA Emilio masih centang satu, sepertinya ponsel Emilio sedang tak aktif.
"Sudahlah," yang penting Divya sudah memberi kabar.
Saat sampai di rumah keluarga Maxime, Divya turun dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan Maxime. Namun, baru saja Divya masuk ke dalam rumah, terdengar suara bariton khas Emilio. "Sedang apa kamu disini, El?"
Wajah Divya yang sejak tadi menunduk melihat langkah kakinya, seketika terangkat. Jangan ditanya bagaimana wajah Emilio saat ini, mata lelaki pencemburu itu seakan ingin membunuh Maxime saat itu juga.
, terimakasih ya Thor,