Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Kebaikan Rena
Rena meraih tangan Rangga dan menciumnya, layaknya istri yang sangat berbakti dan patuh pada suamimu.
"Aku pergi dulu ya Bang, assalamualaikum." Pamit Rena setelah mencium punggung tangan suaminya.
"Waalaikumsalam." Jawab Rangga terbata setelah Rena memegang kenop pintu hendak keluar.
Rena sempat tersenyum pada Rangga sebelum keluar dan menghilang dari balik pintu kamar itu.
Senyuman yang diberikan Rena sukses membuat Rangga menelan ludahnya. Rangga memegang jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Apa yang terjadi dengan jantungku, kenapa jantungku berdetak lebih cepat?" tanya Rangga pada dirinya sendiri.
Rangga menikmati kopi yang dibuat oleh Rena hingga habis tidak tersisa. Kopi yang dibuat oleh Rena sangat terasa dilidahnya.
Dirumah kini hanya ada Rangga dan Bibi saja, sedangkan Rena, Azuhra, dan Nana pergi kerestorannya karena ada masalah sedikit dengan pekerjanya.
Rangga yang mulai bosan dikamar, karena hanya sendirian, dia berniat keluar dan berjalan jalan ditaman diluar rumah.
Rangga berjalan sembari melihat-lihat taman dan kolam renang di halaman rumah mewah dan besar itu.
Hingga sampai dipintu gerbang rumah, Rangga dipanggil oleh Memet yaitu security yang berjaga didepan pintu gerbang.
"Den Rangga, mau kemana?" tanya Memet saat melihat Rangga sudah berada dipintu gerbang.
Rangga berbalik, dia melihat Memet didepan pos security. Rangga menghampiri Memet, dan duduk di kursi yang ada diteras pos itu.
"Saya Memet, Den Rangga hendak kemana?" tanya Memet lagi mulangi pertanyaan yang tidak dijawab oleh Rangga tadi.
"Tidak, Mas, saya tidak ingin kemana-mana, saya hanya melihat-lihat saja." Jawab Rangga, kerena dia hanya melihat-lihat saja supaya tidak bosan.
Memet mengangguk kepalanya, tanda mengerti yang dikatakan oleh Rangga tadi.
Kemudian Memet menawarkan kopi pada Rangga yng sudah duduk santai dikursi depan meja.
"Den mau ngopi?" tanya Memet. Sembari menuangkan kopi yang dibuat oleh Mbok Darmi tadi kegelasnya.
"Tidak mas, aku baru saja ngopi tadi, kopi buatan istriku memang mantap." Rangga tanpa sadar sudah memuji kopi buatan Rena.
"Kenapa pula gue memuji kopi buatannya, sudah lah, memang fakta kopi tadi memang nikmat." gumam Rangga dalam hatinya tanpa bisa didengar oleh Memet.
Memet juga ikut duduk dan mengajak Rangga bermain catur, sembari bercerita tentang pekerjaannya dan juga tuan rumah yang sangat baik, dan rendah hati.
"Memangnya mas sudah berapa lama bekerja disini?" tanya Rangga tapi tangannya terus menggerakkan anak catur.
"Sudah 7 tahun mas, kalau bima baru satu tahun, kami sangat suka bekerja disini, karena tuan rumah sangat baik. Apa lagi setelah Nona Rena disini. Non Rena itu sangat baik orangnya den, lembut, sopan, dan baik hati, dia juga sering memberikan bonus untuk kamu. Tapi saat pertama kali dia disini kami bingung dengan bahasanya, namun sekarang Non Rena sudah bisa bahasa kita." Memet menceritakan semua tentang Rena yang baik dan juga Azuhra.
Rangga mengangguk, dalam hatinya dia sedang memikirkan apa yang dikatakan oleh Memet kepadanya.
Pendirian Rangga yang membenci Rena semakin goyah, apa lagi sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Rena membuatkan kopi untuknya dan juga saat Rangga cuek padanya, yang dikatakan oleh Memet memang benar adanya.
"Memang mas yakin kalau Rena itu baik, jangan-jangan karena dia sering memberikan bonus untuk kalian, makanya kalian bilang dia baik." tuduh Rangga yang mengira kalau Rena hanya pura-pura lembut dan sopan saja.
"Masya Allah Den, Den Rangga tidak boleh seperti itu. Non Rena itu memang sangat baik orangnya, kalau Den Rangga tidak percaya, Den Rangga bisa nanya sama Pak Dadang, gimana sifat Non Rena. Pokoknya Den Rangga sangat beruntung mendapatkan istri seperti Nona muda kami." Memet sedikit kesal pada Rangga karena dia mengira sudah berpikir buruk pada majikannya.
"Jangan kesal gitu dong mas, aku cuma bercanda, aku percaya kok kalau Rena memang baik orangnya, ayo kita lanjutkan lagi!" ajak Rangga melanjutkan permainan caturnya.
Selesai main catur, Rangga pergi ketaman belakang, dia duduk dikursi yang ada ditaman sembari melihat indahnya bunga yang bermekaran ditaman itu.
Rangga duduk termenung, pikirannya terus saja membayangkan ucapan Memet tadi tentang Rena.
"Dia memang lembut dan juga sopan, dia juga perhatian, tidak sepantasnya gue membencinya. Apa alasan gue membencinya? Menikah dengannya, bukankah dia juga sama seperti gue, dia juga terpaksa, gue dengannya sama-sama terpaksa, jika dia bisa menerima pernikahan ini, lalu kenapa gue tidak?" Rangga terus saja bergumam sendiri.
Rangga benar-benar sedang memikirkan tentang pernikahannya yang membuatnya membenci Rena.
"Kalau gue beralasan Karen masih sekolah dan tidak bisa bebas lagi, lalu bagai mana dengannya? Bukankah dia juga masih sekolah? kebencianku padanya sungguh tanpa alasan. Baiklah kita berdua sama-sama korban perjodohan, Gue akan coba berdamai, gue akan belajar menerima pernikahan ini." Gumam Rangga lagi.
Rangga memutuskan untuk saling menerima, akan belajar menjadi suami yang baik untuk istrinya yang baru saja dia nikahi tadi.
Sementara disisi lain. Mobil yang di kemudian oleh Pak Dadang memasuki halaman rumah.
Setelah mobil terparkir, Rena, Azuhra dan Nana keluar dari mobil itu. Rena buru-buru berjalan memasuki rumahnya.
Rena langsung naik kelantai atas dimana kamarnya berada. Rena tidak mau Rangga menunggunya terlalu lama, dan akan membuatnya marah nanti, walaupun Rangga cuek padanya namun Rena tetap perhatian pada pada suaminya.
Rena langsung memasuki kamarnya, namun tidak ada Rangga disana, Rena melihat kekamar mandi, namun Rangga juga tidak ada.
Rena buru-buru keluar dari kamarnya, dia berjalan kedapur, dimana Mbok Darmi sedang memasak makan malam.
"Mbok, Mbok tau kemana Bang Rangga?" tanya Rena pada Mbok Darmi dengan wajah sedikit panik. Rena takut Rangga marah karena sudah lama dia pergi.
"Den Rangga ada ditaman belakang, tadi katanya mau lihat-lihat." Jawab Mbok Darmi, juga ikut panik.
"Terimakasih Mbok." Rena langsung menyusul ketaman yang diberitahu oleh Mbok Darmi.
Sampai ditaman, Rena melihat Rangga sedang duduk termenung, Rena tidak tau apa yang sedang direnungkan oleh suaminya itu.
Rena menghampiri Rangga dan menyapa. "Bang, maaf, aku pergi terlalu lama, direstoran ada sedikit masalah." Ucap Rena sembari meraih dan mencium punggung tangan Rangga.
Lagi-lagi Rangga dibuat melongo dengan sikap Rena yang begitu sopan, Rangga semakin yakin kalau Rena memang seperti yang dikatakan oleh Memet tadi padanya.
Rangga tidak menjawab apapun, dia hanya mengangguk. Rangga terus bergumam dalam hatinya membenarkan Rena memang gadis yang baik.
Kemudian Rena duduk disamping Rangga, Rena melihat kemana arah pandang Rangga.
Rangga menoleh melihat Rena yang nampak sedikit khawatir dan takut.
"Dia kenapa, kenapa wajahnya terlihat seperti ketakutan dan panik?" gumamnya bertanya pada diri sendiri.
Bersambung.