"Buang obat penenang itu! Mulai sekarang, aku yang akan menenangkan hatimu."
.
Semua tuntutan kedua orang tua Aira membuatnya hampir depresi. Bahkan Aira sampai kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan seorang pria beristri. Dia justru bertemu anak motor dan menjadikannya pacar pura-pura.
Tak disangka pria yang dia kira bad boy itu adalah CEO di perusahaan yang baru saja menerimanya sebagai sekretaris.
Namun, Aira tetap menyembunyikan status Antares yang seorang CEO pada kedua orang tuanya agar orang tuanya tidak memanfaatkan kekayaan Antares.
Apakah akhirnya mereka saling mencintai dan Antares bisa melepas Aira dari ketergantungan obat penenang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
"Apa yang Pak Ares lakukan?"
Seketika Antares terdiam. Tapi dia tidak juga menjauhkan wajahnya. Dia masih menatap Aira dengan jarak yang sangat dekat.
"Pak Ares?" Riko terkejut melihat kedua wajah itu yang sangat dekat. Selama bekerja dengan Antares, baru kali ini dia melihat bosnya dekat dengan wanita.
Antares menjauhkan dirinya dan berdiri. Dia berusaha bersikap santai meskipun detak jantungnya saat ini tidak baik-baik saja. "Aira, kalau ada yang tidak mengerti kamu tanya saja sama Riko."
"Baik, Pak," jawab Aira. Dia kembali membuka e-mail dan segera mengerjakan tugas pertamanya.
Riko mendekat dan duduk di sebelah Aira. "Aira, aku Riko."
"Iya, Kak Riko."
"Jangan panggil Kak, panggil Riko saja." Riko melihat apa yang dikerjakan Aira. "Kamu pasti sudah terbiasa dengan pekerjaan kamu ini."
Aira hanya tersenyum. Pandanganya masih fokus dengan layar komputer itu.
"Kamu sejak kapan dekat sama Pak Ares?" tanya Riko karena dia sangat penasaran dengan kedekatan Aira dan bosnya.
"Tiga hari yang lalu tidak sengaja aku bertemu Pak Ares di jalan waktu Pak Ares jadi anak motor. Pak Ares menolongku," jawab Aira. Tatapan matanya masih tidak lepas dari layar komputer.
"Baru tiga hari tapi udah sedekat ini? Tidak biasanya Pak Ares dekat dengan wanita."
Aira kini menoleh Riko. "Tidak biasanya?"
Riko semakin mendekat karena dia ingin bergosip dengan Aira. "Sekarang Pak Ares sudah 30 tahun tapi masih belum menikah karena dia pernah mengalami patah hati."
"Patah hati?"
"Jadi dulu waktu masih remaja, Pak Ares punya pacar yang sangat dia cintai namanya Adara tapi Pak Ares waktu itu lebih memilih karirnya di dunia hiburan dan fans Pak Ares justru mendukung Pak Ares dengan lawan mainnya. Jadi pacar Pak Ares sering dibully fansnya, bahkan Adara pernah kena amukan fans yang anti hubungan mereka karena pacar Pak Ares hanya wanita biasa."
Aira tertarik dengan cerita itu. Ternyata ini curhatan Antares yang belum selesai waktu dia makan siang bersama kemarin. "Terus? Aku gak pernah ikutin gosip artis jadi gak tahu."
"Pacarnya mutusin Pak Ares lalu nikah sama orang lain. Pak Ares sempat akan tunangan dengan Azura, lawan mainnya dengan shipper sejuta umat itu tapi sampai bertahun-tahun Pak Ares tidak bisa mencintai Azura hingga akhirnya Azura pergi. Pak Ares masih saja mencintai Adara meskipun Adara sudah punya suami dan anak."
Aira terkejut mendengar hal itu. "Terus sekarang masih sama?"
"Tiga tahun ini Pak Ares kembali bergabung dengan geng motor, sering balapan dan segala macam untuk melupakan perasaannya dan aku baru lihat kemarin wajah bahagia Pak Ares saat bersama kamu. Semangatnya sangat terlihat jelas. Sepertinya hati Pak Ares mulai terbuka."
Aira tersenyum dan kembali menatap layar komputernya. "Jadi ini alasan Pak Ares ikut geng motor. Pak Ares hanya semangat buat aku kesal saja bukan mulai membuka hatinya."
Riko tertawa mendengar tanggapan Aira. "Pantas, kalian cocok. Aku dukung kalau kamu sama Pak Ares, bahkan seluruh karyawan di perusahaan ini pasti juga akan mendukungmu."
Aira hanya tertawa. "Pak Ares tidak mungkin suka wanita sepertiku. Lagian Pak Ares itu sebenarnya menyebalkan sekali."
Pintu ruangan Antares kembali terbuka. Dia menatap Aira dan Riko. "Apa yang kalian bicarakan?"
Aira dan Riko kompak menggelengkan kepalanya.
"Ada masalah di tim teknisi. Ikut aku!"
Riko segera berdiri. Dia justru mengajak Aira agar ikut bersamanya. "Ayo, ikut. Kamu juga belum tahu seluruh ruangan di perusahaan ini."
Aira ragu mengikutinya tapi Antares memberinya kode agar ikut bersamanya. Aira akhirnya berdiri dan berjalan di belakang Antares bersama Riko. Mereka masuk ke dalam lift dan turun ke lantai tiga.
"Sistem terbaru gagal di instal. Laptop itu harus launching minggu depan," kata Antares.
Aira hanya mendengarkan mereka berbicara. Hingga mereka masuk ke dalam ruang teknisi yang sudah berisi ratusan laptop.
"Kita sudah bekerjasama dengan perusahaan software. Kalau memang masih gagal, kamu hubungi saja Pak Andre," kata Antares.
Aira melihat tim teknisi sedang berusaha memulihkan beberapa sistem dan data yang mereka instal ke semua laptop baru itu.
"Kita tidak ada waktu lagi. Besok harus selesai dan sudah masuk ke tim QC."
Aira semakin penasaran. Dia mendekat dan melihat beberapa encoding yang dia mengerti. "Boleh saya mencobanya?"
Antares dan semua orang di ruangan itu seketika menatap Aira.
Antares mengiyakannya. "Boleh. Kamu coba saja tapi kalau semakin gagal, kamu tanggung jawab!"
Aira tak menjawabnya dia mengambil alih tempat duduk kepala tim teknisi di tempat itu. Aira membaca singkat sistem yang dibutuhkan kemudian dia segera memasukkan encoding lalu memprosesnya berulang kali.
Antares dengan serius menatap Aira sambil melipat kedua tangannya. Setelah melalui proses yang panjang, sistem perangkat lunak itu akhirnya berhasil di instal ke seluruh laptop yang terhubung. "Succesful!"
Aira berdiri sambil tersenyum. Rasanya sudah lama sekali dia tidak bermain dengan encoding sistem, untung saja kali ini berhasil.
"Ternyata kamu sangat hebat!" kata Tomi.
"Aira bekerja selama lima tahun di Jepang di perusahaan laptop dan ponsel, sedangkan perusahaan ini baru rilis laptop untuk pertama kalinya," kata Riko sambil tertawa.
Antares menatap tajam Riko yang membuat Riko menghentikan tawanya.
"Hebat sekali, dengan pengalaman seperti itu seharusnya masuk di tim kita."
Antares tersenyum miring. "Tomi, kalau dia berada di tim teknisi, kamu yang akan saya pecat!"
"Maaf, Pak Ares saya hanya bercanda tapi apa boleh saya meminta bantuan Aira jika tim kami mengalami kesulitan."
"Boleh, kalau dia tidak sibuk." Kemudian Antares berkeliling untuk mengecek laptop yang sedang dalam proses penginstalan program itu.
"Aira, kamu asli Jepang? Kulit kamu putih sekali dan wajah kamu juga imut dengan mata sipit, kayak orang Jepang. Cantik."
Aira hanya tertawa. "Mungkin karena pernah terkena angin Jepang jadi seperti ini."
Tomi dan teman satu timnya tertawa. Mereka terus mengajak berbicara Aira yang membuat Antares merasa kesal.
"Aira! Kembali ke ruangan kamu! Pekerjaan kamu masih belum selesai, jangan mengobrol di sini! Riko, kamu awasi di sini, jangan sampai ada masalah lagi," kata Antares dengan suara yang cukup keras.
Aira hanya menganggukkan kepalanya lalu keluar dari ruangan itu yang diikuti Antares.
"Kenapa Pak Ares tiba-tiba marah?"
"Kayaknya karena kita goda Aira. Jangan goda Aira! Dia wanitaku! Ya, seperti itulah kira-kira," kata Riko yang masih mengawasi ruangan itu.
Sedangkan Aira kini berada di dalam lift dengan Antares. Dia melirik Antares beberapa kali. "Hmm, apa aku salah bantu di tim lain?" tanya Aira karena dia tidak suka dengan raut wajah Antares saat ini.
"Tidak salah. Mereka yang salah, seperti tidak pernah melihat wanita saja bilang seperti itu sama kamu," kata Antares sambil keluar dari lift.
Aira tidak mengerti apa maksud Antares. Dia kini berjalan di belakangnya. Dih, padahal dia sendiri juga moody, gitu kemarin ngatain aku.
rebut hatinya Aira res biar ga ke gaet sama mantan 😁😁