NovelToon NovelToon
ISTRI BERCADAR MILIK KETOS TAMPAN.

ISTRI BERCADAR MILIK KETOS TAMPAN.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Nikahmuda / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: satria

Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.

Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.

Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.


Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29.

     Baik itu Amira maupun Fajar, mereka berdua sama-sama diam, mendengarkan adzan magrib hingga adzan itu selesai dikumandangkan.

    " Fajar." ucap Amira, begitu suara adzan sudah selesai dikumandangkan.

    " Aku mau bilang sesuatu." sambungnya, saat Fajar sudah lebih dulu bangkit dari sofa tempat duduknya untuk melaksanakan shalat Maghrib.

    Dia ingin mengatakan bahwa dirinya masih belum siap untuk membuka cadarnya di hadapan Fajar, karena dia masih ada sedikit keraguan di dalam hatinya.

    Namun, sampai kapan dia akan terus bersikap seperti itu?.

    Sampai kapan juga dia akan terus menyembunyikan wajahnya di hadapan suaminya sendiri?.

    Di samping dia ingin menyempurnakan shalatnya, dia juga merasa bersalah jika dia harus terus menyembunyikan wajahnya itu dari Fajar, yang sudah jelas-jelas bawa pria itu sudah sangat berhak sekali untuk melihat wajahnya.

     Walaupun Fajar tidak menuntut hal itu darinya, tetapi rasa bersalah itu tetap muncul di dalam hatinya.

     " Jangan dibuka, sampai kamu sudah benar-benar siap." ucap Fajar yang seolah dirinya sudah tau kemana arah pembicaraan Amira sebenarnya.

    " Aku siap!, Aku sudah siap buka cadar di depan kamu." ucap Amira dengan tegas, dengan posisinya yang kini sama-sama berdiri.

     Mereka pun saling berhadapan dan juga saling berdiam diri, tinggi Fajar yang tidak semampai denganya, membuat dia harus sedikit mengangkat wajahnya selama dia berbicara dengan suaminya itu dalam posisi berdiri.

    " Insyaallah, aku sudah siap sekarang!" batin Amira.

    Amira mengatakan itu dengan tegas di dalam hatinya, meskipun tidak dipungkiri kalau jantungnya sekarang sedang berdetak tidak karuan.

    Fajar pun masih diam, belum membuka suaranya, dia sejak tadi terus menatap kedua mata indah istrinya itu dengan tatapan yang begitu dalam dan juga tajam.

    " Nekat juga dia!" batinnya.

    Dia pun lantas langsung melangkah maju mendekati Amira, sementara Amira dia malah melangkah mundur, hingga masih tersisa jarak di antara mereka.

    Walaupun Amira tidak melangkah mundur, Fajar juga tidak mungkin mengikis jarak di antara mereka hingga habis, karena dia sadar, baik dirinya maupun Amira, keduanya masih memiliki wudhu.

    " Saya lagi gak bercanda terkait hal ini, Amira, jadi pikirkan ucapan kamu itu matang-matang sebelum kamu berbicara dan mengambil keputusan." ucap Fajar dengan tenang tetapi terkesan tegas.

    Setiap ucapan juga harus dipertanggungjawabkan, dia tidak ingin kalau Amira harus mempertanggung jawabkan sesuatu yang sama sekali terjadi bukan atas dasar kesiapan dan kemauannya sendiri.

    " Aku udah pikirkan ini, Jar, apa yang kamu katakan juga bukan sebuah candaan." ucap Amira dengan yakin.

    Pikirannya memang sudah berani mengatakan hal itu, tetapi tidak dengan hatinya, hatinya sama sekaki masih belum siap untuk melakukan hal itu.

    Fajar jelas mengetahui ketidak siapan Amira akan hal itu, karena dia bisa melihatnya dari raut wajah Amira yang begitu gugup saat berbicara.

    Dia bisa menebak, jika Amira tidak bisa menyadari perasaannya sendiri, dan malah Fajar lah yang menyadari hal itu ketimbang Amira sendiri.

    " Darimana keberanian kamu itu muncul tiba-tiba, hm?" tanya Fajar, tanpa sedikit pun melepaskan tatapannya dari wanita yang sudah berstatus menjadi istrinya itu.

    Dia tidak akan membiarkan Amira mengambil keputusan tanpa memikirkan keputusan itu dengan baik.

     " Dari Allah, Allah sudah membukakan pintu hatiku, sehingga aku sudah siap untuk melakukan sesuatu yang memang sebaiknya sudah aku lakukan." jawab Amira.

    Amira membalas tatapan Fajar dengan sendu, entah kenapa tatapannya menjadi seperti itu, dia juga tidak menyadarinya.

    " Allah sudah membuka pikiran kamu, tapi tidak dengan hati kamu." ucap Fajar dengan tegas.

    Dia menegaskan itu, supaya bisa membedakan keputusan mana yang harus dia ambil, karena keputusan itu diambil dari pikirannya bukan dari hatinya.

     Amira pun langsung diam seketika, dia mencoba mencerna kata-kata yang di lontarkan suaminya barusan.

    Perlahan, pikiran dan hatinya mulai menyetujui dan memahami maksud apa yang Fajar sampaikan kepada dirinya.

    " Saya gak mau lihat kamu nyesel, setelah ngelakuin hal ini." tegas Fajar kembali.

    Dia memang ingin melihat bagaimana ekspresi dari wajah Amira, tetapi dia ingin Amira menunjukan wajah dibalik cadarnya itu dengan perasaan ikhlas untuknya, bukan karena paksaan ataupun tekanan.

    " Insyaallah aku gak bakal nyesel, justru sebaliknya, aku akan merasa lega, karena aku sudah melakukan hal yang harus aku lakukan."

    Amira tetap kepada keputusan awalnya, dia juga sudah menyakinkan Fajar bahwa itu sama sekali bukan karena sebuah paksaan.

    Namun, tidak bagi Fajar, melihat dari respon yang Amira katakan, Fajar bisa menyadari bahwa Amira belum benar-benar siap seutuhnya.

    Amira ingin melakukan itu karena rasa tanggung jawabnya sebagai istri, yaitu untuk memberikan hak kepada suaminya.

    Salah satunya dengan menampakkan dan memperlihatkan wajahnya yang selama ini sudah dia jaga sebaik mungkin dari orang-orang yang tidak berhak melihatnya.

    " Oke, kalau itu memang kemauan kamu, tapi saya ingetin sekali lagi sama kamu, pikir baik-baik apa yang kamu ucapkan dan apa yang akan kamu lakukan nantinya." pinta Fajar, untuk yang terakhir kalinya dia mengingatkan hal itu.

    Ucapan yang Fajar katakan saat ini berhasil membuat Amira diam dan kembali merenungkan keputusannya.

    " Kalau kamu terus meminta aku buat berpikir, bisa-bisa pikiran aku benar-benar akan berubah, Fajar." ucap Amira, sembari menundukan kepalanya dengan lesu.

    Sesuatu yang sudah dia putuskan dengan yakin, tiba-tiba saja membuat dirinya menjadi ragu atas ucapan dan peringatan dari Fajar itu.

    " Justru karena itu, saya mau kamu pilih keputusan yang gak akan kamu sesali nantinya." sahut Fajar.

    Sebenarnya dia sangat ingin sekali melihat wajah istrinya itu, namun dengan keadaan yang ikhlas dari dirinya, bukan karena rasa bersalahnya atau rasa tanggung jawabnya sebagai istri untuk memberikan hak nya kepada suami.

    Lagipula dia sudah mengatakan sejak awal kepada Amira, untuk tidak saling menuntut hak dan juga kewajiban, sebagaimana pasangan lain yang sudah halal, karena pernikahan mereka terjadi bukan didasari dengan sebuah cinta melainkan sebuah perjodohan.

    " Gimana?, masih mau buka cadar?" tanya Fajar, di tengah-tengah pikiran Amira yang sedang dibuat bingung oleh keputusan yang sudah dia buat sejak awal.

    Kali ini, dia tidak mungkin menjawab pertanyaan dari Fajar, dia masing bungkam, karena dia tidak ingin mengatakan sesuatu yang memang tidak benar-benar keluar dari hatinya, seperti yang Fajar peringatkan kepadanya.

    " Sekarang sadar, kalau kamu belum siap sepenuhnya?" tanya Fajar kembali.

    Amira yang sejak tadi menundukan kepalanya, kini mulai berani mengangkat kembali pandangannya.

     Secara perlahan, kedua matanya itu kembali teralih kepada Fajar yang sejak awal tidak pernah mengedarkan sedikit pun pandangannya, selain tertuju kepada Amira.

    " Aku memang masih merasakan adanya sedikit keraguan untuk memperlihatkan wajah aku di hadapan kamu." ucap Amira pelan dan juga hati-hati supaya tidak menyinggung perasaan suaminya itu.

    " Hm, jadi?" tanya Fajar, sambil menaikan salah satu alisnya.

    " Aku tetap mau lepas cadar, saat shalat bersama kamu." jawabnya, seraya mengulum bibirnya di balik cadarnya.

    Sorot matanya mengisyaratkan seolah ada hal yang lain yang ingin dia sampaikan.

    " Aku mau lepas cadar saat shalat, tapi kamu jangan dulu lihat, aku masih belum siap." sambungnya kembali dengan lirih.

    " Gimana caranya?" tanya kembali Fajar.

    Mereka akan melaksanakan shalat berjamaah, dan Amira akan membuka cadarnya, lalu bagaimana bisa Fajar tidak bisa melihat wajah Amira, sedangkan mereka akan shalat bersama-sama?.

    " Setelah salam akhir, kamu jangan langsung berbalik, kamu harus memberi aku waktu untuk aku memakai kembali cadar ini." jelas Amira.

    " Bagaimana?" tanyanya, dengan tatapan yang seolah mengisyaratkan harapan kepada Fajar untuk memenuhi permintaanya itu.

    Sesuai dengan harapannya, Fajar langsung mengangguk dan bergumam pelan.

    Dengan pembahasan mereka yang cukup panjang, akhirnya merekapun langsung melaksanakan shalat magrib berjamaah, dengan Amira yang melepas cadarnya, tanpa Fajar melihatnya.

    TO BE CONTINUE.

1
Satria
🙏
Siti Mutoharoh
sudah baca sampai ep 20 ternyata di ulang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!