Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Kedatangan Astin mengejutkan
"Oh, itu dia Astin," ucap Astin setelah beberapa saat menunggu dan akhirnya melihat Astin muncul dari arah pintu koridor menuju toilet.
Astin pun tidak menyadari kehadiran suaminya, namun tiba-tiba dia merasa merinding seperti ada sesuatu yang begitu dingin menatapnya.
Namun Astin mengabaikannya, memilih mengeluarkan ponsel dan melihat saat itu sebuah pesan dikirim oleh ibu mertuanya.
"Acara amalnya hampir selesai 'kan? Datang lah perusahaan ibu, ada sesuatu yang perlu kau bantu," isi pesan tersebut membuat Astin menghela nafas, dia menutup ponselnya dan berjalan menghampiri Berlin yang sedang berbincang-bincang dengan seseorang.
Dia pun berpamit pada perempuan itu dan segera meninggalkan acara amal tersebut diikuti oleh 3 tatapan.
"Sepertinya aku harus pergi sekarang," Irman langsung berdiri, dia berjalan untuk mengejar Astin.
Chika tersenyum, lalu berbalik menatap Arga, betapa terkejutnya dia ketika melihat bagaimana Arga menunjukkan wajah penuh kemarahan saat melihat dua orang itu pergi.
Kenapa Arga bisa marah?
Bukankah pria itu tidak memiliki perasaan apapun terhadap Astin?
Kepala Chika dipenuhi dengan berbagai pertanyaan mengenai ekspresi Arga yang sedang ia lihat sekarang.
Tiba-tiba Arga berdiri.
Chika ikut berdiri, dia menatap Arga sambil berkata, "Kau mau keliling? Ayo ikut denganku, tadi aku sudah melihat-lihat,,"
Chika menghentikan ucapannya ketika melihat Arga langsung melangkah pergi, seolah-olah tidak mendengar ucapan Chika.
Maka Chika bergegas mengejar Arga dan menyamakan langkah kakinya di samping Arga, "Kak Arga, aku--"
"Tinggalkan aku sendiri!" Arga memotong ucapan Chika membuat langkah Chika langsung terhenti, dia menggigit Bibir bawahnya memandangi Arga yang terus berlalu.
Dadah Chika seketika naik turun, benar-benar kesal sehingga dia memilih untuk diam-diam mengikuti Arga.
Sementara di pintu keluar, saat ini Astin menghentikan langkahnya begitu mendengar suara Irman memanggilnya.
"Ada apa?" Tanya Astin.
"Apa kau sudah mau pulang?" Tanya Irman.
"Ya," jawab Astin.
"Biar ku antar," ucap Irman.
Saat itu, Astin hendak menolak tawaran tersebut karena dia juga memiliki mobil, namun dia terkejut ketika melihat suaminya muncul dari belakang.
Astin mengerutkan keningnya beberapa saat sebelum akhirnya menatap Irman sambil tersenyum, "tentu saja, ayo," ucap Astin berpura-pura tidak melihat kedatangan suaminya.
Irman menganggukan kepalanya dan segera berjalan bersama Astin menuju lift.
Arga yang melihat itu pun menghentikan langkahnya, menggertakkan giginya melihat kepergian kedua orang itu.
Maka Arga pun tidak mengikuti mereka berdua, hanya menunggu sampai kira-kira dua orang itu telah memasuki lift lalu Arga pergi menggunakan lift lain dan turun ke lantai bawah.
Di lantai bawah, ia melihat dua orang itu berpisah sebab Astin menaiki mobilnya sendiri.
Entah kenapa saat itu, perasaan Arga menjadi lebih tenang, lalu dia berjalan ke mobilnya dan segera meninggalkan tempat itu untuk kembali ke perusahaan melanjutkan pekerjaannya.
Di perjalanan, sang asisten berkata, "Bagaimana dengan sumbangan ke acara amal itu?" Tanya sang asisten.
"Aturlah sesuka Hati," jawab Arga dengan suara yang begitu dingin, tampak tidak tertarik dengan pembicaraan mereka hingga sang asisten tidak berani berkata apapun lagi.
Maka mobil terus melaju sampai akhirnya mereka tiba di perusahaan dan Arga kembali melanjutkan pekerjaannya seperti biasa.
Namun tetap saja, meski dia berusaha untuk fokus pada pekerjaannya, beberapa kali dia menjadi terganggu setiap kali bayangan Astin pergi bersama Irman muncul di pikirannya.
Tidak tahan karena terus terganggu, Arga pun mengambil ponselnya, segera mengirimkan pesan teks pada Irman.
"Jangan mendekatinya lagi!"
Pesan teks tersebut langsung dibalas oleh Irman, "Apa maksudmu? Siapa yang kau maksud?"
Balasan pesan tersebut membuat Arga merasa semakin kesal dia melemparkan ponselnya itu ke samping, gusar.
Arga pun berada dalam suasana hati yang tidak baik, merasa tidak tenang sampai tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka membuat Arga mengulurkan tangannya mengambil sebuah pulpen dan melemparkannya ke arah pintu.
Astin yang baru saja masuk langsung melototkan matanya, dan dengan cepat menghindar dari pulpen yang dilempar itu.
Setelah berhasil menghindar, Astin memegang dadanya sambil menatap pulpen yang terjatuh di lantai..
Dia hanya datang ke tempat itu karena disuruh oleh ibu mertua, tapi ternyata kedatangannya tidak disambut baik!
Aston mengangkat kepalanya menatap Arga ketika rasa terkejutnya meredah, lalu dia berjalan dengan kesal menghampiri Arga dan melemparkan paper bag ke atas meja kerja Arga.
"Ibu menyuruhku mengantar ini! Lain kali, katakan pada ibu kalau kau tidak mau aku menginjakkan kaki di tempat ini supaya dia tidak perlu meminta tolong padaku!" Bentak Astin sebelum berbalik meninggalkan tempat itu dengan langkah yang panjang.
Arga tercengang, dia tidak bermaksud seperti itu!
Tadinya dia pikir yang masuk tanpa mengetuk adalah asistennya sendiri sehingga membuatnya semakin kesal, tapi Siapa yang menyangka bahwa yang datang ternyata adalah istrinya?
Pria itu berlangsung berdiri, berlari untuk mengejar istrinya.
.yg penting sehat sehat terus, lanjut berkarya /Ok//Ok/