Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#7. Hasil Penyelidikan Alberto.
"Baiklah. Aku akan meminta Rocky Garang untuk mencari putra kita." Alberto meletakkan ponsel di gendang telinganya.
Pria itu berbicara dengan salah satu kaki tangannya yang selalu ia percaya dan andalkan dalam melakukan apapun.
Selama ini, dirinya terlalu melepas dan membebaskan Choki. Akan tetapi, anak itu semakin kebablasan saja.
"Ini adalah terakhir kalinya kita kecolongan anak itu. Mulai besok, kau di rumah. Biar aku bekerja dengan tenang," ucap Alberto. Setelah pria itu memutuskan sambungan telepon dengan anak buahnya.
"Kau tidak bisa begitu honey! Aku tidak mau diam saja di rumah. Kau tau kan anak kita sudah dewasa, dan dia memiliki dunianya sendiri," bantah Eliana. Rambutnya yang berwarna kehijauan ia gelung asal menggunakan jepit.
"Kenapa kau selalu keras kepala Eli? Kenapa kau tidak bisa memberikan kepercayaan padaku sedikit saja," keluh Alberto yang semakin lama merasa frustrasi dalam menghadapi istrinya.
Pria kharismatik ini sangat mencintai Eli. Akan tetapi, beberapa belas tahun lalu ia pernah terjerumus ke dalam jebakan seorang sekretarisnya sendiri.
Sejak saat itu Eli menjadi istri yang sangat posesif terhadap suaminya sendiri. Bahkan, Eli melepaskan pengasuhan putra semata wayangnya kepada baby sitter dan asisten rumah tangganya saja.
Sementara, Eli yang sering ikut pergi keluar negeri mengiringi suaminya itu, membuat Choki sejak kecil kekurangan perhatian dari kedua orangtuanya.
Dalam pikiran Eli, putranya takkan pergi menjauhinya atau meninggalkannya meskipun ia tak memberikan banyak waktu untuk anak itu. Sebaliknya, jika ia membiarkan suaminya kesana-kemari seorang diri, Eli takut kesempatan itu akan dimanfaatkan kembali oleh para wanita yang tergila-gila akan ketampanan serta kekayaan suaminya itu.
Ya, itulah yang Eli pikirkan selama ini.
Padahal, merawat dan mengasuh anak adalah tanggung jawab kedua orangtua. Akan tetapi, Alberto hanya melimpahkan itu padanya. Eli yak terima begitu saja. Ia takkan rela suaminya melenggang bebas di luar sana sementara dirinya terkekang di dalam mansion mewah mereka.
Tanpa keduanya sadari, kediaman yang sepi tanpa kehangatan dan kasih sayang keluarga ini justru membuat seorang anak tidak betah untuk berada di dalamnya. Sehingga, hal itu menjadikan sosok Choki mencari kasih sayang dan perhatian di luar sana.
Pemuda itu memilih hidup bebas tanpa memperdulikan nama baik kedua orang tuanya. Seorang anak yang pada akhirnya tak memiliki masa depan. Sekalipun keadaan finansialnya sangatlah memadai.
Harta melimpah dengan aset yang tak terhitung jumlahnya. Membuat orang akan berpikir jika hidup Choki luar biasa sempurna.
Padahal, tidak sama sekali. Ada hal yang tidak pemuda itu dapatkan sejak kecil. Yaitu, kehangatan dan keberadaan sebuah keluarga yang akan menanyakan bagaimana perasaannya, gimana sekolahnya hari ini lalu siapa saja temannya.
Hal sederhana itu, yang nyatanya tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.
Materi... materi dan materi.
Hanya itu yang kedua orangtuanya penuhi hingga ia muak dan mengabaikannya.
Bahkan, Choki lebih sering tidur di basecamp tongkrongannya yang terbilang jauh dari kata mewah.
Alberto mulai mengerahkan kaki tangannya guna mencari keberadaan putra semata wayangnya itu.
Pria itu tak tau jika sang putra memang jarang sekali pulang ke mansion mereka. Karena Choki akan selalu berada di kediamannya ketika pemuda itu mengetahui akan kepulangan kedua orang tuanya.
Akan tetapi, hari ini bahkan ponsel Choki saja tak bisa menyala. Pemuda itu juga tengah bersembunyi di sebuah kampung karena sebuah peperangan antar Genk.
Selang beberapa jam kemudian, Rocky yang merupakan anak buah Alberto menemuinya.
"Tuan, putra anda adalah seorang ketua Genk motor yang cukup di segani di wilayah barat," lapor Rocky Garang. Pria dengan rambut gondrong dan tatto di tengkuknya itu berkata lugas dan jelas.
"Astaga!" Alberto kaget. Ia tak menyangka jika putranya masuk kedalam komunitas yang negatif.
"Hal baiknya, putra anda tidak minum alkohol dan narkoba, bahkan merokok pun tidak. Ini hasil penyelidikan yang saya dapat dari anak buahnya. Tetapi--"
"Tetapi apa? Katakan!" tegas Alberto. Meski dalam hatinya ia merasa agak tenang ketika tau bahwa putranya tak menyentuh barang-barang haram itu.
Rocky menarik napasnya dalam sebelum meneruskan laporannya.
"Putra anda, terjebak peperangan antar Genk beberapa hari yang lalu. Dan--"
"Katakan apa! Jangan sepotong-sepotong kalau berbicara!" hardik Alberto seraya mencengkeram kerah baju Rocky. Padahal pria itu sendiri yang terus memotong penjelasan pria berwajah garang ini.
"Maaf Tuan, anda tenang dulu dan dengarkan penjelasan saya hingga selesai," ucap Rocky agar pria dihadapannya ini melepaskannya.
Alberto melepas cengkeramannya dan terlihat memijat pangkal hidungnya.
"Apa yang terjadi dan dimana dia sekarang?"
"Itulah, Tuan. Masalahnya tak ada satupun anak buahnya yang tau dimana putra anda bersembunyi. Terakhir mereka berkomunikasi, putra anda mengatakan telah berada di tempat yang aman. Karena keberadaannya masih di cari-cari oleh kawan, maka anggota genk motor yang di naungi oleh putra anda manfaatkan agar jangan keluar dulu dari persembunyian," jelas Rocky.
Hah.
Alberto nampak menghela napasnya kasar.
Pria itu tak menyangka jika sang putra terjerumus dalam pergaulan yang seperti itu.
Alberto pun menitahkan agar Rocky terus memantau perkembangan dari putranya. Kini pria pemilik beberapa perusahaan di dalam maupun luar negeri ini hendak menemui istrinya.
Kebetulan, Eliana baru saja keluar dari spa pribadi di kediaman mewah mereka. Ya, mansion ini memiliki jacuzzi untuk berendam merilekskan pikiran.
"Kau tau berita apa yang akan ku bawa mengenai putramu!" seru Alberto dihadapan istrinya.
"Kau sudah menemukannya, Honey? Dimana dia? Aku merindukannya," cecar Eliana dengan raut wajah sumringah.
"Merindukannya, tapi kau lebih sering bersamaku. Seharusnya kau itu mendampinginya apalagi di masa remaja dan peralihan dia dewasa. Lihatlah sekarang, bahkan putra kita menghilang karena sedang di buru orang!" sarkas Alberto.
"Apa maksudmu, Honey. Katakan yang jelas mengenai putraku!" pekik Eliana seraya mencengkeram lengan kemeja yang di kenakan oleh suaminya.
"Putramu itu ketua Genk motor! Dan dia berseteru dengan Genk lawan sehingga terancam di bunuh! Entah dimana dia bersembunyi saat ini. Apa kau puas Eli!" bentak Alberto pada kalimat terakhirnya.
"Choki ...," lirih Eli.
Selaras kemudian tatapan matanya mengarah tajam ke arah Alberto.
"Kau membentakku, Honey. Kau tega mengucapkan nada itu padaku? Kenapa kau seakan melimpahkan kesalahan ini padaku!" pekik Eli merasa tak terima.
Alberto yang sadar telah melakukan kesalahan, kembali memijat pangkal hidungnya. Pria itu mendudukkan kasar bokongnya di sofa.
"Kau tau Eli, seorang ibu seharusnya di rumah dan mengurus anaknya. Bukan malah mengikuti suaminya bekerja!" tegas Alberto.
"Lalu mana putraku sekarang! Kau tidak bisa menyalahkan aku atas semua kejadian ini!" pekik Eli lagi.
Setelahnya wanita itu melemaskan dirinya jatuh ke lantai.
"Eliana!!"
_______
Pagi ini di sebuah pemukiman yang cukup padat penduduknya.
Seorang wanita berpakaian muslim tertutup rapat hendak melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Sejak subuh tadi ia telah berusaha membangun pemuda yang secara agama telah sah menjadi suaminya. Karena itu Annisa merasa memiliki kewajiban untuk mengingatkan perihal ibadah kepada Choki.
Tetapi, pemuda itu hanya menggeliat dan menggerutu saja. Annisa yang tidak berani melakukan lebih dari itu pun memilih untuk keluar rumahnya dan meninggalkan Choki sendirian.
"Maaf, ini terakhir kali aku melayani kamu sebagai tamu," ucap Annisa pelan seraya meletakkan minuman teh panas dan juga nasi goreng di atas meja.
Gadis itu tak peduli jika Choki bangun nanti ketika keadaan makanan dan minuman itu sudah dingin.
Annisa berlalu keluar rumah dengan membawa produk jualannya di kardus yang ia tenteng di tangan kiri.
Sementara di bahu kanannya tersampir sebuah tas kain.
Annisa menghembuskan napas sebelum ia melangkah menjauhi pekarangan rumahnya. Ia menguatkan mentalnya untuk menghadapi para warga yang mungkin nanti akan memandangnya berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
"Bismillahi tawakaltu alallah. Lahawla wala kuwwata illabillah. Hanya Engkau ya Allah yang tau apa yang menjadi niat Annisa," gumam gadis itu, sambil mengunci pintu pagar kontrakannya.
Baru selangkah Annisa menjauh.
"Hei Annisa!!"
Terdengar suara cempreng yang memanggilnya kasar.
Bersambung
Jazakillah khairan author
👍👍👍👍👍
ana uhibbuki fillah untuk perempuan