Setelah bereinkarnasi ke dunia lain, Klein memutuskan untuk merubah hidupnya. Sebagai seorang yang bekerja keras dalam belajar dan akhirnya menjadi pekerja kerah putih yang terus-terusan bekerja lembur sampai kematiannya, di kehidupan ini dia memutuskan-
Tidak akan bekerja dan hidup dengan santai!
Untungnya, Klein bereinkarnasi sebagai pangeran pertama dengan keluarga yang menyayanginya. Belum lagi, dia juga menunjukkan bakat sihir yang sangat luar biasa, langka di antara umat manusia.
Latar belakang hebat dan bakat super, bukankah itu cocok sebagai pahlawan atau semacamnya?
Bahkan jika itu benar, Klein tidak peduli. Dalam hatinya, hanya ada satu tekad yang selalu dia jaga.
‘Di kehidupan ini-‘
‘Aku hanya ingin bermalas-malasan!’
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kei L Wanderer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[ Judul Di Bawah ]
Melihat ke arah Arianna, walau tidak begitu mengerti, Thea tanpa sadar tersenyum ketika menanggapinya.
“Kalau begitu aku akan menerima tantanganmu,” ucapnya serius.
Sosok Thea kembali bergegas ke arah Arianna. Berbeda dari sebelumnya, dia tampak lebih bertekad.
Swoosh!
Melihat percikan api yang mulai menyala, lalu kemunculan bola api di ujung tongkat Arianna, Thea hanya tersenyum.
Sebenarnya ada cara untuk melawan sihir para Mage, dan ini sering digunakan oleh para Warrior kuat. Yaitu menyelimuti tubuhnya dengan energi sehingga mereka bisa menerobos api, api, udara dingin, dan berbagai macam halangan lainnya.
Tentu saja, tergantung sihir macam apa yang digunakan dan seberapa kuat energi pertahanan Warrior tersebut.
Di pertandingan sebelumnya, bukannya Kenny tidak bisa menggunakannya, tetapi tidak dapat menggunakannya karena Klein tidak menggunakan sihir semacam itu.
Sosok Thea menembus api yang baru muncul. Dia kemudian menebas bola api yang menyerangnya.
Ketika mendekat, Arianna langsung menggunakan sihir angin sebagai bantuan bergerak. Hanya saja, dia tidak begitu leluasa menggunakannya dan gerakannya tidak secepat itu, jadi Thea langsung menyusulnya.
Tanpa sedikit pun keraguan, dua bilah belati Arianna dilapisi energi lalu dia menebas.
Arianna yang mencoba menghindar hanya bisa mencoba menangkis dengan tongkatnya.
Tebasan pertama ditangkis dengan pas, tetapi tangan lainnya langsung menebas mengenai sisi kiri pinggang gadis itu.
Thea memutar tubuhnya lalu menendang Arianna dengan keras.
BANG!
Sosok itu terpental dan berguling beberapa kali, tetapi segera bangkit. Melihat Thea bergegas ke arahnya untuk menjatuhkannya, Arianna langsung membidik gadis itu dengan tongkatnya.
Boom! Boom! Boom!
Bola api terus-menerus ditembakkan. Tidak hanya itu, beberapa tombak api juga ditembakkan ke arah Thea.
Energi yang melapisi tubuh Thea tampak semakin kuat. Gerakannya menjadi semakin cepat, menghindari serangan demi serangan Arianna sambil terus mendekat.
“Fire Shield!” teriak Arianna.
Melihat perisai api tiba-tiba menghalangi jalannya, Thea langsung memegang belati secara terbalik dan melompat sambil menebas ke bawah. Tampak seperti ular beludak yang menunjukkan taringnya.
SLASH!
Perisai api ditembus. Thea kemudian menebas Arianna, tetapi kali ini gadis itu bisa menangkis beberapa serangan meski akhirnya masih menerima satu tebasan dan dipukul sampai berguling di lantai.
Tidak peduli berapa kali terjatuh dan terluka, Arianna tetap bangkit dengan wajah penuh dengan tekad. Sama sekali tidak ada niat untuk menyerah.
Pertarungan terus berlanjut. Orang-orang melihat sihir api terus ditembakkan, tetapi gadis penyihir itu jatuh dan jatuh berkali-kali.
Melihat Arianna yang tetap berdiri kembali, Thea bahkan merasa terkejut dan kagum.
“Kenapa kamu tidak menyerah saja?” tanya Thea yang juga sudah kelelahan.
“Tidak akan!”
Arianna membalas tegas, sama sekali tidak ada keraguan.
Saat itu juga, beberapa kenangan ketika berlatih dengan Klein muncul di benaknya. Gadis itu mengingat pemuda yang selalu mengingatkannya, lalu bergumam dengan suara yang hanya bisa dia dengar.
“Maaf.”
Setelah mengatakan itu, Arianna yang sudah kelelahan memegang erat tongkatnya dan menunjuk ke arah Thea.
Sesaat kemudian, suhu di sekitar tiba-tiba meningkat secara drastis. Percikan api muncul dan berputar membentuk pusaran api di sekitar gadis itu.
Lantai di sekitar Arianna seolah dilapisi lautan api, tetapi gadis itu seolah tidak mempedulikannya. Dia memegang tongkat sihirnya erat-erat dan mengarahkannya ke Thea, sebuah bola cahaya muncul di ujung tongkatnya.
Sesaat kemudian, kobaran api, hembusan angin, dan garis-garis cahaya berkumpul di bola cahaya berwarna merah keemasan.
Thea tahu kalau sihir itu sangat berbahaya, bahkan bisa membunuhnya. Dia ingin menyela, tetapi tidak bisa mendekat karena suhu panas ekstrem di sekitar Arianna.
Keringat yang membasahi tubuh Arianna menguap begitu saja. Bekas luka tebasan mengering, tetapi jelas tidak disembuhkan.
Tangan yang memegang tongkat sihir menunjukkan tanda-tanda luka bakar yang terus menyebar, tetapi gadis itu sama sekali tidak berniat untuk berhenti.
“Hentikan, Arianna!” teriak Eliza yang bangkit dari tempat duduknya.
Wanita itu tidak terlihat dingin seperti biasanya, tetapi tampak sangat cemas. Dia jelas tidak menyangka kalau adiknya benar-benar sembrono.
“Cukup, Junior. Kamu luar biasa. Aku menyerah!” Thea mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum lembut.
Walau bisa bertaruh, tetapi dia memilih menyerah karena menghargai tekad Arianna.
Hanya saja, Arianna tidak bisa mendengar apa-apa. Dia merasa kesadarannya hampir menghilang, dan tubuhnya akan jatuh kapan saja. Menggertakkan giginya, gadis itu berteriak sekuat yang dia bisa.
“Musnahkan segala sesuatu yang menghalangi jalan ku, Scorch Magic-“
“Pearl of Annihilation!”
(Mutiara Penghancuran!)
Pada saat itu, sosok yang sebelumnya diam, Sonya tiba-tiba menghilang dari tempatnya. kursinya hancur, dan sosoknya telah menghilang lalu muncul di samping Arianna.
Wanita itu kemudian memukul tongkat Arianna dengan sarung pedangnya, membuat tongkat itu merubah arahnya.
Sesaat kemudian, bola cahaya ditembakkan ke angkasa, meluncur dengan kecepatan luar biasa lalu-
BLARRR!!!
Suara ledakan sangat keras terdengar. Di depan tatapan terkejut semua orang, ledakan kuat itu layaknya kembang api raksasa yang melenyapkan semua awan di sekitar, bahkan membuat seluruh arena berguncang.
Memikirkan apa yang terjadi jika sihir itu meledak di tempat ini, orang-orang itu tidak bisa menahan keringat dingin.
Saat mereka menoleh, tampak Sonya yang memegang Arianna yang tak sadarkan diri dengan tangan kirinya.
“Karena Thea menyerah terlebih dahulu, pertandingan ini, Arianna Flamel yang menjadi pemenangnya!”
Suara Sonya tidak begitu lantang, tetapi terdengar jelas karena arena saat ini benar-benar sunyi.
Walau tidak terduga dan agak berbahaya, tetapi tidak ada yang menolak keputusan itu. Sebaliknya, banyak orang bertepuk tangan ketika melihat Arianna dibawa dengan tandu.
Di tempat duduk penonton, Luna melirik ke arah pemuda yang duduk di sebelahnya lalu memanggil, “Master?”
Mendengar itu, Klein yang baru saja tertegun terbangun dari lamunannya. Sebelumnya pemuda itu juga ingin bertindak jika tidak ada yang bergerak, tetapi dia tidak melakukannya karena Sonya mengawasi dengan cermat.
Selain itu, Klein juga merasa agak menyesal.
“Dia benar-benar keras kepala, tapi aku juga harus bertanggung jawab karena ini ada hubungannya denganku,” gumamnya pelan.
‘Meski tidak sekuat Flowers Storm Magic – Higanbana, tetapi aku jelas telah berkata kalau konsep sihir semacam itu hanya bisa digunakan minimal saat kekuatan berada di tingkatan White Robe tingkat menengah (level 5).’
Bangkit lalu berjalan pergi menuju ke tempat Arianna dirawat, Klein menghela napas panjang.
‘Benar-benar gadis keras kepala.’
>> Bersambung.
Judul : Scorch Magic, Pearl of Annihilation.
wkwkwk setiap cerita dibikin alur smpe setengah doang abis itu gk di lnjut
dah gw duga juga sih tpi tetep aja agak kecewa
yg pengen gw blng yg terbaik aja buat lu thor
Tapi kalau emang buat ada side income kayaknya karya ini ga sepopuler yg kemaren jadi mungkin kalo emang ga cuan kami ga masalah ga dilanjut
Walau tetep harapannya bisa membaca kisah ini sampai bener bener tamat