Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Dalam Bahaya
Suasana malam membuat Zafira susah untuk berlari dengan bebas karena menghalangi pandangan matanya. Apalagi saat ini kekalutan serta ketakutan terlalu mendominasi dirinya sehingga menjadikan langkah kaki sungguh terasa berat untuk diajak berlari kencang.
Dari tadi berlari, dia merasa hanya jalan di tempat saja, tidak juga sampai di tujuan yang aman untuk bersembunyi atau sekedar bertemu dengan seseorang yang bisa menyelamatkannya.
Zafira terus berlari dan sesekali menoleh ke belakang. Dia terus berdoa dalam hati semoga para penjahat tersebut tidak berhasil mengejarnya. Dag-Dig-dug jantungnya berpacu dengan langkah kaki yang kian dipercepat. Ketakutan yang dirasakan menjadikan tenaganya seolah bertambah berpuluh kali lipat. Yang ada dalam fikirannya, dia harus berhasil menyelamatkan diri dari preman jalanan yang terus mengejar di belakangnya.
Dan saat Zafira menoleh ke belakang ternyata kedua pria kekar hitam bertato masih berusaha mengejarnya. Tidak hanya Zafira yang tampak kelelahan, kedua preman itu pun terlihat tersengal.
"Bruugkhh"
Zafira terjatuh dan terduduk. Sakit di pinggul sempat dirasakannya. Tetapi dia tidak memiliki waktu untuk meringis apalagi menangisi diri. Segera diangkatnya tubuh lalu kembali berlari. Kepalanya terus saja menoleh ke belakang dengan sorot mata berkabut rasa takut.
Dilepaskannya sandal jepit yang menurutnya licin jika dibawa berlari. Dibuangnya ke sembarang tempat. Kemudian dengan sisa tenaga yang masih ada dia kembali melanjutkan langkah meski dia tahu kalau telapak kakinya pasti akan terluka karena harus menapaki kerikil-kerikil kecil.
Rupanya dia baru sadar, kalau saat ini dia sudah tidak berada di pinggir jalan raya tetapi sudah berlari di antara pohon-pohon rindang serta rerumputan hijau di tanah. Pantas saja dari tadi dia tidak menemukan pengendara di jalanan.
Zafira berusaha mencari arah menuju jalan raya. Namun karena saat ini fikirannya sedang kalut ditambah fokus matanya yang terpecah karena menoleh ke belakang membuatnya kesulitan menemukan dimana arah menuju jalan raya.
Di sekian menit gadis itu berlari, tiba-tiba saja dia kembali terjatuh. Mungkin karena tenaganya sudah mulai habis membuat larinya sudah tidak tegak lagi. Kakinya terpeleset tersandung batu yang cukup besar. Lututnya membentur tanah yang berkerikil kecil. Perih terasa di bagian bekas benturan tersebut.
Dia meringis memegangi lutut sambil meniupnya untuk mengurangi rasa perih. Kepalanya terus terfokus pada dua preman yang dari kejauhan terlihat masih kebingungan mencari keberadaannya di antara remang-remang yang hanya disinari cahaya bulan.
Zafira sekuat tenaga beringsut dan bersembunyi di balik pohon besar yang tak jauh dari tempatnya saat ini. Menyandarkan tubuh sambil terus mengintip pria yang mengejarnya.
Tiba-tiba saja mata gadis itu mengalirkan buliran bening di antara nafas yang tersengal serta rasa perih di lutut. Saat seperti ini justru bayangan wajah Fariz yang melintas di benaknya.
Biasanya pria itu selalu membantu, memberikan perhatian bahkan melindunginya. Fariz tidak pernah berhenti memperhatikannya namun hari ini pria itu sudah tidak lagi bersamanya membuat hatinya hancur dan terluka.
Di saat seperti ini, siapa yang diharapkan untuk melindungi serta menyelamatkannya. Tidak ada lagi Fariz yang selalu menjadi garda terdepan untuk dirinya.
Zafira mengutuk serta memarahi dirinya mengapa tidak mendengarkan saran bi Senah yang menawarkan mang Karman untuk mengantarkannya keluar. Nasi sudah menjadi bubur. Waktu pun tidak dapat diputar kembali. Hanya tangisan yang kini menemani ketakutannya.
"Fariz, biasanya kamu selalu menjagaku tapi hari ini aku harus menjaga diriku sendiri. Seandainya kamu ada di sini, aku tidak akan setakut ini. Fariz bantu aku. Hiks, hiks," ucap gadis itu menangis memeluk kedua lutut. Rasanya ingin pasrah tetapi dia tidak rela jika dirinya sampai tertangkap oleh orang-orang tak dikenalnya itu.
Air mata mengalir deras dari kedua sudut matanya. Dia berharap pria yang saat ini dalam fikirannya datang menyelamatkannya.
"Kamu jangan takut. Aku ada di sini untukmu" sebuah suara menyentak telinga Zafira.
Gadis yang tengah menangis memeluk lutut sontak mengangkat muka kemudian mengalihkan pandangan pada datangnya sumber suara.
Betapa terkejutnya gadis itu melihat seseorang yang berdiri tegap di depannya sambil menampilkan senyum khas yang selama ini dilihatnya.
Bukannya senang, Zafira justru makin ketakutan melihat kedatangan pria itu. Tanpa menunggu lama, diangkatnya tubuh mencoba berlari tetapi tangan pria itu sudah terlebih dulu menarik pinggang Zafira.
"Jangan sentuh aku!." bentak Zafira mencoba memberontak.
"Kenapa? Kamu sudah disentuh oleh sahabatmu yang tidak punya malu itu?!." bentak Ronald menyeringai.
"Kamu yang tidak tahu malu! Kenapa masih mengganggu istri orang!" Zafira terus berusaha melepaskan tangan Ronald yang melingkar kencang di pinggangnya. Tetapi usaha tersebut percuma, tenaga pria besar tinggi itu tidak akan dapat dikalahkan oleh tenaganya yang hanya seujung kuku.
"Istri orang? Itu artinya kamu sudah bekas suamimu yang tidak tahu malu itu! Ciiiih! Menjijikkan sekali!." Ronald meludah kemudian tertawa keras menertawakan mantan kekasihnya.
"Tunggu, Tungguuu..." Ronald menjentikkan jari.
"Tapi kalau difikir-fikir, tidak ada salahnya mencicipi bekas orang. Aku rasa, kamu lebih nikmat dari pada Citra." kembali Ronald tertawa terbahak menambah suasana kian mencekam dirasakan Zafira.
"Jangan sentuh aku Ronald! Jangan coba-coba menyentuhku kalau kamu tidak ingin berurusan dengan Fariz dan papaku!" ancam Zafira menjauhkan wajahnya dari wajah Ronald yang telah mendekat ke arahnya.
Tidak ada yang perlu Ronald takutkan dengan ancaman yang dilontarkan Zafira. Karena urusan Fariz serta papa Zafira merupakan urusan ke sekian. Yang penting malam ini, dia tidak akan membuang kesempatan yang sudah berada di genggamannya.
Ronald menarik paksa hoodie yang dikenakan Zafira melemparnya ke samping sehingga kini tersisa piyama yang masih menempel di tubuh gadis itu.
Zafira terpekik saat sadar tubuhnya tidak lagi terbungkus hoodie. Piyama yang dikenakan juga cukup tipis, sedikit menerawang kalau dilihat dengan saksama.
Ronald tidak menghiraukan pekikan itu justru dia semakin tertantang dan keinginannya semakin kuat saat melihat leher jenjang Zafira terpampang jelas di balutan piyama tipis yang membalut tubuhnya.
Pria itu menjilat bibirnya menampilkan muka binalnya sambil terus menelanjangi leher Zafira dengan mata nakalnya.
"Selama ini kamu tidak ingin aku menyentuhmu. Malam ini kamu sendiri yang memberi kesempatan padaku untuk menyentuhmu! Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku akan membuatmu tidak akan melupakan malam ini! Bersiaplah honey, kamu pasti akan menikmatinya." lagi-lagi Ronald terbahak merasa senang karena akhirnya dapat menikmati tubuh indah sang mantan kekasih yang selama ini tidak pernah mau disentuh. Walaupun sudah bekas setidaknya dia masih bisa mencicipi dengan gratis. Itu yang ada dalam fikirannya.
"Ronald, hentikan! Aku tidak sudi disentuh olehmu!. Lepaskan aku, Ronald!." pekik Zafira kembali berusaha memberontak tetapi sia-sia.
"Lantas kamu sudi disentuh oleh siapa? Sahabat bodohmu itu! Hah?!." bentak Ronald menggertakkan gigi menahan amarah.
"Iya! Aku menginginkan Fariz. Bukan kamu! Selamanya kamu tidak akan pernah mendapatkan tubuhku!." ucap Zafira jujur sambil mendorong tubuh Ronald tetapi percuma cengkeraman Ronald makin keras di pinggangnya.
...*****...