Evelyn hanya seorang gadis desa yang pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Beruntung sekali karena dia mendapat pekerjaan di Mansion Revelton, keluarga kaya nomor satu di Spanyol.
Namun siapa sangka ternyata kedatangannya malah membawa petaka untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebelas
Eve hanya diam dengan kedua mata yang menatap Keineer.
"Apa ada yang salah?" tanya Keineer kemudian.
Buru-buru Eve menggelengkan kepalanya, tangannya meraih bathdrobe kemudian berlari keluar.
Bohong jika Keineer tidak tergoda dengan kemolekan tubuh Eve, buktinya sekarang dia sedang merendam pedang tumpulnya di dalam bathup. Padahal dia bisa saja menuntaskan hasratnya saat itu juga.
"Siaaal!" keluh Keineer karena pedang tumpulnya tak kunjung jinak.
... ---...
"Kau cantik, Eve."
Untuk sesaat tubuh Eve mematung karena ditatap begitu intens oleh Tuannya. Tatapan mereka bertemu di dalam pantulan cermin. Eve memang terlihat cantik meskipun dengan wajah naturalnya.
Keineer meraih pinggang Eve, "Aku belum sempat bertanya, apa kau suka dengan apartemennya?"
Hanya anggukan kepala yang diperlihatkan Eve sebagai jawaban atas pertanyaan Tuannya.
"Biasakan untuk menjawab, Sayang. Aku bukan tipe pria yang penyabar." ketus Keineer.
"Ma-maaf Tuan."
"Bicaralah, karena aku tidak suka sunyi."
Lagi-lagi hanya anggukan kepala yang Keineer dapatkan.
"Kau marah hm?"
"Ti-tidak Tuan." bantah Eve cepat.
"Dengar, mulai sekarang jangan berbicara formal padaku. Kau lupa sekarang kau adalah kekasihku bukan pelayan lagi." Keineer mengingatkan Eve.
"Aku ingin kau memanggilku dengan panggilan khusus." bisik Keineer tepat di belakang telinga Eve.
Keineer mengajak Eve ke meja makan untuk sarapan bersama. Sungguh tega bukan? Sang istri sudah menyiapkan sarapan tapi Keineer malah meninggalkannya dan memilih untuk sarapan bersama dengan wanita lain.
"Makan yang banyak!" dia merasa gemas saat melihat suapan Eve yang lamban dan sedikit.
"I-iya Tuan." jawab Eve pelan bahkan nyaris tak terdengar.
Sebelum pergi Keineer meninggalkan sebuah pesan untuk Eve, "Malam ini aku akan menginap, jadi persiapkan dirimu."
Eve terlihat mondar mandir di dalam kamar, dia memang polos tapi dia juga tidak bodoh. Persiapan yang dimaksud Keineer itu bukan persiapan biasa.
Saat itu Carol mencoba menyusul Eve ke dalam kamar karena Nonanya itu tak kunjung keluar setelah selesai sarapan, "Nona, apa anda baik-baik saja?" teriak Carol di luar sana.
Ceklek
Akhirnya pintu itu terbuka meskipun sedikit dan hanya memperlihatkan kepala Eve saja, "Aku baik-baik saja."
"Maaf mengganggu, Nona."
"Carol."
"Ya, Nona. Ada yang bisa saya bantu?"
Eve membuka pintunya lebih lebar lagi sampai seluruh tubuhnya terlihat.
"Apa Tuan Kein itu jahat?"
"Kenapa Nona bertanya seperti itu? Bukankah Nona lebih mengenal dia?"
Eve menggeleng lemah, "Bagaimana bisa aku mengenalnya sementara aku dalam keadaan terpaksa."
Carol terdiam sejenak, dia memang tidak tahu menahu tentang Eve. Yang dia tahu Eve pasti wanita selingkuhan Keineer. Karena Tuannya itu sudah beristri.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi pada Nona dan Tuan Kein, saya hanya bisa menyarankan untuk saat ini nikmati saja semua kemewahan ini Nona."
... ---...
"Aku benar-benar tidak bisa pulang, Sayang."
Suara dentingan jam terdengar sedikit nyaring karena sunyinya malam. Eve sudah tertidur pulas sedangkan Keineer tampak sedang sibuk berbicara. Pria itu duduk dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.
Keineer berbicara dengan ponsel yang menempel di telinga. Tangan kitinya yang bebas Keineer gunakan untuk mengusap wajah lugu Eve. Wajah yang selalu menunduk takut jika bersamanya.
"Kalau begitu aku akan datang ke perusahaan sekarang." kekeh Clara yang memang sudah menunggu kepulangan Keineer sedari tadi.
"Sayang, mengertilah. Aku sedang ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditunda."
"Tapi Kein aku.."
"Aku juga tidak pernah menganggu pekerjaanmu, Clara."
Clara terdiam di seberang sana, ingin sekali ia melawan tapi ucapan Keineer memang benar adanya. Rasanya tidak adil jika dia harus melarang-larang suaminya.
"Baiklah, sebagai gantinya aku ingin menghabiskan waktu bersamamu besok. Seharian."
"Aku setuju." ucap Keineer tanpa basa-basi.
"Aku tutup dulu." Keineer memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Pria itu menyimpan ponselnya di atas nakas kemudian ikut berbaring di samping Eve.
Keineer memeluk tubuh Eve dengan gerakan lembut supaya tidur gadis itu tidak terganggu. Dalam diamnya Keineer memperhatikan wajah Eve yang terlihat sembab. Jika diperhatikan maka tidak ada yang istimewa dari Evelyn namun entah kenapa gadis belia yang masih berumur sembilan belas tahun tersebut mampu menarik gairah kelelakian Keineer dengan begitu kuat. Bahkan sejak pertama kali melihat.
Bahkan hanya demi pelayan murahan seperti Eve untuk yang pertama kalinya seorang Keineer Revelton menghianati sang istri yang begitu ia cintai.