NovelToon NovelToon
Seven Years After Divorce

Seven Years After Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Mengubah Takdir
Popularitas:159.9k
Nilai: 5
Nama Author: moon

Perceraian, selalu meninggalkan goresan luka, itulah yang Hilda rasakan ketika Aldy memilih mengakhiri bahtera mereka, dengan alasan tak pernah ada cinta di hatinya, dan demi sang wanita dari masa lalunya yang kini berstatus janda.

Kini, setelah 7 tahun berpisah, Aldy kembali di pertemukan dengan mantan istrinya, dalam sebuah tragedi kecelakaan.

Lantas, apakah hati Aldy akan goyah ketika kini Hilda sudah berbahagia dengan keluarga baru nya?

Dan, apakah Aldy akan merelakan begitu saja, darah dagingnya memanggil pria lain dengan sebutan "Ayah"?

Atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1

1

Bumi tempat Hilda berpijak bagai terguncang, air matanya mengalir, dadanya sesak ketika mendengar pengakuan sang suami, bahkan bibirnya tak sanggup berkata, hanya isak tangis yang keluar. 

“Aku tak ingin menyakitimu, sungguh,” Sesal Aldy, “tapi aku juga tak bisa melupakan perasaanku terhadapnya.” Imbuhnya tanpa perasaan. 

Hilda menatap marah pada sepasang mata Aldy, “Kurangkah pengabdian, cinta, serta perhatianku selama ini, Mas?” Ujarnya lirih. 

Aldy menggeleng, “bukan, justru kamu terlalu baik untuk ku, tak pantas aku menjadi imam bagimu, lelaki yang tak pernah bisa mencintaimu.” Jawab Aldy dengan wajah menunduk malu. “Kamu berhak bahagia, karena itulah aku ingin melepasmu, agar kamu bisa menikah lagi dengan laki-laki baik. Jika kamu bersedia bertahan sekalipun, kamu tetap akan sakit, karena aku tetap ingin menikahinya.” 

Hilda beranjak dari kursi ruang tamu, ia melangkah gontai tanpa suara menuju kamar, setelah pintu tertutup, Hilda pun menguncinya, ia menumpahkan tangisnya di atas pembaringan, tempat biasanya ia dan Aldy memadu cinta. Hilda pikir ketulusan dan cintanya selama 4 tahun ini, sudah cukup menghangatkan hubungannya bersama Aldy, karena Aldy terlihat bahagia serta tersenyum ketika Hilda memasak makanan kesukaannya, atau ketika dengan senang hati ia memanjakan kebutuhan batinnya, bahkan mengurus rumah dengan sebaik-baiknya. 

Nyatanya, semua itu tak cukup, Hilda tahu pernikahan nya dengan Aldy adalah buah dari perjodohan teman-teman mereka. Hilda yang saat itu bekerja di toko kue, dikenalkan dengan Aldy kawan baik dari pemilik toko. Saat itu Aldy sedang galau gelisah, karena wanita yang dicintai memilih perjodohan yang sudah di atur oleh kedua orang tuanya. 

Hari berganti, minggu pun dengan cepat berganti, Hilda mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda kala melihat senyum Aldy, walau tahu Aldy tak mencintainya, tapi Hilda bersedia menjadi istrinya. Ketika Aldy melamarnya saat itu, pria itu juga menyampaikan keinginannya untuk melupakan mantan kekasihnya, ia ingin mencari pendamping dengan harapan agar cintanya pada Widya, sang mantan kekasih bisa memudar seiring waktu. 

Kini setelah 4 tahun berlalu, mimpi buruk itu akhirnya datang juga, rumah tangga mereka yang damai tiba-tiba di guncang badai besar. 

Tanpa ada pertengkaran bukan berarti tak ada prahara, ribut kecil memang lah bumbu penyedap dalam rumah tangga mereka yang kosong, ternyata perhatian dan sikap baik Aldy selama ini, hanya kamuflase belaka, sejujurnya Aldy belum bisa melupakan mantan kekasihnya, walau sudah 4 tahun membina bahtera bersama Hilda. 

Bukan salah Widya yang tiba tiba menjanda. Bukan pula salah Aldy yang masih menyimpan rasa. Sepenuh nya Hilda merasa bodoh, karena dengan mudahnya percaya pada kalimat Aldy ketika melamarnya 4 tahun silam. 

Seminggu berlalu. 

Aldy masih mondar-mandir di depan teras rumahnya, sudah hampir 30 menit ia menunggu kedatangan Hilda, entah kemana Hilda pergi hingga di jam 16.30 ia belum kembali ke rumah, padahal biasanya wanita itu selalu menanti kedatangan Aldy di teras rumah mereka, entah sambil menyapu halaman, membaca buku, atau menyiram bunga-bunga. 

Aldy sungguh kesal jika setibanya di rumah ia tak menjumpai Hilda, sejak awal pernikahan Aldy sudah menegaskan ia tak ingin istrinya kelak bekerja, ia ingin istrinya di rumah dan mengurus rumah mereka, serta menyambut kedatangannya usai lelah bekerja. Dan kini tak mendapati Hilda di teras rumah, atau senyuman di wajah istrinya mendadak Aldy menjadi kesal sendiri. 

Aldy pikir ia sudah sangat mapan, karena kini sedang berada di puncak karier, menjadi Direktur Utama sebuah Bank Swasta adalah pencapaian gemilang di usianya saat ini. Karena itulah ia menyampaikan keinginannya untuk poligami kepada Hilda, tapi karena Hilda menolak, maka perceraian adalah jalan yang terpaksa ia pilih saat ini. Walau begitu, Aldy tak ingin lepas tangan begitu saja, Aldy sudah menyiapkan sejumlah dana dengan nilai fantastis, sebagai gono-gini dari perceraian mereka. 

Sebuah motor dengan pengemudi memakai jaket warna hijau hitam berhenti di depan pagar, rupanya Hilda baru saja pulang. Wanita itu memasang wajah manis penuh senyuman, walau tak selebar biasanya, “sudah lama menunggu Mas?” Tanya Hilda lembut seperti biasa. 

“Dari mana kamu?” Tanya Aldy yang terlihat enggan menjawab pertanyaan wanita yang masih berstatus sebagai istrinya tersebut. 

Hilda berjalan mendekati Aldy, kemudian menyalami tangan suaminya dengan takzim, “Aku mengambil kelas memasak, biar tidak bosan di rumah.” jawab Hilda pelan. 

“Sampai jam segini?” 

“Tidak, kursus selesai jam 2 siang.”

“Lalu dari mana saja kamu, hingga jam segini baru tiba di rumah?” 

“Kita lanjutkan nanti Mas, sekarang sudah hampir maghrib.” Terlihat sekali Hilda tak ingin terpancing emosi. 

Aldy mengikuti langkah Hilda memasuki rumah mereka. Hilda segera menuju dapur, menghangatkan masakan yang sudah ia siapkan sebelum pergi pagi tadi. 

Beberapa kali ia menghela nafas berat, menangis pun sudah tidak ada guna nya, biar bagaimanapun, dirinya tak bisa menang bersaing melawan Widya. 

Usai semua siap Hilda menghidangkan ayam rica-rica, serta beberapa lauk pelengkap, sengaja Hilda siapkan semua makanan favorit Aldy. 

Aldy keluar dari kamar, sudah rapi dengan pakaian sholatnya, “aku ke masjid dulu ya?” 

“Iya, Mas.” 

Rupanya Aldy tak pulang usai sholat maghrib, jadi kemungkinan pria itu sudah jama'ah Isya’ di masjid, syukurlah, mereka bisa makan bersama usai sholat isya’. 

Dalam sujudnya Hilda memohon agar diberikan ampunan, serta kelapangan hati menjalani takdir yang sudah ia pilih, tak ingin goyah hanya karena merasa ia bukan lah pilihan bagi suaminya sendiri. Lirih dalam sepinya ia menangis, air matanya menetes tanpa bisa ditahan, luka ini sangat menyakiti hatinya, namun Ikhlas tetaplah diatas segalanya, karena ada Allah yang akan menjadi tempatnya berkeluh kesah. 

Entah sudah berapa lama ia menangis dalam doanya, hingga ketika rintihan doanya berakhir, ia baru tersadar waktu sudah menunjuk angka 8.30 malam, “astaghfirullah, Mas Aldy pastI sudah pulang.” Gumamnya ketika tergesa gesa merapikan kain sholat serta sajadahnya. 

“Sudah makan, Mas?” Tanya Hilda semberi menutup pintu kamar. 

“Belum, Mas menunggumu.” Bukannya senang, jawaban Aldy membuat hati Hilda semakin teriris perih. Sisi ini jua lah yang membuat Hilda semakin mencintai suaminya, Aldy begitu mengutamakan istrinya. Contohnya seperti saat ini, Aldy tak akan makan jika Hilda belum menyentuh makanannya, Aldy bahkan selalu memanjakan Hilda dengan materi berlimpah, serta dengan tegas melarang Hilda bekerja di luar rumah, “biarlah ragaku yang berantakan, asal kamu tak merasa kekurangan.” Ujar Aldy ketika Hilda mengungkapkan keinginannya membuka pesanan kue untuk mengisi waktu luang. 

Sepenuh hati Hilda melayani suaminya, mulai dari menyendok nasi, hingga lauk pauk nya, namun tak ada senyum ceria seperti biasa, yang ada hanya senyum terpaksa, bahkan bicara pun ala kadarnya. 

“Tadi selesai kelas memasak, aku pergi mencari kerja.” Hilda membuka percakapan setelan menelan suapan terakhirnya. 

Aldy terdiam dengan rahang mengeras, serta otot-otot wajah menyembul ke permukaan, “Haruskah kamu melakukan itu? Apa kurang uang pemberianku, hingga kamu berkeliaran di luar mencari pekerjaan?” Tanya Aldy dengan suara pelan namun sarat amarah. 

“Aku rasa itu pertanyaan yang sudah jelas jawabannya Mas.” 

“Tapi aku masih sangat mampu membiayai kebutuhanmu.” Keukeuh Aldy, sebagai kepala keluarga ia tak akan membiarkan istrinya mengalami kesulitan keuangan. 

“Aku sudah mengambil keputusan Mas, aku kabulkan keinginanmu untuk menikahi Widya.” Setitik air mata keluar dari kelopak indah Hilda. Tanpa bisa bersembunyi, terlihat sangat Jelas bahwa dirinya terluka. “Besok pagi, aku akan mendaftarkan gugatan.” 

Aldy memejamkan kedua matanya, harusnya ia bahagia, karena sebentar lagi keinginanya akan terwujud, ia akan segera meraih cinta pertamanya, wanita yang hingga kini masih tersimpan jauh di lubuk hatinya. 

Tapi bahagianya kini terasa begitu hampa. 

1
YuWie
sedih aku sama mas ammar..apakah dia akan hilang dari cerita ini.
Sri Wahyuni
jangan percaya please /Scowl/
Wahyuningsih
hadeeuh..jgn ada drama kumbarA dari si betino hasibuan ya thor..uda basi😎😎
Uthie
hati-hati Hilda 😡
Bunda Aish
/Frown/ yang kuat ya Hilda, Irfan... ujian kalian bertambah dengan kehadiran mantan
Aqil Aqil
aku ck ingn hilda dan irfan bhagia brsm ke2 ank2x tdk ad ad yg menganggux,lnjt smngt
Rabiatul Addawiyah
cara licik apalagi neh yg dibuat Widya utk menyakiti Hana dan Ammar
Yuli Ana
jngn percaya hilda... itu mah bohongan ... hanya untuk menarik simpati orang2... dy tu manusia paling licik. udh biarin dy ngoceh tinggalin aja. fokus aja pda ksembuhan amar... di rumah azam menunggumu dn sngt merindukanmu...😭😭😭...
apakah akhirnya amar meninggoy...😭😭😭😭 jngn .....jngn y kk author...
aca
ngurusin amar penyakitan biar aja suami mu di ambil. pelakor lagi
aca
mati aja lu ammar nyusain
🌺🍃yeyeeen🥀🌹☘️
lain mulut lain hati tu si wiewie gombel,udh Hil gk usah dengerin palingan jg dia kyk gt krn takut ditinggalin sm Aldy.
aca
biar ammar mati aja daripada nyusain masak harus balikan ma aldi demi nyembuhin dia males bgt
Ais
ngak usah diladeni hilda dia blng minta maaf dengerin aja istilahnya dengar telinga kanan keluar telinga kiri berharap banget aldy pas lewat tau dengar ulah jalang si widya ini yg mau cr muka minta maaf sm hilda sumpah muak banget sm widya kpn kamu dpt karmanya perempuan bangsul🤬🤬🤬
aca
gurunya gk ngawasin apa bodoh
Nar Sih
jgn mudah percaya hilda ,sama si rubah betina yg jht itu
sweetie belle
cape bgt bacanya, ntah apa ulah si kampret itu lg kpn seh ajabny dtg heran deh..
Galang Guruh
Tak maafke tpi ora tk lupakan kelakuanmu Wie,bye
Rahmawati
hahahaha sukurin km aldy, skrg dapet istri modelan widya itu
Rahmawati
harus aldy mikir kl. ini hanyalah godaan dalam rumah tangganya, padahal udah punya istri yg baik
Yayuk Bunda Idza
ya Allah.... Ammar udah tau
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!