ketika anak yang di harapkan tak kunjung datang,lantas haruskah seseorang menyalahkan orang lain karena dia tidak bisa memiliki anak?
Najwa selalu di hina mandul dan tidak bisa mempunyai anak,hampir sepuluh tahun menikah Najwa tidak kunjung melahirkan seorang anak,segala cara telah ia lakukan tapi tidak membuahkan hasil...
sehingga hinaan itu berujung pemaksaan agar Najwa bisa menerima kenyataan jika Rendi suami dari Najwa di paksa menikah lagi oleh orang tuanya demi ingin mendapatkan sebuah keturunan yang akan mewarisi usaha Rendi.lantas bagaimana Ahir dari cerita ini????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Dianamega.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
Trakt!
Bunyi pintu mobil terhempaskan, aku masuk dengan wajah di tekuk. aku menghela nafas berat menghenyak di kursi mobil di samping kemudi, lama intan memperhatikan glegatku.
"Kenapa? Sepertinya tidak ada yang baik-baik saja?" tanyanya, aku menyibak rambut panjangku menghirup udara yang terasa begitu sesak.
"tidak apa apa tan Aku baik-baik saja, ayo jalan!"senyum paksaku
"Jadi Rendi itu benar mandul say?"tanya intan terkejut saat aku menjelaskan ke dirinya setelah hasil tes dari dokter keluar
" Jiahahhaa mapus itu karma untuknya karena terlalu jahat padamu say"tawa intan pecah hingga stir yang ia kendalikan hampir oleng.
"astaga intan ih Hati-hati! kamu bisa nabrak orang kalo ngemudinya begini?"
"ha ha a a a ha maaf say,aku sangat puas mendengarnya ternyata karma itu benar adanya. Gimana gak senang coba aku dengarnya Mampus tu orang ha ha ha !" teriak intan terbahak bahak aku juga ikut terkekeh renyah mendengat tawa lepas intan
"Oh iya terus habis ini kamu mau apa?" tanya intan yang masih tertawa tak habis pikir.
"Sebenernya aku masih perduli sama dia dan ya Aku mau balas semua orang yang udah Hina aku.selama ini aku sudah cukup sabar menghadapi mereka semua termasuk mas Rendi"ucapku mantap, tak sabar melihat wajah mertuaku yang angkuh itu ditekuk
"terus kamu masih cinta begitu sama mas Rendi?" tanyanya sedikit memelankan laju mobil. Aku menoleh dan memperhatikan intan yang tengah fokus berkemudi
"Kenapa bisa gak cinta coba apa alasannya kalau aku sudah tidak cinta dengannya. hanya alasan seperti itu cintaku cepat luntur itu tidak masuk di akal meskipun pada kenyataannya hati ini memang sakit terluka? "
"Selama ini dia sudah menemani hari-hariku tan Tentu saja aku care sama dia.aku sebenarnya sangat Kasian dengan takdir yang menimpanya " ucapku pelan. intan manggut-manggut
"kalau aku sih sebenarnya berharap kalau hatimu itu udah beku dan rasa cintamu itu mati total untuknya say.Gak sabar aku liat tu orang bertekuk lutut padamu dan menangis bersimpuh menyesal," ujar intan.aku terdiam membayangkan jika itu terjadi
"entah lah sulit untuk melupakannya secepat ini tan,Mungkin saja Wulan juga bisa lebih tulus dariku ,mana kita tau kan kalau dia mau menerima mas Rendi apa adanya" kataku memaksakan senyum kepada intan, intan menggeleng mantap mendengar ucapanku
"Halah gak mungkin itu akan terjadi yang ada bermimpi saja! Aku kenal Wulan seperti apa kerakternya satu tahun aku deket dengannya meski hanya sebatas teman kantor. Dia tidak se humble kamu say. Yakin dah! Jika Rendi tau kenyata'an ini, asli gantung diri dah tu lakimu" tegasnya,Jantungku kembali beredegup
"Jujur aku hanya prihatin sama mas Rendi saja tan" lirihku menatap keluar jendela.
"tidak usah di fikiri say biarin aja dia pantas nerima karma siapa suruh main api di belakang mu," tegas intan kesal
aku terdiam sembari merasakan siuran angin mengelus rambut dan wajahku. Sejenak aku ingin ketenangan dari gaduhnya hati yang tengah berkecamuk akhir-akhir ini. Bibirku merekahkan senyum saat sedikit aku munculkan wajahku kejendela mobil.
"Sesa'at aku ingin kembali merasakan pada ketenangan hiruk pikuk suasana pantai sa'at semua belum ada serumit ini," lirihku.
Sontak mataku terbuka mengingat sesuatu, aku kembali menarik leherku menoleh pada intan
"tan Aku kangen berpetualang menjelajahi setiap sisir pantai lagi. Kapan ya kita bisa pergi lagi?" tanyaku dengan tatapan harap.
"kalau aku sih hayu hayu aja kita Traveling menyusuri pantai kayak dulu lagi tap kan kendalanya aku kerja dan gak bisa cuti!" sesal intan, aku menyandarkan tubuhku ke kursi mobil dengan sedikit membuang nafas.
"Jujur aku ingin ketenangan...!" bisikku.intan terkekeh mendengar ucapanku
"Bukan ketenangan tapi pengganti! Yang benar itu say"canda intan tersenyum simpul, aku sedikit memanyunkan bibir mendengar ucapan itu
"Gak lah, aku belum bisa nerima pria manapun lagi untuk saat ini tan,aku ingin menyendiri terlebih dahulu"
Ciiiittss....!
Bunyi pedal rem mobil intan berhenti di depan Rumah. Setelah melewati hari-hari malam, dan jalan-jalan serta makan-makan,intan pun telah mengantarku pulang.
"Okeh,nanti aku kabari kerja'anmu besok sekalian aku akan mencarikanmu pengganti Rendi okey?!"godanya dengan sedikit memainkan raut wajahnya membuat Aku geram mendengarnya.
"cukup intan Jagan bikin aku bete deh aku gak butuh pria lain,dah sana pulang!"
"hadeeeuuhhhhh ya udah aku pulang,pokonya besok aku bakalan ngenalin kamu dengan Seseorang,ba bay sayangku"
"terserah kau saja intan,ya udah Okey terima kasih ya," ucapku sambil melambai seiring mobil itu melaju.
"Dah hati-hati!" teriakku melepas intan pergi. Aku kembali melihat pagar rumah yang sepi, bayangan anggota keluarga bahagia dengan pengantin barunya kembali membuat dadaku terasa sesak.
Kesunyian ini hanya mengundang sedihku Aku terus saja berjalan hingga pintu.
"Bik..!" teriakku tak butuh waktu lama Bik surti membukakan pintu.
"Nyonya, Kemana aja?"
"Gak kemana-kemana kok Bik? Bapak sudah pulang?" tanyaku, sontak Bik Surti menggeleng.
"Pertanya'an yang konyol! Siapa juga yang tau jalan pulang saat malam-malam pengantin baru begini dasar bodoh!" gerutuku sendiri, Bik Surti tampak menautkan alisnya mendengar gerutuanku itu
Bik Surti belum tau kalau tuannya itu saat ini telah menikah lagi,hah biarkan saja waktu yang menunjukan semuanya lebih baik aku istirahat untuk melakukan Aktifitas besok dimana besok hari pertamaku kembali bekerja