Eldric Hugo
Seorang pria penderita myshopobia. Dalam ketakutan akan hidup sebatang kara sebagai jomblo karatan.
Tanpa sengaja ia meniduri seorang pria yang berkerja di club, dan tubuhnya tidak menunjukkan reaksi alergi.
Karina seorang gadis yang memilih untuk menyamar menjadi laki-laki, setelah dia kabur dari orang yang hendak membelinya. Karina di jual oleh ibu yang mengasuhnya selama ini.
Akankan El mengetahui siapa sebenarnya sosok yang bersamanya. Keppoin yuk
Ada dua kisah di sini semua punya porsinya masing-masing.
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Canggung
Karina terbelalak melihat paha Eldric uang terbuka mengapit kakinya. Sebagai seorang perempuan ia sangat takut melihat pria dewasa ada di atasnya seperti itu. Karina menatap Eldric dengan gugup.
"Tu-tuan apa yang Anda lakukan?" tanya karina dengan gugup. Ia berusaha menarik dirinya.
"Dimana cacingmu?" tanya Eldric. Ia menatap tajam pada Karina.
"Cacing? cacing apa Tuan?" jawab Karina bingung.
"Ini." Eldric menekan area sensitif Karina.
"Aaaaaaaa!!! Dasar mesum, bule mesum!" Karina berteriak.
Ia melempar semua bantal pada Eldric. Pria itu mengelak, beberapa dapat di tangkisnya dengan mudah. Bantal itu kini berserakan di lantai
"Mesum dasar, Eldric mesum!"
Karina memberingsut mundur lalu duduk dengan bertumpu pada kedua lututnya. Dadanya naik turun menahan amarahnya, ia sungguh tidak menyangka Eldric bisa berbuat seperti itu.
"Kenapa kau marah aku hanya bertanya? dan apa tadi. Kau menyebutku mesum!"
"Kau berani memanggilku dengan sebutan memalukan seperti itu?"
"Kau, kau menyentuhku dasar mesum!" sentak karina dengan marah. Karina seperti lupa siapa yang ada dihadapannya.
"Aku hanya memastikan, dimana cacing milikmu, kenapa kau harus marah?" tanya Eldric tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Aku tidak punya cacing, aku tidak punya barang seperti itu!" tukas Karina kesal.
"Apa? jadi kau tidak punya p****s. Apa kau lahir cacat?" tanya Eldric sambil menatap kearea segitiga Karina.
Karina segera menutup area V nya dengan kedua tangan. Ia menatap tajam pada Eldric.
Eldric gila!!
"Kenapa kau menutupinya, biarkan aku memeriksanya." Eldric merundukan kepalanya berusaha menyingkirkan tangan Karina yang menutupi aset pribadinya.
Karina semakin mempererat dekapan tangannya.
"Hey ... lepaskan tanganmu, aku hanya ingin memeriksanya. Kenapa kau harus malu? kita sama-sama pria. Kau tidak akan rugi apapun jika aku melihatnya. Bagaimana kalau kita kedokteran."
Mata Karina Melebar mendengar ucapan absurd Eldric.
Eldric gila! gila! aku masih perawan, aku seorang wanita Tuan mengertilah. hiks....
"Aku hanya punya cacing kremi, puas!" tegas Karina.
Eldric menghentikan tangannya. Ia menatap Karina yang juga sedang menatapnya dengan tajam.
"Cacing kremi? punyamu sekecil itu?"
Karina mengangguk. Ia terpaksa mengiyakan apa yang di ucapkan Eldric.
"Pfft ... Hahahaha!" Eldric tertawa lepas, ia sampai memegangi perutnya.
Tubuh pria itu rubuh di atas ranjang. Ia terus tertawa sampai air matanya menggenang di ujung matanya. Karina menggembungkan pipinya kesal. Entah keberanian dari mana, Karina memukul-mukul lengan Eldric. Ia sungguh merasa gemas dengan pria itu.
"Aduh ... Riz, hentikan."
Karina menghentikan tangannya memukul lengan Eldric, tapi ia beralih ke perut kotaknya dan menggelitiknya.
"Hei ... Apa yang kau lakukan. Astaga Hahaha," Eldric semakin terkekeh. Tawanya semakin pecah
Karina yang tadinya kesal pun ikut tertawa. Ia gemas melihat pria itu tertawa sambil berguling-guling menghindari gelitikannya.
"Riz, hentikan!" Eldric merasa perutnya kaku karena terlalu banyak tertawa.
"Biarin, salahmu sendiri menertawakan aku seperti itu," ketus Karina.
Grep
Eldric berhasil menangkap kedua tangan Karina. Entah bagaimana caranya mereka bergulat, kini posisi Karina berada di bawah Eldric lagi. Eldric memegang kedua tangan Karina mengarahkan ke atas. Nafas keduanya memburu. Kedua manik mata itu saling mengunci. Pelan tapi pasti Eldric mengikis jarang di antara mereka. Ia lalu menempelkan bibirnya dengan bibir Karina.
Hanya menempelkannya sebentar. Ia kemudian menarik wajahnya sedikit, menatap lagi dalam manik hitam yang ada di hadapannya. Merasa tidak ada penolakan, Eldric kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini ia bergerak, *******, menyesap menikmati bibir mungil itu. Eldric Sedikit menggigitnya, agar belahan kenyal itu terbuka dan memberikannya akses masuk. Sesuai yang diharapkan, Karina mempersilahkan lidah Eldric untuk mengabsen tiap inci di dalamnya.
Mereka tenggelam, menikmati pertukaran saliva dengannya belitan lidah yang menari dalam rongga mulut mungil Karina. Karina merasakan sesuatu yang hangat berdesir dalam tubuhnya. Tanpa sadar ia mengalungkan tangannya di leher Eldric, menekannya lebih dalam.
Karina merasa jantungnya berdegup kencang. Eldric melepaskan pagutan mereka. Mata Karina terpejam menikmati sentuhan lembut dari Eldric yang mulai turun menyusuri lehernya.
"Uughh ..." Karina melenguh kecil saat Eldric mulai menyesap kulit lehernya.
Tidak, ini tidak benar!
Karina mendorong keras tubuh Eldric dengan sekuat tenaga. Eldric yang merasakan Karina mendorongnya pun menghentikan aksinya. Ia mengangkat wajahnya, menatap sayu pada Karina yang sedang menatapnya. Wajah gadis itu memerah dadanya naik turun seiring tarikan nafasnya yang tersengal.
Karina membuang mukanya, memutuskan kontak mata dengan Eldric.
"Bisakah Tuan, bangun," lirihnya.
Eldric tak menjawabnya ia langsung bangkit dari atas tubuh Karina yang di tindihnya. Setelah Eldric bangkit darinya, Karina pun ikut bangkit sambil membenahi pakaian dan rambut palsunya yang berantakan. Untungnya rambut itu menempel di dengan baik.
Suasana di kamar itu terasa canggung. Kedua manusia yang sempat melakukan adegan panas itu sekarang membeku, bagaikan patung keduanya dia seribu bahasa.
Apa yang dipikirkannya. Apa Rizky marah karena aku menciumnya? ya sebagai laki-laki normal dia pasti marah. Aku telah menyakiti egonya sebagai seorang pria. Hais ... apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana kalau dia marah dan pergi? Tidak, aku harus membuatnya tetap ada di sampingku. Aku akan menjeratnya, membuatnya tidak bisa menjauh dariku.
Mata Eldric melirik sekilas pada Karina yang duduk di sampingnya.
Kenapa aku semurah itu sih? Sekarang pasti dia berpikir aku wanita murahan, belum lama kenal mau di apa-apain kayak gitu. Eh ... tunggu, sekarang kan aku jadi Rizky. Apa Tuan El benar benar penyuka sesama jenis?! pasti iya, nggak mungkin kan orang main sosor kalau nggak ada rasa. Tapi bagaimana kalau dia tau aku seorang wanita, Ya Tuhan. Pasti Tuan Eldric kecewa terus aku ...aku di apain? Huaaa... bagaimana kalau di cincang lalu di jadikan makanan buaya.
Karina bergidik ngeri memikirkan kemungkinan yang akan dilakukan Eldric padanya.
"Ehm ... siapkan air untukku," ucap Eldric memecahkan keheningan.
"Ba-baik Tuan."
Eldric bangkit dari duduknya, kemudian ia melangkah meninggalkan kamar Karina. Gadis itu pun turut mengekori langkah lebar Eldric.
Setelah sampai di kamar Eldric. Karina langsung masuk ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat, setelah itu ia keluar menghampiri sang tuan yang tengah duduk di sofa. Karina mendekat, ia berjongkok untuk melepaskan sepatu Eldric. Seperti biasanya ia juga akan melepaskan semua pakaian yang melekat ditubuh kekar majikannya. Karina menundukkan wajahnya, ia menghindari tatapan mata Eldric. Ia merasa sangat malu, mengingat apa yang baru saja mereka lakukan.
Saat Eldric menikmati mandinya. Karina segera membereskan baju kotor, lalu membawakan baju baru.
"Tuan, apa Anda ingin makan malam sekarang?" tanya Karina setelah Eldric selesai berpakaian. Karina masih dengan kepalanya yang menunduk.
"Apa kau sendiri sudah makan?" tanya Eldric sambil melangkah mendekati Karina.
"Be-belum Tuan," jawab Karina dengan gugup. Eldric sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Kenapa?" Tangan Eldric mulai melingkar di pinggang kecil Karina.
"Ehm ...itu-
"Apa kau takut?" Eldric memotong ucapan Karina dengan cepat.
Tangan kekarnya sudah melingkar lalu menarik tubuh mungil Karina dalam dekapannya. Karina menggelengkan kepalanya, lalu mengangguk cepat. Ah ... entahlah Karina juga tidak tahu apa yabg dirasakannya. Eldric menghela nafasnya panjang.
"Bawa makan malam kemari!" titahnya pada Karina, setelah Eldric melepaskan dekapannya.
"Baik." Karina pun berjalan cepat keluar dari kamar Eldric.
Setelah menyelesaikan makan malam. Karina menemani sang tuan tidur. Namun, kali ini posisi mereka berbeda. Eldric tak ingin tidur di pangkuannya. Ia ingin Karina mengantikan gulingnya.