seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Hubungan Nabillah dengan dua pasien, Eva dan Aini, semakin memanas. Tidak ada lagi sapaan di antara mereka. Nabillah hanya ingin mereka tidak mencampuri urusannya. Meski sebelumnya Nabillah menganggap mereka seperti keluarga, situasi yang berkembang membuatnya semakin enggan berurusan dengan mereka.
Namun, Nabillah tidak terlalu memusingkan hal itu. Ia memilih membiarkan orang lain menilai dirinya sesuka hati.
Tepat pada 21 Oktober hubungan Nabillah dengan Delvin terasa semakin manis, meskipun tidak lepas dari konflik yang sering muncul. Sejak awal, mereka sepakat dengan prinsip sederhana: "Jalani saja dulu." Pada hari itu pula, hubungan mereka genap berusia tiga bulan.
Seiring waktu, Nabillah menjadi semakin posesif terhadap Delvin. Di sisi lain, kesibukan pekerjaan masing-masing mulai menyita perhatian mereka. Meski begitu, malam itu mereka menyempatkan diri untuk bertemu. Seperti biasa, Delvin menjemput Nabillah. Kali ini, Nabillah meminta mereka pergi ke taman—tempat yang sangat ia sukai.
"Kamu suka tempat ini?" tanya Delvin sambil memandang sekeliling.
"Suka sekali, Kak," jawab Nabillah singkat.
Delvin terlihat serius. "Sayang, aku ingin bicara sesuatu sama kamu."
"Ngomong apa, Kak?" tanya Nabillah penasaran.
Delvin memandang wajah Nabillah. Dalam hati, ia mengakui betapa Nabillah terlihat semakin cantik setiap hari. Akhirnya, ia membuka percakapan itu.
"Tadi ayahku telepon. Ayah bilang ingin menjodohkan aku, Sayang," ungkap Delvin dengan jujur.
Sebelum menjemput Nabillah, ayah Delvin memang meneleponnya dan menyampaikan rencana perjodohan itu. Namun, Delvin dengan tegas menolak.
Nabillah terkejut mendengar hal itu. Lagi-lagi ada masalah dalam hubungan mereka. Hubungan ini baru berjalan tiga bulan, tetapi Nabillah sudah merasa lelah menghadapi berbagai persoalan.
"Jadi, kamu akan menerima perjodohan itu?" tanya Nabillah lirih.
"Tidak, aku menolaknya, Sayang," jawab Delvin dengan tegas.
"Kenapa? Mungkin itu yang terbaik untukmu, Kak. Kamu tidak perlu memikirkan aku. Aku tidak apa-apa jika itu membuatmu bahagia," ucap Nabillah dengan suara bergetar. Air matanya mulai mengalir meski ia mencoba menahannya.
Delvin menggelengkan kepala. Ia tidak suka melihat Nabillah menangis. Dengan lembut, ia menghapus air mata di pipi Nabillah.
"Aku tidak suka sama sekali dengan perjodohan itu," ujar Delvin. "Aku janji, Sayang, kalau nanti waktunya sudah tepat, aku akan memperkenalkan kamu ke keluargaku."
Nabillah hanya mengangguk. Ia memilih percaya pada janji Delvin. Jika itu yang menurut Delvin terbaik, ia akan menuruti keinginannya.
"Sudah, kamu tidak usah memikirkan hal ini lagi, ya, Sayang. Biar aku saja yang mengurus semuanya. Aku kasih tahu ini supaya kamu tahu kalau aku benar-benar sayang sama kamu."
Setelah mengatakan hal itu, Delvin memeluk Nabillah. Nabillah pun menyandarkan kepalanya di bahu Delvin.
Namun, Nabillah merasa lelah dengan semua ini. Mengapa masalah dalam hubungannya tak pernah ada habisnya?
Masalah dengan Eva dan Aini yang semakin memanas membuat Nabillah malas pergi bekerja.
Setelah beberapa saat, mereka memutuskan pulang atas permintaan Nabillah.
Dalam perjalanan, keduanya diam, larut dalam pikiran masing-masing.
Saat melewati sebuah toko bunga, Delvin menghentikan motornya di depan toko itu.
Ia turun untuk membeli sebuah buket bunga. Nabillah hanya bisa menduga-duga. Mungkin bunga itu bukan untuknya, tetapi untuk ibunya.
Namun, setelah membeli buket itu, Delvin menyerahkannya kepada Nabillah.
Bunga mawar yang bewarna pink memiliki arti keromantisan, rasa syukur, kebahagiaan dan jatuh cinta pertama dan bunga itu cocok untuk kekasihnya di tambah dengan Nabillah yang suka sekali dengan warna pink.
"Terima kasih untuk tiga bulannya, Sayang," ucap Delvin, lalu mencium kepala Nabillah dengan lembut.
Nabillah tersenyum dan menjawab sambil mengambil Bunga yang di berikan Delvin untuk nya, "Terima kasih juga, Kakak."
"Bersama aku terus, ya, Sayang, apa pun keadaannya," ujar Delvin sambil menggenggam tangan Nabillah.
Nabillah kembali tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.
Delvin mengusap kepala Nabillah, merasa sangat beruntung memilikinya meski mereka berbeda keyakinan. Nabillah, dengan kesederhanaannya, mampu membuat Dodisman jatuh cinta berkali-kali.
"Mau ke pasar malam dulu, nggak?" tanya Delvin
Nabillah berpikir sejenak, lalu mengangguk.
Setibanya di pasar malam, Nabillah menunjuk sebuah wahana yang ingin ia naiki bersama Delvin.
Delvin tersenyum dan segera membeli dua tiket untuk mereka. Mereka pun menikmati berbagai wahana lainnya. Nabillah tampak sangat bahagia malam itu.
Ketika melihat Delvin bermain salah satu permainan, Nabillah tersenyum haru. Ia menatapnya sambil berbisik dalam hati, "Sungguh, Tuhan, ciptaan-Mu begitu indah." Air matanya jatuh, bukan karena sedih, tetapi bahagia.
Delvin yang menyadari Nabillah menangis segera menghampirinya. "Sayang, kamu kenapa?" tanyanya dengan panik.
Nabillah menggeleng sambil tersenyum. "Terima kasih, Kak."
"Untuk apa?" Delvin tampak bingung.
Nabillah menggenggam tangan Delvin. "Terima kasih sudah membuat hidupku lebih bahagia. Aku beruntung bisa bertemu dan mengenalmu. Aku mencintaimu tanpa batas."
Delvin tersenyum mendengar itu. Dalam hati, ia merasa bahwa dirinya yang lebih beruntung bisa memiliki Nabillah.
"Terima kasih kembali, Sayang. Aku yang lebih beruntung mendapatkan mu," jawab Delvin
Mereka saling tersenyum, lalu melanjutkan malam mereka dengan mencoba wahana lain yang menarik perhatian.
TBC...