Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maher sadar
Disya tersenyum dengan air mata mengalir, bukan hanya Disya, Adam pun ikut terharu melihat putranya membuka mata.
Satu jam yang lalu tiba-tiba Maher membuka matanya, tapi pria itu hanya diam dan belum merespon hal sekitar. Mahira yang kebetulan masuk melihat kakaknya yang membuka mata sontak saja Mahira langsung berteriak dan memanggil papanya.
Melihat keadaan putranya, Adam langsung memanggil dokter untuk memeriksa, dan sekarang Maher sedang duduk bersandar di bahu ranjang tanpa alat medis yang menempel di tubuhnya lagi.
"Jangan terlalu banyak di ajak bicara dulu, pasien baru sadar dari komanya dan butuh penyesuaian untuk mengingat, daya pikirnya belum bekerja dengan normal tapi syukurlah pasien tidak mengalami gangguan pada ingatanya." Terang sang dokter.
Adam mengantar dokter keluarga sampai depan, berpapasan dengan keduanya orang tuanya yang baru datang.
Nathan dan Ayana, tampak kedua orang yang sudah tua tapi masih setia mengandeng tangan. Wajah keriput dan alis memutih Nathan menunjukan jika pria itu sudah tidak lagi muda.
"Mama, papa!" Adam langsung memeluk kedua orang tuanya bergantian, dirinya cukup bahagia mendapati putranya sudah sadar.
"Apa cucuku sudah bangun?" Tanya Oma Ayana yang sudah memiliki hiasan kulit keriput di bagian tertentu.
"Hm, Maher sudah bangun." Adam tak kuasa menahan rasa harunya, tidak menyangka dirinya berada di titik di mana sebagai orang tua yang harus prihatin dan bersedih dengan kondisi putranya yang terpuruk.
"Baguslah, kami ikut senang." Ucap Nathan dengan senang.
Mereka berjalan untuk menuju kamar Maher, di mana di dalam masih ada Disya dan juga Mahira.
"Oma, Opa." Mahira menghampiri Oma dan Opanya yang berjalan lambat, lebih tepatnya Opa Nathan yang lambat karena tidak mau di antar pakai kursi roda.
"Kak Maher sudah bangun." Ucap Mahira dengan gembira, wanita yang usianya sama dengan Maher itu tampak terlihat senang.
"Ya, makanya Opa dan Oma langsung kemari." Ucap Opa Nathan dengan suara khas tuanya.
Mereka pun mendekat untuk melihat keadaan Maher, pria itu tampak kembali tidur setelah dokter memberikan obat.
"Bagaimana dengan wanita yang sudah pergi membawa cicit ku." Tanya opa Nathan pada Adam.
Adam mengehela napas, "Belum ada perkembangan, mungkin memang semesta belum ingin mempertemukan."
Adam sudah menyuruh anak buahnya untuk mencari keberadaan mantan sekertaris Maher yang pergi entah kemana, kepelosok kota, sampai luar kota pun sudah Adam perintahkan. Tapi memang sepertinya alam semesta belum mengijinkan mereka untuk bertemu.
Di luar Karina tiba-tiba datang saat mendengar Maher sudah bangun dari tidur panjangnya, wanita itu masuk dan mendadak kikuk saat semua tatapan mengarah padanya.
"Om, Tante." Sapa Karina saat melihat kedua orang tua Maher, Karina juga menyapa kedua Oma dan Opa Maher yang ada di sana.
"Karina dengar kalau Maher sudah siuman, makanya Karina datang untuk menjenguk." Ucap Karina dengan wajah berbinar melihat Maher yang terbaring sudah tanpa alat medis lagi.
Disya menatap putrinya dan Mahira hanya menghela napas kasar.
"Dia menelpon ku." Kata Mahira yang menjawab tatapan keluarganya.
"Karin, Maher butuh istirahat lebih baik kita keluar semua." Ucap Disya yang bermaksud mengusir namun dengan cara halus.
Karina yang tadinya full senyum, kini berubah sedikit masam, mau tidak mau ikut keluar juga.
"Om, Tante. Karin tidak ingin perjodohannya di batalkan, Karin ingin semua tetap berlangsung."
Semua yang berjalan didepan Karina menghentikan langkahnya, menatap Karina yang berdiri dengan penuh keyakinan.
"Apa kamu tidak tahu apa yang terjadi dengan Maher?" Tanya Adam dengan tatapan intens.
Karina menelan ludah dengan susah payah, saat melihat tatapan tegas Adam Malik Adhitama, meskipun dirinya tahu pasti tapi Karina mencoba menutup mata karena dirinya mencintai Maher dan tidak ingin pernikahannya batal.
"Tidak masalah, karena aku yakin wanita itu tidak ingin Maher, jika ingin pasti dia tidak akan pergi." Ucap Karina dengan yakin.
Padahal yang sejujurnya, Maherlah yang tidak menginginkan Arabella dan bayinya, membuat Arabella memilih pergi dan tidak ingin melihat mereka menikah.
"Biarkan semua jadi keputusan Maher, dia yang berhak menentukan." Balas Adam sebelum berbalik dan menuntun ibunya.
Karina mengepalkan tangannya, jika semua keputusan pada Maher, Karina yakin pria itu akan memilih wanita itu yang berkedok sekertaris.
"Aku tidak akan biarkan Maher dengan wanita jala*ng itu." Geram Karina dengan tatapan tajam.
Tinggalkan jejak kalian sayang 😘😘😘