Wanita kuat dengan segala deritanya tapi dibalik itu semua ada pria yang selalu menemani dan mendukung di balik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syizha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ayah
Akselia berdiri di tempat persembunyian yang mereka buat, dengan ketegangan yang semakin mengikat tubuhnya. Wajahnya pucat, matanya tidak berkedip, menatap data yang baru saja mereka ambil dari pusat data Sentinel. Setiap baris informasi itu seperti puzzle yang menuntunnya pada kebenaran yang lebih gelap. Ayahnya—Adrian Ananta—ternyata lebih terlibat dalam jaringan Sentinel daripada yang ia kira. Tapi ada lebih banyak lagi yang disembunyikan, rahasia yang jauh lebih dalam dari yang terungkap.
Reina dan Mikael berdiri di belakangnya, menunggu Akselia untuk berbicara. Mereka tahu betul, ini adalah saat yang berat baginya. Namun, mereka juga tahu bahwa tidak ada waktu untuk meratapi kenyataan ini.
“Kau baik-baik saja?” tanya Reina pelan, mencoba memecah keheningan yang tebal.
Akselia mengalihkan pandangannya dari layar data dan menatap Reina. “Aku tidak tahu apakah aku bisa berkata baik-baik saja,” jawabnya dengan suara serak. “Ayahku... Ayahku terlibat lebih dalam dari yang aku kira. Dia bahkan tidak hanya sekadar menciptakan teknologi. Dia menjadi bagian dari sistem yang sekarang dikendalikan oleh Lucas.”
Mikael mengangguk, tidak terkejut dengan penemuan itu. “Sentinel bukan hanya proyek besar yang melibatkan teknologi. Ini adalah jaringan yang sangat kuat, dan ayahmu tampaknya memiliki bagian yang sangat penting dalam itu.”
Akselia menggigit bibir, berusaha menenangkan pikirannya. Mengapa ayahnya tidak pernah memberitahunya tentang ini?Apa yang telah terjadi di balik layar? Apakah ia salah menilai segala hal tentang ayahnya selama ini?
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Reina bertanya dengan nada serius. “Kita tahu Lucas dan Sentinel sudah mengetahui keberadaan kita. Mereka pasti tidak akan berhenti sampai kita berhasil dihentikan.”
Akselia merasakan kecemasan yang semakin menyelimutinya. Namun, ia tahu bahwa mundur bukanlah pilihan. Mereka sudah terlalu jauh untuk berhenti. Jika mereka tidak menghentikan Lucas dan Sentinel sekarang, dunia yang lebih gelap akan muncul.Dan ia tak bisa membiarkan itu terjadi.
“Kita harus mencari tahu lebih dalam tentang rencana ayahku,” Akselia akhirnya berkata dengan tegas. “Aku harus tahu apa yang sebenarnya ia lakukan dan mengapa ia terlibat dalam semua ini. Hanya dengan begitu kita bisa menghentikan Lucas.”
Mikael mengangguk, matanya penuh tekad. “Aku setuju. Kalau kita bisa menemukan lebih banyak informasi tentang ayahmu dan proyeknya, kita mungkin bisa menemukan cara untuk menghancurkan Sentinel dari dalam. Kita harus tahu persis apa yang sedang mereka bangun.”
Reina menambahkan, “Tapi kita harus bergerak cepat. Jika kita terlambat, mereka bisa melangkah lebih jauh. Kita tidak punya banyak waktu.”
Akselia menatap mereka dengan penuh keyakinan. "Kita akan melangkah lebih dalam, mencari tahu apa yang ayahku sembunyikan. Dan kita akan menghentikan mereka, apa pun yang terjadi."
Malam itu, mereka menghabiskan waktu untuk mempersiapkan langkah berikutnya. Akselia tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan apa yang baru saja mereka temukan. Apakah ayahnya benar-benar berjuang untuk dunia yang lebih baik, ataukah ia ikut terjebak dalam permainan yang lebih besar?' Banyak pertanyaan yang muncul, dan setiap detik yang berlalu membuat Akselia semakin bingung. Namun, satu hal yang pasti—apapun yang terjadi, ia harus mencari tahu kebenarannya.
Pagi hari, mereka memulai perjalanan menuju tempat yang lebih aman. Mikael mengatur perangkat untuk melacak lebih banyak data terkait ayahnya. Mereka bergerak dengan hati-hati, menghindari perhatian siapa pun yang mungkin mencari mereka.
Selama perjalanan, Akselia merasa seperti dikejar oleh bayang-bayang masa lalu. Setiap langkahnya, ia tidak bisa berhenti berpikir tentang ayahnya. Apa yang terjadi pada pria yang selama ini ia anggap sebagai pahlawan? Apa yang menyebabkan ayahnya terjerat dalam permainan besar ini? 'Apakah ia pernah tahu bahwa ini adalah jalan yang harus ditempuh?'
"Akselia," Reina memanggilnya dengan suara lembut, menariknya dari lamunan. "Kau masih ada di sini, kan?"
Akselia menatap Reina, dan untuk sesaat ia merasa seperti berada di dunia yang terpisah. "Aku hanya berpikir tentang ayahku," jawabnya perlahan. "Aku merasa seperti aku sudah kehilangan dia, meskipun dia masih hidup."
Reina menepuk bahu Akselia. “Terkadang kita harus menerima kenyataan yang sulit. Tapi itu tidak berarti kita harus kehilangan arah. Kamu masih punya waktu untuk mencari tahu dan membuat semuanya lebih baik. Kita akan ada di sini untuk membantu kamu.”
Akselia menarik napas panjang dan menatap ke depan. “Terima kasih, Reina. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi aku tidak bisa berhenti. Aku harus tahu siapa sebenarnya ayahku dan apa yang sedang terjadi.”
Mikael yang berjalan di depan menoleh. “Kita hampir sampai di lokasi yang aman. Kita akan mencari tahu lebih banyak di sana. Dan setelah itu, kita bisa merencanakan langkah selanjutnya.”
Akselia mengangguk dan mengikuti mereka. Setiap langkah yang mereka ambil semakin membawa mereka lebih dekat ke kebenaran yang tersembunyi. Namun, ia juga tahu bahwa semakin dekat mereka pada kebenaran, semakin besar bahaya yang mereka hadapi. Lucas dan Sentinel akan berusaha menghentikan mereka, dan Akselia tahu, pertarungan ini bukan hanya untuk mengungkap rahasia—tapi untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran yang sudah di ambang pintu.
Malam itu, mereka tiba di sebuah tempat aman yang tersembunyi jauh dari jangkauan pengawasan. Mikael segera mulai mengakses perangkat yang telah mereka ambil dari pusat data, mencoba membuka lebih banyak informasi tentang proyek ayah Akselia. Sementara itu, Akselia duduk dengan penuh kecemasan, menunggu informasi lebih lanjut.
"Ini dia," kata Mikael dengan suara tegang. “Aku baru saja mengakses beberapa data penting yang lebih detail. Ini… ini adalah proyek yang lebih besar dari yang kita bayangkan. Ayahmu, Adrian Ananta, adalah bagian dari sesuatu yang disebut "Proyek Elysium". Ini bukan hanya tentang teknologi—ini tentang menciptakan sistem baru, sebuah dunia yang dikendalikan oleh algoritma, di mana semua keputusan penting dibuat oleh komputer, bukan oleh manusia. Itu yang mereka rencanakan.”
Akselia merasa hatinya nyaris berhenti berdetak. “Proyek Elysium…” bisiknya. “Tapi itu berarti… ayahku… ayahku mencoba membangun dunia baru, dunia yang dikendalikan oleh kekuasaan teknologi!”
Mikael mengangguk dengan serius. “Ini adalah langkah besar menuju dunia yang lebih terorganisir—tapi juga lebih terkontrol. Ayahmu, sepertinya, melihat ini sebagai solusi untuk masalah dunia. Namun, di sisi lain, ada banyak pihak yang ingin memanfaatkan proyek ini untuk keuntungan mereka sendiri. Dan Lucas tampaknya tahu bahwa ini adalah kunci untuk memegang kendali penuh.”
Akselia merasa jantungnya berdegup kencang. Apakah ayahnya benar-benar mempercayai proyek ini? Dan jika ya, apakah dia benar-benar berpihak pada kebaikan?
"Sekarang kita tahu apa yang sedang terjadi," kata Reina dengan suara tegas. “Tapi kita juga tahu siapa yang harus kita hadapi.”
Akselia menatap layar perangkat itu, merasa bahwa dunia yang selama ini ia kenal kini mulai runtuh di hadapannya. Ia tidak hanya berjuang untuk mengungkap kebenaran—ia berjuang untuk masa depan yang belum pasti.
Dan di balik layar ini, perang yang lebih besar baru saja dimulai.