NovelToon NovelToon
Transisi

Transisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:526
Nilai: 5
Nama Author: Ida Riani

cerita tentang perubahan para remaja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9

"Jihan apa benar, kamu menggigit anak orang, jika kamu yang membuat masalah, tidak apa, itu sudah biasa, tapi kamu melibatkan zidan, lihatlah matanya sampai bengkak, ini sangat berbahaya" ucap lian menunjuk wajah zidan yang memar disekitar mata.

"Aku tidak menyuruhnya, dia melakukan sendiri" ucap Jihan tidak terima jika dirinya di salahkan.

"Aku melakukan sendiri" ucap zidan tidak mau jihan disalahkan.

Suasana menjadi hening dalam waktu sesaat.

"Ehem" Lian berdehem.

"Kamu hanya boleh makan sayur hari ini, makanlah" ucap lian mengambilkan sayuran pada putrinya.

"Ayo makan" ucap lian pada maya dan zidan.

"tok,, tok,, tok,," terdengar pintu rumah lian di ketuk.

"Astaga siapa lagi ini" ucap lian menoleh ke arah pintu.

"Jihan, bilang pada ayah, kamu tidak menggigit anak orang lagi kan" ucap lian.

Jihan menggertakkan giginya sambil tersenyum.

"Tunggu disini" ucapnya kemudian berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Rangga" Rangga tidak menjawab, dia hanya memberikan satu plastik berisi botol.

"Apa ini" tanya lian. Rangga langsung berlari kembali ke rumahnya. Lian pun melihat isi dari apa yang diberikan Rangga padanya

"Antiseptik" bati lian.

Lian memandang bocah itu hingga tidak terlihat lagi, lalu lian kembali masuk dalam rumah.

Di rumah rangga, ia merasa lapar namun tidak ada makanan apapun selain nasi, karena hanya ada, mi instan iapun memasaknya sendiri.

Tak lama kemudian ibunya keluar dari kamarnya. Ia melihat ke arah jam dinding. Kemudian melihat putranya yang hanya makan mi instan.

"Kenapa tidak membangunkan ibu, ibu akan memasak untukmu" ucap bu titin.

"Tidak usah bu, aku sudah memasak mi instan" ucapnya kemudian melanjutkan makan mi instan yang dibuatnya.

"tok,, tok,,, tok,,," terdengar pintu rumah diketuk.

"Bu titin, segera merapikan rambut kemudian segera membuka pintu untuk melihat siapa yang datang.

"Assalamualaikum" ucap bu kiki dan bu fani.

"Eh, kalian rupanya, waalaikum salam" jawab bu titin, setelah membuka pintu, ternyata yang datang adalah bu kiki dan juga bu fani.

"Kami datang untuk berkunjung, dan memberikan ini padamu" ucap bu kiki memberikan buah semangka segar yang baru saja di petiknya dari kebun.

"Iya, terimakasih, kalau hanya berkunjung, tidak perlu repot-repot bawa buah, ayo masuk" ucap bu titin.

"iya, sebentar saya lepas dulu sepatunya"

"Tidak usah di lepas, pakai saja, tidak ada yang istimewa di rumah ini" jawab bu titin, cepat.

"Oh, iya"

Mereka pun masuk dalam rumah tersebut, lalu bu titin menutup pintunya.

"Kamu terlihat lemas, apa kamu sakit." tanya bu fani.

"Tidak, aku baik-baik saja, aku baru saja bangun tidur siang" jawabnya merapikan sofa terlebih dahulu.

"Maaf berantakan, aku tidak tau, kalau kalian akan datang, duduklah" pinta bu kiki setelah semua terlihat rapi.

"Sebenarnya aku yang ingin datang ke sini, aku mengajak bu kiki hanya untuk menemani saja" ucap bu fani kemudian duduk.

"Kok makan mi instan, apa belum kenyang" tanya bu kiki.

"Rangga memang suka makan mi instan" jawab bu titin cepat.

"Rangga salim pada nenek kiki dan nenek fani" pinta bu titin.

"Assalamualaikum, nek" ucap Rangga kemudian mencium tangan bu kiki dan bu fani secara bergantian.

"Waalaikum salam, anak pintar" ucap bu kiki setelahnya

"Nenek mau minum apa, teh atau kopi" tanya Rangga.

"Tidak usah repot-repot air putih saja" jawab bu kiki.

"Kalau begitu satay buatkan teh saja, ya" ucap Rangga kemudian menuju dapur.

"MasyaAllah, baik sekali" puji bu kiki kemudian duduk di samping bu fani. Bu titin tersenyum kemudian duduk setelah kedua tamunya duduk.

"Jangan biarkan anak kecil membuat teh, takutnya bukan tehnya yang diseduh melainkan tangannya" ucap bu fani.

"Tidak apa-apa bu, Rangga sudah terbiasa, dia tahu cara memasak air" ucap bu titin santai.

"Titin kamu sudah pindah ke sini sekitar dua bulan, sebagai tetangga baru, kamu tidak pernah bermain ke rumah tetangga lainnya, bahkan keluar rumah pun jarang" tanya bu kiki.

"Aku merasa panas diluar, jadi aku tidak suka keluar rumah" jawab bu titin.

"Kamu harus bersosialisasi dengan tetangga sekitar, Rangga juga, dia terlibat suka bermain sendiri, sebagian warga disini selalu datang ke warungnya, lian juga menyiapkan tempat untuk bermain, seperti karambol, catur, datanglah ke sana bermain bersama kami sambil menikmati mi ayamnya yang sudah jelas enak" ucap bu fani panjang lebar.

"Benar, disana sangat ramai sekali" tambah bu kiki.

Bu titin hanya tersenyum.

"Aku tidak bisa karambol apalagi catur" jawab bu titin.

"Tidak apa-apa, kamu bisa belajar" ucap bu fani.

"Bermain karambol, atau catur hanyalah cara untuk bersosialisasi, jika kamu hanya berdiam diri dirumah, sepanjang hari dan hanya melihat anak dan suami, kapan kita bisa mengenal tetangga" ucap bu kiki terus terang.

Bu fani menyenggol lengan bu kiki, agar tidak terlalu jujur, karena hanya bu kiki yang berani berkata demikian, mengingat warungnya lian adalah warung miliknya juga.

"Terimakasih Rangga, kamu menang anak yang baik" ucap bu fani memotong pembicaraan bu kiki.

"Terimakasih, rangga teruskan makan minya" pinta bu fani.

"Ma, aku sudah kenyang aku mau bermain di luar" ucap Rangga meminta izin bermain di luar rumah.

"Ya, pergilah" jawab bu titin.

"Rangga memang anak yang patuh" ucap bu kiki

"Dan pengertian" sambar bu fani.

"Kalian berdua datang, apa ada yang ingin disampaikan lagi?, apa kalian mendengar kalau aku dan suamiku sering berdebat?"

"Tidak,,," jawab bu fani dan bu kiki kompak.

"Keluarga mana yang tidak sering berdebat, kemarin aku datang warung lian, dan kebetulan bertemu dengan pak hari, dia bercerita banyak hal" ucap bu fani.

"Oh, apa saja yang suamiku katakan" tanya bu titin.

"Dia bilang kamu wanita yang sangat baik dan pengertian" ucap bu fani

"Iya, benar" ucap bu kiki membenarkan.

Bu titin hanya tersenyum sinis mendengarnya.

"Sebenarnya, aku mengerti dirimu, kamu seperti aku waktu masih muda, dulu, aku seorang guru, dalam tiga tahun aku melahirkan dua orang anak, apalagi yang bisa seorang ibu lakukan? Aku harus berhenti bekerja, aku mencurahkan hatiku, mengurusi anak-anak, mengurus rumah. Suamiku seorang dokter, dia tidak bisa membatu apa-apa, ketika dia sibuk, tidak ada waktu siang ataupun malam. Itu benar-benar melemahkanku, jika aku melihatnya. Aku akan marah. Aku merasa dia tidak mengertian. Bertengkar merupakan hal yang biasa." Ucap bu fani mencurahkan isi hatinya.

"Ya, suamiku juga memang seperti itu. Dia sibuk membantu orang lain" ucap bu titin.

"Jujur saja, itukan hanya pekerjaan" tambah bu kiki.

"Tidak peduli betapa sibuk pekerjaannya, dia masih harus sibuk membantu di rumah" ucap bu fani.

1
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca.
Ditunggu komentarnya.
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca /Good/
Idar
Selamat Membaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!