Mawar seorang wanita yang bekerja di sebuah bar, tanpa sengaja menemukan seorang anak laki-laki yang membuatnya terikat dalam sebuah pernikahan dengan pria dingin namun hangat.
Di dalam pernikahan itu, harus banyak tugas yang mawar jalankan. Tapi akankah pernikahan itu berjalan sesuai dengan kesepakatan awal, atau berbelok ke arah lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Mawar langsung memakai salah satu gaun pengantin, di ruang ganti Mawar di bantu oleh staf butik untuk memakai gaun tersebut. Sebuah gaun pengantin berbentuk mermaid yang menonjolkan lekuk tubuhnya yang indah, mawar melihat pantulan dirinya di cermin.
Ia merasa sangat takjub dengan dirinya saat ini, gaun yang ia kenalan sangat indah dan terlihat sangat dewasa.
Mawar masih terpana dengan dirinya sendiri, hingga pegawai butik menepuk pundak Mawar.
"Nona." Panggil nya dengan sopan.
"Ah. Iya maaf," Jawab Mawar yang malah salah tingkah.
"Anda sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini, dan gaun ini menonjolkan sisi dewasa anda sebagai seorang perempuan." Jelas Pegawai butik.
Mawar hanya tersenyum saat menanggapi pujian yang di lontarkan oleh pegawai itu, ia lalu keluar dari ruang ganti untuk menunjukkan gaun yang ia pakai kepada Arga.
Arga yang berada di ruang tunggu, duduk manis dan melihat handphone miliknya. Berbeda dengan Rangga yang nampak serius menunggu mawar, hingga tirai ruang ganti pun terbuka. Menampilkan sosok Mawar yang nampak sangat cantik dengan balutan gaun pengantin berwarna putih.
"Daddy, lihat.. Mama." Ucap Rangga yang tersenyum senang saat melihat Mawar.
Mendengar ucapan anaknya, Arga langsung menoleh ke arah Mawar. Ia terdiam sejenak saat melihat wanita itu tengah berdiri di depannya dengan balutan gaun pengantin.
Arga terdiam dengan wajah terkejut dan mata yang membulat, "Bagaimana, apa ini cocok?" Tanya Mawar, ucapan Mawar membuat Arga langsung tersadar.
"Iya, lumayan." Jawab pria itu yang kembali mengalihkan pandanganya dari Mawar.
Mendengar hal itu Mawar sedikit kesal, lalu ia memilih gaun yang ini untuk menjadi gaun pengantin nya dengan Arga.
Hani yang melihat Mawar tampil sangat cantik merasa sedikit kesal dan marah, tapi ia tetap bersikap profesional dan menunjukkan senyuman yang manis.
Setelah selesai memilih gaun pengantin, Arga langsung mengantarkan Mawar untuk pulang ke rumah. Di dalam mobil Rangga tertidur dengan pulas, Arga pun langsung berani berbicara terkait pernikahan yang akan mereka laksanakan.
"Pernikahan ini akan di laksanakan secara sederhana, dan tidak ada pesta yang mewah. Apa kau tidak keberatan?" Tanya Arga seraya mengemudikan mobilnya.
"Aku tidak keberatan, lagi pula ini hanya sebuah pernikahan pura-pura. Untuk apa di laksanakan dengan mewah." Jelas Mawar tanpa ekspresi apapun.
Mendengar hal itu Arga terdiam, "Baguslah, dan lagi aku tidak suka dengan wanita yang banyak menuntut." Sambung Arga.
Mawar hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan, "Hari ini kau bisa pindah ke rumah ku, kau juga bisa mengajak ibumu." Jelas Arga.
"Apa si rumah mu, ada orang lain?" Tanya Mawar.
"Tidak ada, hanya aku dan Rangga." Jelas Arga.
"Baguslah jika tidak ada orang, aku bukan tipe orang yang suka berkomunikasi dengan orang lain." Jelas Mawar dengan tegas, ia tidak habis pikir jika akan menjalankan pernikahan kontrak dengan Arga. Terlebih ia juga tidak ingin menjadi bahan hinaan keluarga Arga, karena pria itu menikah dengan wanita seperti dirinya.
Sesampainya di depan rusun tempat mawar tinggal, wanita itu langsung membuka sabuk pengaman.
"Orang-orang ku akan menjemput mu jam 5 sore, sebaiknya kau segera bersiap." Jelas Arga.
"Iya." Jawab Mawar, wanita itu langsung keluar dari dalam mobil Arga dan segera kembali ke rumahnya.
Di sepanjang jalan Mawar menjadi bahan tontonan orang-orang, terlebih dia baru saja keluar dari mobil mewah.
"Eh Mawar baru pulang, sama pria mana lagi nih?" Tanya Bu Lina dengan senyuman di wajahnya.
Mawar tahu jika wanita itu pasti akan memojokkan dan menghina nya lagi, "Iya, aku baru pulang jalan-jalan dengan calon suami ku." Jawab Mawar dengan senyuman di wajahnya.
Mendengar hal itu Bu Lina langsung kaget setengah mati, "Mana mungkin kau punya calon suami, paling juga itu pria tua yang merupakan suami orang lain." Tuduh nya dengan wajah yang kesal.
Mawar tersenyum tipis, "Bagaimana bisa Bu Lina menuduh ku tanpa bukti, aku sudah mengatakan jika pria tadi adalah calon suami ku. Dan sekarang aku akan beres-beres rumah dan pindah ke tempat tinggal nya, soalnya kamu akan menikah besok." Jawab Mawar dengan senyuman penuh kepuasan, meski ini hanyalah sebuah pernikahan kontrak. Tidak ada salahnya memamerkan hal itu kepada wanita-wanita tukang gosip yang pastinya akan kepanasan.
Mendengar hal itu Lina hanya diam dan tidak menjawab. "Kalau begitu saya pamit dulu yah." Sambung Mawar dengan senyuman di wajahnya.
Ia langsung pergi ke rumahnya dengan perasaan penuh kepuasan, apakah saat melihat wajah wanita yang sering bergosip tentang dirinya.
"Bu." Panggil Mawar pada Dewi.
"Iya kenapa?" Tanya Dewi yang tengah menyapukan lantai.
"Arga mengajak kita untuk pindah ku rumahnya hari ini, sebaiknya kita bersiap karena jam 5 orang-orang pria itu akan datang untuk membawa barang-barang kita." Jelas Mawar.
Mendengar hal itu Dewi terdiam sejenak, ia seakan enggan untuk pergi dari sini.
"Jika kau ingin tinggal di sana, maka kau bisa tinggal di sana. Tapi ibu ingin tetap di sini." Jelas Dewi dengan senyuman di wajahnya.
Mawar menatap ibunya, ia lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Aku tidak akan pergi jika ibu juga tidak pergi." Jawab Mawar dengan tegas, ia ingin selalu bersama dengan ibunya dan tidak akan pernah meninggalkan ibunya.
"Mawar, kau harus belajar tinggal sendiri. Dan lagi sebentar lagi kau akan punya sebuah keluarga." Sambung Dewi menasehati anaknya.
Mawar dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Arga bukan keluarga ku, ini hanya sebuah pernikahan kontrak. Aku butuh ibu, di samping ku untuk menjadi penyemangat ku. Aku tahu di sana ada Rangga, tapi ibu yang paling penting. Ku mohon..." Mawar memeluk ibunya dengan erat, ia sama sekali tidak ingin berpisah dengan ibunya. Terlebih mereka sudah hidup bersama, baik di saat susah maupun senang.
Dewi lalu tersenyum dan mengelus rambut anaknya, "Baiklah jika kau ingin aku ikut, aku akan ikut." Jelas Dewi dengan senyuman di wajahnya.
Mawar yang mendengar hal itu langsung senang, ia kembali memeluk Dewi. Di hatinya ibunya adalah sosok yang paling berharga, dan ia tidak ingin sampai terpisah dengan ibunya.