Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius
Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.
Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.
Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Bukan, bukan seperti itu." Kaiya menggeleng-geleng.
"Lalu apa? Kamu mau apa sekarang?"
suara Ginran mengecil. Wajahnya keliatan sekali kalau dia sudah sangat lelah sekarang. Lelah menghadapi Kaiya.
Ketika Kaiya mau bicara lagi, Darrel, Jiro dan Naomi sudah berdiri di belakang Ginran, menghentikan niatnya bicara. Jiro menatapnya tajam sekali. Naomi, hanya sekilas menatapnya, setelah itu langsung memalingkan wajah ke arah lain. Sementara Darrel masih tersenyum padanya meski hanya senyuman tipis.
Kaiya mencoba untuk memberanikan diri. Dia akan berusaha melawan ketakutan dan trauma akan masa lalu demi mendapatkan kembali laki-laki yang dia cintai dan para sahabatnya. Dia sadar bahwa tanpa mereka hidupnya akan lebih tidak berarti.
"A ... Aku," sulit sekali memang berkata jujur dengan kondisinya yang seperti ini. Tapi dia terus berusaha.
"Bisakah kita kembali seperti dulu lagi? Aku akan cerita perlahan-lahan sama kalian." Kaiya menatap mereka semua satu persatu. Berharap mereka akan menerimanya lagi.
Jiro tersenyum sinis.
"Kembali seperti dulu? Lo pikir kemaren-kemaren kita nggak pernah kasih lo kesempatan? Setelah sudah begini, dengan gampangnya lo pengen hubungan kita kembali kayak dulu? Jangan mimpi sialan!" lelaki itu berseru kasar.
"Jiro, perhatikan cara bicara lo. Jangan kasar." tegur Darrel. Ia tidak suka dengan sikap Jiro ke Kaiya. Ia tahu Jiro marah besar karena Kaiya berhubungan dengan laki-laki yang katanya sudah menghamili adik perempuannya, namun Kaiya juga tidak salah. Bagi Darrel, keberanian Kaiya yang seperti ini patut dipuji. Gadis itu masih peduli dengan mereka, bukankah itu berita gembira.
Cowok itu menatap ke Ginran. Berharap Ginran akan menerima permintaan Kaiya. Keputusan ada pada pria itu.
"Asalkan kamu berjanji tidak akan pernah menemui laki-laki itu lagi, jangan pernah berhubungan lagi dengannya, maka aku akan menerima permintaanmu." ucap Ginran kemudian, menatap ke dalam mata Kaiya. Ia ingin lihat bagaimana reaksi gadis itu.
Namun, tidak berhubungan lagi dengan Jason? Tidak mungkin. Jason adalah salah satu orang yang sudah membantunya bangkit lagi, mana bisa ia tidak berhubungan dengan pria itu lagi. Jason sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.
"Kenapa, tidak bisa?"
Kaiya terdiam.
"Bisakah kamu memberikan syarat yang lain?" tawar Kaiya. Ginran tertawa kuat. Namun bukan tawa bahagia. Hanya beberapa detik lalu tawanya hilang dan ia menatap Kaiya lurus-lurus.
"Dengar, kalau kau tidak bisa meninggalkan laki-laki itu, maka tidak ada harapan lagi untuk kita. Aku bukanlah pria bodoh yang bisa kau permainkan dengan sesuka hatimu. Pulanglah, jangan pernah temui aku lagi." setelah mengatakan kalimat itu, Ginran berbalik pergi.
Kaiya tak bisa membendung air matanya lagi. Ginran, laki-laki itu menyerah padanya. Ginran tidak mau berhubungan dengannya lagi. Jiro yang melihat Kaiya menangis bukannya simpati, malah tersenyum sinis.
"Jangan tunjukkin tangisan palsu lo di sini, sebaiknya pergi dari sini sekarang. Ginran nggak menginginkan cewek pembohong kayak lo lagi."
"Jiro," kali ini Naomi yang menegur, merasa Jiro terlalu berlebihan.
"Kaiya, lebih baik lo pulang dulu ya. Ginran masih marah, ayo bicara lagi setelah kemarahannya mereda." kata Naomi pada Kaiya.
Darrel mendekati gadis itu dan menepuk bahunya. Ia sedih melihat Kaiya sedih.
"Hei, aku anterin kamu pulang ya?" ucapnya lembut. Kaiya cepat-cepat menyeka air matanya dan berusaha tersenyum, ingin menunjukkan bahwa dia gadis yang kuat.
"Nggak usah Rel. Aku bisa pulang sendiri kok. Makasih sebelumnya dan maaf atas semua perbuatan aku ke kalian semua." kata Kaiya lalu berbalik meninggalkan kediaman Ginran.
Darrel dan Naomi terus menatap kepergian Kaiya lama, sampai gadis itu betul-betul menghilang dari hadapan mereka. Darrel merasa kasihan dan berada di posisi yang serba salah.
Dari balik kaca rumahnya, Ginran juga terus menatap Kaiya. Ia tahu perkataan yang dia sampaikan bukan benar-benar dari hatinya. Itu semua ia karena emosi dan rasa cemburunya yang membuncah.
Ginran mengusap wajahnya kasar. Lalu terduduk di lantai dengan raut wajah putus asa, tak setelah itu hujan keras mengguyur kota itu, di sertai kilat dan guntur. Ginran langsung berdiri. Ia teringat Kaiya takut guntur.
Tanpa pikir panjang ia pun berlari keluar. Tidak peduli hujan deras. Darrel, Naomi dan Jiro saling berpandangan. Darrel tersenyum, ia tahu Ginran tidak akan pernah tega menyakiti Kaiya lama-lama. Naomi ikut tersenyum. Sayangnya, hari itu Ginran tidak menemukan Kaiya di mana-mana.
________________
Kondisi Kaiya cukup mengenaskan ketika sampai ke rumah sakit. Gadis itu basah kuyup dan matanya bengkak sekali. Jason yang sedang tidur-tiduran di ranjang pasien langsung turun. Wajahnya khawatir sekali.
"Kaiya, kamu kenapa?"
Belum ada jawaban, Kaiya hanya menatapnya lama.
"Ginran, dia nyuruh aku jangan pernah temui dia lagi. Aku ..., dia nggak menginginkan aku lagi. Mereka semua ... Aku kehilangan mereka semua, hiks hiks ..."
Kaiya mengatakan kalimat itu dengan wajah yang sangat sedih lalu ia memeluk lelaki di depannya itu dan menangis sejadi-jadinya. Jason ikut terdiam. Membiarkan Kaiya menangis dipelukannya. Laki-laki itu ikut turut merasakan kesedihan gadis itu. Ia mengusap-usap lembut punggung Kaiya dan menenangkannya.
Dari luar, dokter Kean tidak sengaja mendengar kalimat gadis itu dan melihat kesedihannya yang begitu dalam. Ia tidak tahu siapa yang Kaiya maksud, tapi satu hal yang dia pikirkan adalah, kalau orang itu bisa mempengaruhi Kaiya sampai seperti ini, itu berarti orang tersebut bisa menjadi obat gadis itu. Kean penasaran ingin bertemu dengannya.
"Jangan menangis lagi ya, kamu basah kuyup begini. Ganti baju dulu, nanti sakit." ucap Jason begitu tangisan Kaiya mereda.
"Ayo ikut aku. Kamu harus segera ganti pakaian. Daya tahan tubuhmu rendah, seperti kata Jason, kamu bisa sakit." dokter itu menarik pelan tangan Kaiya. Dia dan Jason sudah saling mengenal dengan baik semenjak dirinya menjadi dokter pribadi Kaiya. Hubungan mereka sudah seperti teman.
"Kami akan kembali nanti." kata Kean menatap Jason. Jason menganggukkan kepala dan kembali duduk di tempat tidur.
Laki-laki itu berpikir keras kemudian. Dia tidak akan membiarkan Kaiya menderita lagi. Sepertinya sekarang memang harus dia yang bertindak. Kaiya pasti tidak sempat menjelaskan pada sahabat-sahabatnya itu. Kalau tidak, gadis itu tidak akan pulang dengan keadaan sesedih ini.
"Kaiya, aku akan membuat mereka tahu yang sebenarnya. Aku akan membuat mereka kembali padamu, terutama laki-laki itu. Aku janji." kata Jason pada dirinya sendiri. Sudah cukup ia lihat Kaiya menderita. Gadis itu harus bahagia dengan orang-orang yang dia sayangi.
kl kyk ginran naomi apalagi jiro, mereka kyk bukan teman, tp org lain yg hanya melihat "luar"nya saja
2. teman d LN