Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Doni menoleh pada Lita dengan tatapan sayu, kemudian meminta Lita untuk menarik ucapannya dan jangan pernah mengutuk janin yang ada di dalam kandungan Desi.
Doni mengatakan itu dengan tatapan memohon membuat Lita tersenyum sinis mendengarnya, mata Lita memancarkan tatapan penuh kebencian saat menatap mantan suaminya.
"Ternyata kamu memang sudah kehilangan akal sehatmu, Mas. Jelas-jelas selingkuhanmu itu yang memulai semuanya, tapi kenapa aku yang dih salahkan?" kata Lita dengan nada penuh kebencian
Desi yang berdiri di samping Doni membentak Lita dengan nada tinggi, dirinya tidak akan bicara seperti itu jika Lita tidak memulai provokasi dulu kemudian Desi mengusir Lita.
Meminta Lita untuk tak menganggu kehidupan mereka lagi, lontaran Desi membuat suasana semakin menegang. Lita mengangguk sembari berucap tanpa di usir, dirinya memang akan pergi.
Lita melangkah keluar dari rumah tersebut, Doni memekik memanggil nama putra bungsunya dan hendak menyusul namun dengan cepat di cegah oleh Desi hingga Doni tak bisa berbuat apa-apa.
Di halaman luar, Aisyah ketika melihat Lita datang segera keluar dari mobil. Aisyah sejak tadi gelisah karena Lita tak kunjung keluar, bahkan hampir satu jam Lita berada di dalam rumah baru Doni.
Lita merasakan dadanya terasa sesak, suaranya bergetar saat dirinya membicarakan kekhawatiran nya tentang kondisi Daniel yang baru saja di bebaskan dari pengurungan di gudang oleh Doni.
"Teh, kita harus bawa Daniel ke rumah sakit. Dia batuk parah, aku khawatir" ucap Lita dengan mata sembab
Aisyah yang juga tampak cemas mengangguk menyetujui ucapan Lita sembari matanya memandang ke arah Daniel yang meringkuk lemah di gendongan Lita.
"Kita cari rumah sakit terdekat ya, Kang. Kalau tidak ada, klinik pun jadi" titah Aisyah sambil pandangannya mengarah ke Kang Asep yang sudah siap berada di balik kemudi
Kang Asep mengangguk kemudian segera mempercepat laju mobil menuju klinik terdekat, di kursi penumpang Lita memandangi wajah Daniel dengan rasa bersalah yang begitu dalam.
Selama perjalanan akhirnya Aisyah bertanya kenapa Lita tadi di dalam rumah baru Doni begitu lama, sampai Aisyah berniat menyusul karena khawatir takut terjadi sesuatu pada Lita.
Lita mengelus kepala Daniel dengan lembut, lalu mulai menceritakan bahwa Doni dan Desi menyembunyikan Daniel darinya. Jika Lita tak menerobos masuk, mungkin dirinya tak akan bisa bertemu Daniel.
Lita bercerita dengan suara bergetar tapi menahan emosi, dirinya tak tahu apa yang ada di pikiran mantan suaminya. Bisa-bisanya mengurung anak kandung sendiri di dalam gudang, yang kotor dan pengap.
Dengan alasan takut Desi dan Azura tertular, harusnya biarkan saja Daniel dalam kamar dan tak usah di suruh keluar. Tak perlu di kurung di gudang segala, Lita terus melanjutkan ceritanya.
Lita memijit pelipisnya yang mendadak pusing saat membayangkan Daniel yang terkurung dalam gudang, sakit tanpa seorang pun yang menjaganya. Sementara Aisyah mendengar cerita itu, wajahnya tampak memerah menahan amarah.
"Lita, ini bukan masalah kecil. Kamu harus lapor polisi, bagaimana jika keadaan Daniel semakin parah?"
Aisyah menegaskan dengan suara tinggi sambil tangannya mengepal erat, Lita menghela napas panjang kemudian memandang keluar jendela dengan mata berkaca-kaca.
"Aku tau, Teh. Tapi kalau Mas Doni dan Desi masuk penjara, siapa yang akan mengurus Azura? Apalagi Desi sedang hamil, aku khawatir dengan bayinya"
Lita menjawab dengan suara terbata, seolah berat untuk mengeluarkan setiap kata. Lita juga mengatakan meski dirinya membenci Doni dan Desi, tapi Lita tak ingin terjadi hal buruk pada Azura dan janin yang di kandung Desi.
Lita membelai rambut Daniel yang kusut, berbau, tanda tidak rawat karena rambut Daniel sekarang jadi gondrong. Meski pun hati Lita terasa perih saat memikirkan Doni dan Desi, tapi dirinya mencoba menahan amarahnya.
"Sekarang aku hanya ingin fokus pada Leon dan Daniel, aku tak ingin berhubungan dengan mereka lagi. Biarlah, nanti Tuhan yang membalas semua perbuatan mereka" gumam Lita sambil mengusap air mata yang mulai berjatuhan
Lita menatap sendu pada jalanan yang mereka lalui, setelah berjalan tak terlalu lama akhirnya mobil pun perlahan berhenti di sebuah klinik. Lita memandang keluar jendela, cemas dan takut menyelimuti hatinya.
Kang Asep yang duduk di kursi pengemudi pun menoleh ke belakang, memberi saran untuk memeriksa Daniel di klinik tersebut saja. Aisyah pun setuju, lalu membuka pintu mobil.
Lita pun mengikutinya, langkah mereka serentak memasuki klinik yang terlihat sepi. Hanya ada beberapa pasien yang menunggu dengan sabar, hampir setengah jam akhirnya nama Daniel di panggil.
Lita segera menggendong Daniel masuk untuk di periksa oleh Dokter, hatinya berat tapi penuh harapan. Dokter mengulurkan tangannya, memeriksa dengan lembut tubuh kecil Daniel yang terlihat lesu.
"Bu, batuknya ini sudah berapa lama?"
Dokter bertanya sembari memeriksa Daniel, Lita menggeleng kebingungan terpancar di wajahnya karena memang tidak tahu kapan putra bungsunya mulai batuk.
"Saya kurang tahu, Dok. Baru hari ini saya bertemu dengan anak saya, setelah terpisah lama. Anak saya sudah dalam keadaan seperti ini saat bertemu saya, saya menemukannya berada di gudang yang kotor dan pengap" jelas Lita dengan suara bergetar karena khawatir
Dokter menoleh ke arah Lita sebentar lalu melanjutkan memeriksa Daniel, Lita meminta Dokter memeriksa Daniel dengan teliti karena sangat khawatir apalagi Daniel sempat menghirup udara yang kotor dan berdebu.
"Dek, sudah berapa lama kamu batuk?" tanya Dokter dengan lembut, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya agar Daniel tak takut.
Daniel terdiam, matanya berkaca-kaca menatap sang mama. Lita segera mendekat, lalu duduk di sisi tempat tidur putra bungsunya dan membelai kepala Daniel dengan penuh kasih sayang.
"Sudah berapa lama kamu batuk, Sayang?. Apakah baru hari ini, atau sudah dari kemarin? Apa Papa kasih Daniel obat?" tanya Lita dengan penuh kelembutan dan kesabaran
"Iya, Papa kasih aku obat rasanya manis" sahut Daniel
"Kapan Papa kasih kamu obat, Sayang?"
"Sebelum bobok, Ma" jawab Daniel tersenyum, namun matanya terlihat sayu.
Dokter mengangguk mengerti, menyusun informasi yang di dapatnya untuk segera menemukan solusi terbaik buat Daniel. Setelah berjam-jam menunggu, perasaan Lita mereda.
Ketika Dokter menjelaskan bahwa Daniel hanya batuk dan pilek, bukan penyakit yang serius. Namun kondisi Daniel cukup memprihatinkan, karena mengalami dehidrasi sehingga membuat tubuhnya lemas.
Dokter menyarankan pada Lita bahwa Daniel harus banyak minum air, makan buah-buahan dan sayuran. Yang pasti jangan lupa meminum vitamin yang di berikannya, Lita mengangguk mendengar setiap saran dari Dokter.
"Baik, Dok. Saya pasti akan memberikan perawatan yang terbaik untuk anak saya, terima kasih sebelumnya" ucap Lita dengan semangat
Lanjut thor
Thor lanjut