Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Ara cepatlah!"
Gadis yang tengah menarik dua koper dengan satu tas di bahu, segera berjalan cepat karena takut terkena amukan sang kakak. Ia terus berjalan tanpa menyadari dari arah samping ada seorang pria yang menghampiri kakaknya, hingga tanpa sengaja menabrak bahu pria tersebut.
"Maaf..." lirihnya sembari menatap pada pria yang ditabraknya.
Seorang pria tampan dengan garis tegas, alias mata tebal, dan hidung mancung itu hanya menatapnya sekilas sembari mengusap pakaian yang tersentuh olehnya. Lalu berjalan kembali menghampiri kakaknya yang bernama Vivian.
Apakah Ara tersinggung dengan perlakuan pria itu yang seolah menganggapnya kuman yang kotor? Tentu saja tidak, karena Ara sudah tahu persis bagaimana watak pria yang menjadi calon suami Vivian.
Pria yang bernama Dewa Arbeto memang terkenal dengan pembawaannya yang tegas, dingin, tak banyak bicara, dan yang paling utama sangat membenci orang miskin seperti dirinya.
Ya, miskin. Walaupun Ara adik dari Vivian, tapi dia hanyalah seorang adik angkat. Keluarga besar Wisnu mengambilnya dari panti asuhan hanya agar keluarga itu dipandang sebagai keluarga kaya yang murah hati. Selebihnya Ara hanya dijadikan pembantu pribadi Vivian sejak ia masih kecil.
Meskipun usianya lebih muda dua tahun dari Vivian, tapi semua kebutuhan wanita itu selalu Ara yang menyiapkannya. Bahkan ia bersekolah ditempat yang sama dengan Vivian hanya agar wanita itu bisa dengan mudah menyuruhnya ini dan itu.
Sungguh tragis bukan nasib seorang Ara. Namun ia tidak pernah mengeluh karena menurut Ara hidupnya kini jauh lebih beruntung dari pada ia tetap berada di panti asuhan. Setidaknya di keluarga Wisnu, Ara bisa mengenyam pendidikan ditempat yang terbilang sangat bagus, meskipun harus mengorbankan masa remajanya yang dihabiskan menjadi seorang pelayan dari seorang Vivian.
"Ck, sudah aku katakan biar supir yang membawa kopernya, Ra!" ucap Vivian dengan tersenyum manis pada sang adik yang baru saja tiba disampingnya.
Lihatlah wanita dengan wajah cantik sempurna, lemah lembut, dengan tubuh semampai bagaikan seorang model itu terlihat begitu baik hati bukan? Berbeda sekali dengan perlakuan yang sebenarnya, karena jelas-jelas Vivian yang menyuruhnya membawa semua barang dan melarang supir membantunya.
"Tidak apa-apa, kak. Aku masih bisa membawanya," ucap Ara dengan tersenyum pula.
Ia sempat menatap pada calon suami kakaknya yang tampak acuh, lalu kembali menatap Vivian karena tidak mau sampai wanita itu marah hanya karena ia melihat Dewa Arbeto.
"Ayo, masuk!" ucap Dewa pada calon istrinya.
Vivian terlihat merangkul lengan Dewa Arbeto, keduanya berjalan memasuki hotel tempat dimana pasangan itu akan menikah. Ya, hari ini tepatnya pukul empat sore pernikahan Dewa dan Vivian akan berlangsung. Itu sebabnya sejak pagi Ara begitu repot mengurus semua keperluan Vivian, sementara kedua orang tua angkatnya sudah lebih dulu berada di hotel yang diketahuinya milik keluarga besar Arbeto.
"Mau aku bantu?"
Ara yang hendak berjalan menyusul Vivian, menatap pada pria yang ia ketahui bernama Edward. Pria yang bekerja sebagai asisten pribadi Dewa Arbeto.
"Terima kasih, tapi aku masih bisa membawanya sendiri." Ia pun bergegas masuk kedalam hotel karena takut Vivian akan meninggalkannya.
Sementara itu Edward hanya diam berdiri menatap punggung Ara dengan menghela napas kasar. Ia tahu betul bagaimana keluarga Wisnu terutama Vivian memperlakukan Ara, memperlakukan gadis berlesung pipi itu layaknya sebagai pelayan.
Edward mengetahui itu semua tidak sengaja, ketika ia hendak menjemput kekasih tuannya itu. Di rumah mewah tersebut Edward melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Vivian memarahi Ara hanya karena terlalu lama mengambilkan tas wanita tersebut.
"Seandainya Tuan Dewa mencari seorang wanita yang baik, maka Ara sangat cocok. Tapi sayang Tuan Dewa mencari wanita sempurna dengan kecantikan dan status sosial yang tinggi," gumam Edward sembari berjalan menyusul ketiga orang tersebut.
ntar Ara mati rasa baru tau