NovelToon NovelToon
Tumbal Mata

Tumbal Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Horror Thriller-Horror / Epik Petualangan / Kutukan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Tumbal
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Foerza17

Setelah aku selamat dari kecelakaan itu, aku berhasil untuk bertahan hidup. Tetapi masalah yang kuhadapi ternyata lebih besar daripada dugaanku. Aku tersesat dihutan yang lebat dan luas ini. Aku mungkin masih bisa bertahan jika yang kuhadapi hanyalah binatang liar. Tapi yang jadi masalah bukanlah itu. Sebuah desa dengan penduduk yang menurutku asing dan aneh karena mereka mengalami sebuah penyakit yang membuat indera penglihatan mereka menjadi tidak berfungsi. Sehingga mereka harus mencari "Cahaya" mereka sendiri untuk mengatasi kegelapan yang amat sangat menyelimuti raga mereka. Mereka terpaksa harus mencari dan mencari sampai bisa menemukan mata mereka yang hilang. Dan akhirnya mereka bertemu dengan kami. Beberapa penumpang yang selamat setelah kecelakaan itu, harus bertahan hidup dari kejaran atau mungkin bisa kusebut penderitaan mereka atas kegelapan yang menyelimuti mereka. Berjuang untuk mendapatkan "Cahaya Mata" mereka kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Foerza17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kelemahan Mereka

Kami pun beranjak pergi meninggalkan kuburan Kak Evelyn. Kak Willie mengambil busur dan beberapa anak panah yang menjadi peninggalan terakhir darinya. Walaupun dia tidak terlalu mahir dalam memanah, tetapi Kak Willie terus berusaha untuk mengasah kemampuannya.

"Padahal aku belum sempet ngucapin terimakasih buat Kak Evelyn sama Kak Doni yang bantuin aku buat bikin ketapel ini. Kenapa mereka malah pergi secepat ini?" isak Vivi yang masih larut dalam kesedihan.

"Udah gausah disesali. Kak Evelyn sudah melakukan yang terbaik. Biarkan dia tenang disana. Jangan buat dia sedih karena ngeliat kamu terus-terusan sedih," jawabku menenangkan. Vivi pun menyeka air mata yang mengalir di pipinya yang merona.

Matahari yang mulai meningkat kehangatannya. Suara angin yang berhembus diantara sela-sela tebu sehingga menghasilkan suara mendesis. Suara serangga yang bernyanyi. Bau tanah kering dan rumput lembab mengiringi perjalanan kami ke utara.

Kami terus berjalan melalui pinggiran ladang dengan penuh semangat dan harapan. Kami sudah tidak peduli lagi akan perasaan tentang teman-teman kami yang telah pergi terlebih dahulu. Karena kami yakin, mereka telah gugur dengan sangat terhormat dan akan terus kami kenang akan jasa-jasanya.

Kami masih terus mengawasi oleh zombie-zombie yang meringkuk bersembunyi diantara batang tebu didalam sana. Sembari berjalan, aku terus memperhatikan tingkah laku mereka. Mereka hanya diam dan tidak bereaksi sama sekali. Aku mulai menghitung ada berapa jumlah zombie disana.

"Tiga belas, empat belas, ... ," gumamku.

"Sial! Kira-kira jumlahnya ada 22. Itu pun yang hanya nampak oleh penglihatanku. Aku juga belum tau seberapa banyak zombie yang masih bersembunyi jauh didalam sana,"

Aku pun meminjam ketapel yang dibawa oleh Vivi. Vivi kemudian memberikannya kepadaku. Kemudian aku mulai mengambil sebuah batu kerikil dan membidiknya disalah satu zombie yang lokasinya tidak terlalu jauh didalam petak tebu itu.

"Kamu mau ngapain, An?" tanya Vivi.

"Aku mau mastiin sesuatu," jawabku sembari masih fokus dalam membidik . Ketapel pun kulepaskan tetapi sedikit meleset dari target.

"Woi woi! Ngapain lu, Ndra? Lu mau nyari mati disini?" gertak Kak Willie hingga membuat yang lain juga ikut menoleh kearahku.

"Aku mau mastiin sesuatu, Kak. Lihat dan pelajari," jawabku sembari mencari kerikil yang cocok untuk kujadikan peluru.

Aku kembali menarik ketapelku dan membidik seorang zombie yang masih meringkuk tanpa reaksi itu. Semua orang pun berhenti dan mencoba melihat apa yang kulakukan saat ini. Berulang kali aku berusaha untuk mengenainya, tetapi semua bidikanku terus meleset mengenai daun-daun tebu yang berada disampingnya.

Setelah beberapa kali aku mencoba, aku pun berhasil mengenai kepalanya. Dia sempat terguling dan segera kembali terduduk meringkuk lagi melindungi kepalanya dari sengatan matahari. Pak Bonadi mengangguk melihatnya tanpa reaksi. Aku kembali mencoba membidik zombie itu untuk terakhir kali.

"Mampus kau!" seruku ketika bidikanku mengenai kepalanya untuk kedua kalinya.

Tak disangka, dia pun merasa terusik oleh ulahku. Dia kemudian bangkit dan berdiri menyibak semak kemudian mulai berjalan keluar dari sana. Kami pun bersiap untuk menyerangnya. Tetapi ketika dia keluar dari semak, dia langsung menggeliat seperti merasakan silau yang teramat sangat mengganggu penglihatannya. Kami pun tercengang melihat tingkah lakunya.

Tiba-tiba Pak Bonadi langsung terjun dan menerjangnya. Zombie itu mencoba untuk kabur dan kembali menuju semak-semak . Tetapi kalah cepat dan segera ditangkap oleh Pak Bonadi. Pak Bonadi pun kemudian memegangi badan zombie itu.

"Lihatlah matahari sialan. Kau saat ini amat kekurangan vitamin D," ledek Pak Bonadi sembari masih memegangi zombie yang semakin menggeliat kesakitan itu.

Tenaga Pak Bonadi masih jauh lebih besar ketimbang zombie yang berperawakan agak kurus tersebut. Zombie itu semakin menggeliat hebat dan berteriak dengan sangat keras hingga memekakkan telinga kami. Pak Bonadi yang geram pun langsung membantingnya ke tanah hingga dia jatuh tersungkur. Pak Bonadi langsung menghantamkan kepalanya ke tanah untuk membuatnya diam. Dia masih meronta-ronta dan berusaha untuk melepaskan diri. Aku kemudian terjun dan ikut membantu apa yang sedang Pak Bonadi lakukan.

"Cepat! Paksa dia membuka mata," perintah Pak Bonadi yang sudah mengunci pergerakan zombie itu.

Aku langsung menurutinya dan langsung menyumpal mulut bisingnya dengan gumpalan tanah. Aku pun langsung memaksanya untuk membuka matanya dan melihat apa yang akan terjadi. Dia melawan dengan menutup rapat-rapat matanya. Tetapi aku tak mau kalah, aku terus memaksanya untuk membuka mata.

Beberapa kali aku mencoba, aku pun berhasil membuka matanya. Bola mata dengan pupil yang runcing itu pun tiba-tiba langsung memutih terkena paparan sinar matahari. Aku dan Pak Bonadi menjadi sangat terkejut atas kejadian itu.

"Cepat! Lakukan juga pada mata yang satunya," perintah Pak Bonadi.

Aku pun melakukan hal yang sama ke mata lainnya. Dan kejadian serupa pun terjadi. Pupil mata yang runcing, layaknya mata seekor hewan karnivora pun menjadi memutih. Zombie itu menjadi menggila dan kami pun tak sanggup lagi untuk menahan pergerakannya. Pak Bonadi langsung melepaskan kunciannya dan menarikku menjauh.

Dia kemudian menggeliat ditanah sembari berteriak dengan suara yang amat memilukan. Dia seperti kesakitan dengan terus memegangi matanya yang mulai memutih itu.

"Pupil mata yang runcing. Layaknya mata seekor anjing pemburu. Pantas saja anjing-anjing kemarin tidak memilik mata yang lengkap," gumam Pak Bonadi.

"Sebelumnya saat kejadian dipondok kayu, zombie yang bertamu ke rumah kita memiliki pupil mata horizontal layaknya mata seekor domba. Maka semakin jelas juga asal usul darimana mereka mendapatkan bola mata," sambungnya.

"Mungkin kamu benar. Pondok kayu yang kita tinggali dan dengan padang rumput yang luas sangat cocok untuk menggembalakan domba disana," sahut Pak Bonadi.

"Apa mungkin para zombie yang menyerang kita semalam membunuh domba-domba untuk diambil matanya hingga membuat domba-domba itu mati?" tanyaku lagi.

"Bisa jadi," jawab Pak Bonadi.

Kemudian tiba-tiba sekujur tubuhnya menjadi kaku. Setelah itu dia tak bergerak lagi. Kami menjadi sangat tercengang atas kejadian tersebut. Kami mendekatinya perlahan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi diikuti yang lainnya.

Dia terbujur kaku dengan mata melotot dan mulut yang menganga menggambarkan penderitaan yang teramat sangat. Aku hanya menatapnya datar. Aini yang baru saja sampai langsung memeluk tanganku dan menyembunyikan kepalanya diantara tanganku.

"Pantas saja dia bersembunyi didalam semak-semak. Mereka memang berusaha untuk menghindari silaunya sinar matahari. Dasar payah," gumam Pak Bonadi sembari meludah kearah zombie yang sudah tak bernyawa itu.

"Dengan begini kita sudah tahu akan kelemahannya. Setelah ini kita tidak usah khawatir untuk beristirahat. Kita akan tidur diwaktu menjelang sore, dan kembali melanjutkan perjalanan setelah matahari terbenam," ucap Pak Bonadi. Kemudian kami meninggalkan area itu dan segera melanjutkan perjalanan.

Matahari yang mulai berkurang kehangatannya. Angin yang berhembus pelan diantara dedaunan sehingga menghasilkan suara mendesis. Bayang-bayang pohon yang memanjang. Akhirnya kami pun sampai di penghujung ladang yang luas ini.

Kami melihat sebuah saluran irigasi yang cukup luas disana. Dan di kejauhan terlihat juga siluet jalan raya yang dipenuhi oleh hiruk pikuk kendaraan yang lalu lalang. Aku merasa tak percaya oleh apa yang kulihat saat ini.

1
yanah~
enak di baca kak 🤗
yanah~
Mampir kak 🤗💪
Siti Yatmi
berasa nonton film...wk2
Foerza17: jangan buru² atuh bacanya kak. aku upload cuman sehari sekali
total 1 replies
ada badaknya🫡off
kayak nama Aini di sinetron "Aini malaikat tak bersayap" di ANTV
Foerza17: kalau ada kesamaan nama tokok adegan ini hanya fiktif belaka ya kak wkwk
total 1 replies
ada badaknya🫡off
hati hati banyak supir yang ngantuk l
Foerza17: mana ada pagi² mengantuk
total 1 replies
ada badaknya🫡off
harus buat rencana dulu lah masa malah diam aja di bis
ada badaknya🫡off
wkwkwkw sabar karena Allah yang tahu/Proud/
Siti Yatmi
berasa nonton film
Foerza17: pantengin terus ceritanya ya kak. diusahakan setiap hari update ❤️❤️❤️
total 1 replies
Siti Yatmi
serem ih...mata mu..mataku....
Aleana~✯
Hai kak aku mampir...yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Foerza17: makasihh udah mampir. semoga novelnya makin ramai pembaca yaw
total 1 replies
Jihan Hwang
hai. aku mampir.. yuk kamu juga mampir di karyaku/Smile/
Foerza17: makasih sudah mampir kak ❤️❤️
total 1 replies
Tsumugi Kotobuki
Gaya bahasa penulisnya enak banget, bisa ngebuat baper atau ketawa-ketawa.
Foerza17: thanks ya kak. ditunggu update selanjutnya. aku usahakan setiap hari update ❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!