"Aku, Dia, dan Sahabatku" adalah sebuah novel yang mengeksplorasi kompleksitas persahabatan dan cinta di masa remaja, di mana janji dan pengorbanan menjadi taruhannya. Lia Sasha putri, seorang siswi SMA yang ceria, memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan Pandu Prawinata , sahabatnya sejak SMA . Mereka membuat janji untuk bertemu kembali setelah 8 tahun, dengan konsekuensi yang mengejutkan: jika Pandu tidak datang, berarti Pandu sudah meninggal. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka diuji ketika Lia jatuh cinta dengan Angga, seorang laki-laki yang pengertian dan perhatian. Di tengah gejolak cinta segitiga, persahabatan mereka menghadapi ujian yang berat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvia Febri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Tiba-tiba, bel berbunyi pertanda masuk. Hasna dan pandu terkejut mendengar bunyi bel. Ia bersiap-siap untuk pergi ke kelas.
sedangkan Di kelas, Lia sedang menunggu Pandu.
Lia menatap pintu kelas. Ia menunggu Pandu yang tak kunjung datang. Lia merasa sedikit khawatir.
Tiba-tiba, Pandu dan Hasna datang bersama-sama. Lia terkejut melihat Pandu dan Hasna datang bersama-sama.
"Pandu, Hasna, kok datang bareng?" tanya Lia dengan nada yang penasaran.
"Eh, Lia," jawab Hasna dengan senyum yang menawan. "Kita lagi ngobrol di perpustakaan. Terus kita barengan ke kelas."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa sedikit khawatir melihat Pandu dan Hasna dekat satu sama lain.
Lia kemudian duduk di bangku nya. Mereka pun masuk kelas dan belajar. Guru mulai memberikan materi pelajaran. Guru mengajukan pertanyaan pada Lia.
"Lia, coba jelaskan tentang "Materi Pelajaran ini"?" tanya guru dengan nada yang sopan.
Lia menangguk mengerti. Ia merasa siap untuk menjawab pertanyaan guru.
"Baik, Pak," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Menurut saya, "Materi Pelajaran" adalah..."
Lia kemudian menjelaskan "Materi Pelajaran" dengan jelas dan ringkas. Namun, jawaban Lia menyinggung perasaan kelas IPS 3.
"Hah? Kok bisa begitu?" tanya Rangga dengan nada yang cemberut.
"Iya, gue juga nggak setuju sama pendapat Lia," ujar Kania dengan nada yang cemberut.
"Gue juga," ujar Hasna dengan nada yang cemberut.
"Lo nggak ngerti sih, na?" tanya dengan nada yang cemberut.
"Lia, lo nggak usah sok tahu," ujar pandu dengan nada yang cemberut.
"Lia, lo nggak ngerti sih?" tanya kawan yang lain dengan nada yang cemberut.
Lia terkejut mendengar perkataan teman-teman nya. Lia tidak menyangka kalau jawaban nya menyinggung perasaan teman-teman nya.
"Gue nggak bermaksud menyinggung kalian," jawab Lia dengan nada yang sedih. "Gue cuma menjelaskan sesuai dengan pendapat gue."
"Tapi, pendapat lo salah," ujar Rangga dengan nada yang cemberut.
"Iya, Lia," ujar Kania dengan nada yang cemberut. "Lo harus belajar lagi."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa sedih mendengar perkataan teman-teman nya. Lia berharap bisa mendapat perhatian dari teman-teman nya.
"Maaf, ya," ujar Lia dengan nada yang sedih. "Gue bakal belajar lagi."
Lia kemudian terus menikmati pelajaran di hari itu. Ia merasa sedih mendengar perkataan teman-teman nya. Lia berharap bisa mendapat perhatian dari teman-teman nya.
Setelah jam pelajaran selesai, Lia bertemu dengan Pandu di depan kelas.
"Pandu, gue mau ngomong sama lo," ujar Lia dengan nada yang sedih.
"Ngomong apa?" tanya Pandu dengan nada yang penasaran.
"Gue nggak sengaja menyinggung perasaan teman-teman kita di kelas," jawab Lia dengan nada yang sedih.
Pandu terkejut mendengar perkataan Lia. Ia tidak percaya kalau Lia menyinggung perasaan teman-teman nya tapi pandu bersikap cuek karena kecewa dengan lia.
"iya" jawab Pandu dengan nada yang cuek.
"Gue cuma menjawab pertanyaan guru sesuai dengan pendapat gue," jawab Lia dengan nada yang sedih.
"Tapi, gue gak tau kalo itu bikin kalian sakit hati," jawab Lia dengan nada yang sedih.
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa kasihan pada Lia.
"Lia, lo nggak usah sedih," ujar Pandu dengan nada yang lembut. "Lo nggak sengaja kok. Gue yakin teman-teman lo nggak marah sama lo."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Pandu.
"Makasih, Pandu," jawab Lia dengan senyum yang menawan.
"Lia, surat yang di kasih penggemar rahasia udah sampe ke lo apa belum?" tanya Pandu dengan nada yang sedikit cemberut.
Lia terkejut mendengar pertanyaan Pandu. Lia belum menemukan surat yang dimaksud Pandu.
"Belum ada sampe sama aku," jawab Lia dengan nada yang penasaran. "Kenapa emangnya?"
Pandu terdiam sejenak, merenungkan perkataan Lia. Pandu merasa sedikit kecewa. Ia berharap Lia sudah menerima surat yang diberikan oleh penggemar rahasia nya.
"Gak papa kok," jawab Pandu dengan muka yang kecewa. "Gue cuma nanya."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa sedikit penasaran dengan surat yang dimaksud Pandu.
"Pandu, emang ada apa sih sama surat nya?" tanya Lia dengan nada yang penasaran.
Pandu terdiam sejenak, merenungkan pertanyaan Lia. Pandu tidak ingin menceritakan tentang surat itu pada Lia.
"Nggak ada apa-apa," jawab Pandu dengan muka yang kecewa. "Gue cuma penasaran aja."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa sedikit penasaran dengan surat yang dimaksud Pandu.
"Ya udah," jawab Lia dengan senyum yang menawan. "Gue nanti cari ya di tas gue."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa sedikit kecewa. Ia berharap Lia sudah menerima surat yang diberikan oleh penggemar rahasia nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kyk"Lia menghela nafas dalam-dalam", "Jangan takut, pandu itu sebenarnya baik" kasih kyk cerita lai gt spy pembaca juga menikmatinya tdk hny kalimat itu" sj dr bab 1-5 Lia cerita k keluarganya, tmn" ny bhkn guru" nya di mohon dong jgn terlalu banyak cerita seperti itu! tolong berikan cerita yang lebih menarik lagi!