NovelToon NovelToon
Turun Ranjang

Turun Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta setelah menikah / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Slice of Life
Popularitas:27.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lin_iin

Geya dipaksa menikahi kakak iparnya sendiri karena sang kakak meninggal karena sakit. Dunia Geya seketika berubah karena perannya tidak hanya berubah menjadi istri melainkan seorang ibu dengan dua anak, yang notabenenya dia adalah keponakannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin_iin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jatuh Sakit

***

"Geya cuma masuk angin, Ma," ucap Mas Yaksa diiringi helaan napas.

Bagaimana mau hamil kalau kami saja belum berhubungan badan. Bisa saja sih aku hamil, tapi kalau ciuman bisa menyebabkan kehamilan. Tapi kan faktanya tidak, berhubungan badan pun tidak serta merta langsung membuat si perempuan langsung hamil apalagi hanya sekedar ciuman.

Mama ber'oh'ria sambil mengangguk paham. "Bagus deh, soalnya kasian Geya kalau sampai hamil di usia Alin yang bahkan belum genap setahun."

"Mas nggak setega itu, Ma."

"Memang harusnya begitu." Setelah membalas kalimat Mas Yaksa, pandangan Mama beralih padaku, "kamu sudah makan, Ge?"

"Belum." Itu bukan suaraku, tapi suara Mas Yaksa dan jawabannya itu sukses membuatnya mendapat pukulan ringan dari perempuan yang telah melahirkannya.

"Kamu ini gimana sih?"

"Geya baru aja muntah loh, Ma, perlu jeda dulu sebelum makan."

"Tapi tadi udah makan?"

"Belum." Lagi-lagi yang menjawab pertanyaan Mama adalah Mas Yaksa.

"Mau makan apa sayang, biar Mama masakin. Nggak boleh ada alasan nggak nafsu makan ya, harus tetep makan meski dikit. Sop mau?" tawarnya yang langsung kuangguki. Daripada ribet disuruh milih makan sama apa, lebih baik apa yang ditawarkan langsung kusetujui.

"Ya sudah, Mama ke dapur masak dulu ya. Kamu ditemani Yaksa." Pandangan Mama kemudian beralih pada Mas Yaksa, "Mas hari ini kamu WFH aja, temenin istrimu yang lagi sakit."

"Iya, Ma."

Pandangan Mas Yaksa kemudian beralih padaku setelah Mama pamit ke dapur.

"Mau di sini dulu atau balik ke kamar?"

Aku mengigit bibir bawah ragu. Sejujurnya aku ingin kembali ke kamar, tapi tubuhku masih terasa lemas untuk kembali ke kamar. Kalau di rumahku sih enak tidak perlu menaiki anak tangga, tapi di sini?

"Kenapa pake mikir?"

"Bentar, aku kumpulin tenaga dulu, Mas."

Mas Yaksa tersenyum tipis. "Oh, kamu pengen balik ke kamar tapi masih lemes? Kan tinggal minta gendong, Geya."

"Apaan sih? Emangnya aku Alin?"

Aku yakin kedua pipiku pasti bersemu kemerahan.

"Memang bukan, kan kamu Mamanya Alin."

"Mas!" Reflek aku menutup bibirku sendiri saat menyadari rengekanku barusan terdengar manja, detik berikutnya aku kembali merasa mual dengan diriku sendiri.

Mas Yaksa tertawa. "Nggak papa, nggak usah malu, Geya. Mas ini kan suami kamu." Mas Yaksa kemudian berdiri dan mengangkat tubuhku. Takut jatuh, aku pun melingkarkan kedua lenganku pada lehernya.

"Aku berat loh, Mas, kamu juga udah nggak muda. Nanti kalau tiba-tiba encok gimana?"

"Tinggal kamu pijitin lah," balasnya ringan, "salah sendiri sakit," sambungnya membuat bibirku merengut.

"Mau ke kamar mandi dulu nggak?" tawar Mas Yaksa saat kami sampai di kamar, sebelum merebahkan tubuhku di atas ranjang.

"Boleh deh," jawabku singkat.

"Mual lagi?"

Aku menggeleng. "Pengen pipis."

Mas Yaksa mengangguk paham dan membawaku ke kamar mandi.

"Kalau butuh bantuan, Mas di depan pintu ya?"

"Nggak usah, aku bisa sendiri," tolakku sebelum menutup pintu.

Aku kemudian menuntaskan hajadku. Wajahku berubah panik saat hendak memakai celanaku dan mendapati bercak kemerahan di sana. Jadi penyebabnya karena ini?

Astaga ya ampun, pantas saja rasanya tidak nyaman.

"Mas! Mas Yaksa masih di luar?"

Butuh waktu sampai akhirnya Mas Yaksa menyahut, "Kenapa? Katanya bisa sendiri."

"Aku bocor."

"Apanya yang bocor?"

"Aku mens, Mas."

"Oh, minta pembalut?"

Aku menggeleng cepat. Untuk pembalut aku menyimpannya di lemari kamar mandi, agar tidak terjadi hal yang seperti ini.

"Bukan. Pembalut aku di sini."

"Terus?"

"Celana."

"Yang mana? Mas nggak ngerti, belum kamu kasih liat juga kan?"

Bibirku mencebik kesal karena masih sempat-sempatnya Mas Yaksa menggodaku begini.

"Yang mana aja lah, Mas, buruan nggak nyaman banget rasanya. Ada di lanci paling bawah."

Antara rela dan tidak rela, Mas Yaksa berbalik dan berjalan menuju lemari, membuka laci paling bawah dan berjongkok di sana selama beberapa saat dan bukannya langsung mengambil keperluanku.

"Mas malah ngapain sih? Ini ditungguin loh," decakku kehilangan kesabaran.

"Sabar dong kalau minta tolong tuh." Mas Yaksa ikut berdecak, ia kemudian berdiri dan mendekat ke arahku lagi sambil menyerahkan celana dalamku.

"Makasih."

"Makasih doang?"

"Mas pamrih?"

"Iya. Yang barusan iya. Mas mau hadiah."

"Aku belum gajian, Mas. Mau dari--"

"Bukan barang. Tapi nanti kalau kamu udah selesai," potong Mas Yaksa membuat keningku mengerut heran.

"Selesai ganti?" tanyaku ragu-ragu.

"Bukan. Tapi selesai menstruasi."

"Step by step, Mas!" ucapku sambil menutup pintu kamar mandi, samar-samar aku mendengar Mas Yaksa tertawa.

Ternyata dia sengaja mengerjaiku.

***

Selesai mandi, berganti pakaian, lalu sarapan sop buatan Mama, aku dipaksa tidur oleh Mas Yaksa maupun Mama. Berhubung semalam aku tidak bisa tidur jadi tidak sulit bagiku tidur di jam sebelum memasuki jam tidur siang. Mas Yaksa tetap di kamar menemaniku, sesuai perintah Mama, dia hari ini WFH sementara aku tidur pulas di ranjangku.

Aku terbangun sekitar pukul setengah sebelas karena nyeri pada perutku. Mas Yaksa menyadari kalau aku sudah terbangun tak lama setelahnya.

"Sudah bangun? Mau minum?" tawarnya yang langsung kujawab gelengan cepat.

Kedua mataku terpejam dan terbuka dengan gerakan cepat, kedua tanganku meremas ujung selimut guna melampiaskan rasa nyeri yang kian tak tertahankan.

"Hei, kenapa? Ada yang sakit?"

Wajah Mas Yaksa berubah panik, ia meletakkan laptopnya dan berlari kecil menghampiriku.

"Apanya yang sakit?"

"P..pe..rut aku."

"Ke rumah sakit sekarang?"

Aku menggeleng cepat. "Aku mens, Mas."

"Terus?"

"Cuma nyeri haid."

"Tapi kamu kesakitan, biasanya nggak begini kan? Atau biasanya Mas aja yang nggak tahu?"

Aku menggeleng cepat. Nyeri haidku tidak datang setiap bulan, hanya datang di saat aku sedang stres saja. Kalau sedang stres tidak hanya nyeri haid yang kurasakan, tapi disertai mual-muntah seperti tadi. Aku bahkan pernah sampai pingsan waktu PKL.

"Terus gimana? Mas harus bagaimana? Mas panggil Mama? Atau telfon Ibu?"

Aku memandang Mas Yaksa ragu.

"Geya, jangan bikin Mas tambah panik!"

"E..elus."

"Apa? Elus? Perutnya mau dielus?"

Aku mengangguk malu. Mas Yaksa langsung bergabung ke ranjang, membawa tubuhku ke dalam dekapannya. Loh, kok? Kan aku cuma minta dielus perutnya?

"Better?"

Meski gengsi mengakui, tapi usapan tangan Mas Yaksa mampu meredakan nyeri meski tidak membuatnya hilang sekaligus. Bahkan secara tidak tahu malunya aku semakin mengeratkan pelukanku.

Jangan salah paham, ini semua karena hormon pms.

"Aku nggak tiap bulan nyeri haid, paling nyerinya kalau lagi stres aja. Kalau stres banget bisa kayak tadi sampai mual-muntah, bahkan dulu pernah pingsan waktu PKL."

"Pernah periksa?"

Aku mengangguk. "Beberapa perempuan memang begini siklusnya, Mas."

"Maaf, Mas nggak tahu."

"Bukan salah, Mas."

"Mas, Mama gimana?"

"Tidur lagi aja, kita bahas kalau kamu sudah sembuh."

Kali ini aku tidak protes dan hanya menurut. Menikmati usapan pada perutku membuat kantukku kembali datang.

To be continue,

1
MARLINA DJAILANI
gak meyakinkan....
holipah
lanjut Thor
Ita Putri
novel bagus ....syukaaaa
Ita Putri
hadooh jangan" hamil geta nya
Lia Kiftia Usman
seharusnya didampingi yaksaaaaa
MARLINA DJAILANI
pengen 5, tp mungkin gak ya????
Lin_iin: busettttt
total 1 replies
Lia Kiftia Usman
yaksa...oh...yaksa
Lia Kiftia Usman: suka ... kata2 yaksa...'rumah tangga urusan suami istri bukan orang lain'
Lin_iin: kenapa? kenapa?
total 2 replies
Ty
up lagi ya thorr
Lia Kiftia Usman
indah pada saatnya...
komunikasi dewasa yg bisa merekatkan keduanya.... jaga yaa geya yg terbuka ...yeksa yg membimbing...
Nina27
ada apa denganmu geyaaaaa
Lia Kiftia Usman
tu kan...tu kan....terkadang harus mikir panjang kalo mo bertemu berdua aja sama teman putih abu2
Lia Kiftia Usman
asyiiiiknya....rita😄
Lia Kiftia Usman
setuju😁😁
Lia Kiftia Usman
itulah gosip🤦‍♀️...

g enak banget ya..geya...dengernyaa
sabar yaa..
Lia Kiftia Usman
berat memang u geya...
...ibu sedikit saja mengerti,memahami geya u bisa adaptasi dengan keadaannya... toh geya pada dasarnya anak penurut.
Lia Kiftia Usman
Luar biasa
Lia Kiftia Usman
saya suka karakter yaksa (sampai eps.ini)
Lia Kiftia Usman
mas yaksamu da perhatiin dan suka kamu selagi kamu masih adik ipar ...geya 🤭
MARLINA DJAILANI
gara2 mulut org julid...... parah nih si @Lin_iin
MARLINA DJAILANI
sama2 kasih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!