Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 - Undangan Tari
Seiring berjalannya waktu, Abas dan Mila semakin terikat. Abas bahkan sudah mengakui cewek itu sebagai kekasihnya. Usaha yang dia lakukan juga berjalan mulus.
Hari demi hari terlewat. Sekarang sudah lima bulan lamanya usaha baru Abas berjalan. Nama tokonya itu diberi nama Abastian - Barbershop, Pijat, & Tato. Hebatnya Abas bahkan mempunyai dua karyawan baru yang punya keahlian mencukur.
Jadi urusan pijat akan di handle oleh Abas, meski terkadang dia juga ikut mencukur jika pelanggan yang datang ada banyak. Sedangkan untuk tato tentu saja di handle oleh Mila. Namun sayangnya jasa tato tidak seramai cukur dan pijat.
Ekonomi Abas yang tadinya sulit kini sudah membaik. Dia menggunakan uang yang ada untuk memperbaiki rumahnya serta menambah perabotan.
Pelanggan langganan Abas terus bertambah dari hari ke hari. Usahanya mulai populer. Karena itulah pundi-pundi uang Abas terus bertambah.
Terkadang Abas akan mendapatkan panggilan jasa pijat di waktu tertentu. Uang hasil dari itu juga lumayan banyak. Abas sendiri hanya memberikan layanan pada lelaki. Sepertinya kejadian Erna tempo hari membuatnya ingin lebih berhati-hati. Mengingat Abas ingin membangun hubungan serius dengan Mila.
Waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam. Maka biasanya toko Abas tutup. Semua karyawan sudah pulang. Meskipun begitu, Abas masih berada di toko, dan dia tidak sendirian di sana.
Ada Mila yang menemani Abas. Keduanya berada di kamar lantai dua toko. Mereka dalam keadaan menyatu dan tidak mengenakan satu helai benang pun.
Rambut Mila sekarang sudah panjang. Dia bukanlah cewek tomboy lagi.
Memang setelah memiliki uang yang cukup, Mila memilih tinggal di sebuah kostan. Jadi dia dan Abas tidak bisa bercinta seperti di rumah sebelumnya.
Mila tak berhenti mendesah saat Abas menggempurnya dengan gagah. Mereka mengakhiri semuanya saat merasa saling terpuaskan satu sama lain.
Kini Abas dan Mila telentang bersebelahan. Keduanya sama-sama sibuk mengatur nafas yang terasa masih memburu.
"Bas... Apa kau tidak berminat melanjutkan pendidikan?" celetuk Mila.
"Maksudmu kuliah?" tanggap Abas. Mila pun merespon dengan anggukan kepala.
"Dulunya berminat. Sekarang udah enggak. Apalagi kan aku sudah punya usaha yang harus dikelola. Terus ada Denis dan kau juga yang pengen aku perhatikan," jelas Abas. Dia lalu mencubit hidung mancung Mila.
Mila terkekeh. Perlahan wajahnya berubah jadi datar. "Tari tega banget. Masa dia dan keluarganya sama sekali tidak membantumu. Padahal mereka kan kaya. Kenapa nggak sekalian kuliahin kamu," tukasnya.
"Itu kan hak mereka. Aku bisa apa. Tapi sudahlah! Jangan bicarakan mereka lagi. Bikin emosi aja," balas Abas.
Mila mengangguk. Setelah itu, dia dan Abas pergi meninggalkan toko. Keduanya saling memisah karena memiliki motor pribadi masing-masing.
Setibanya di rumah, atensi Abas langsung tertuju ke arah mobil yang terparkir di halaman. Ketika diperhatikan baik-bak, dia akhirnya ingat kalau itu mobil Tari.
Benar saja. Tak lama kemudian Tari keluar dari mobil. Ia berjalan menghampiri Abas.
"Berani sekali kau muncul di hadapanku!" timpal Abas.
Tari hanya tersenyum tipis. Lalu dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Aku datang ke sini hanya bersikap sopan. Apalagi kan Denis juga anakku. Aku ingin dia datang ke acara pentingku," ucap Tari sembari menyodorkan sebuah kartu pada Abas.
Abas menerima kartu Tari dengan wajah cemberut. Setelah dilihat ternyata kartu itu adalah undangan pernikahan.
ingat entar tambah parah Lo bas....,