Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
"Sial,"umpat Bara yang melihat Sinta keluar menghampirinya.
"siapa yang suda mengganti pakaian ku?"tanya Sinta tanpa basa-basi.
"Aku,jawab Bara singkat.
Siapa yang suda melepas pakaian dalam ku?"tanya Sinta sekali lagi.
"aku, jawab Bara lagi.
Sinta menyentuh keninya yang mendadak terasa begitu panas.
"itu artinya kau sudah melihat semuanya?"tanya Sinta lagi.
"kecil,lebat dan hitam,"seru Bara yang membuat Sinta syok mendengarya.
Bara membungkam mulutnya yang keceplosan dalam menjawab pertanyaan Sinta.
"bajingan mesum!"umpat Sinta yang merasa tidak terima."kenapa kau tidak membiarkan aku mati di gulung ombak.
"kau hanya boleh mati di tanganku,bukan mati di gulung ombak.lagi pula kau istriku,bebas dong jika aku ingin melihat barang-barang mu,"ucap Bara yang benar-benar menguji kesabaran Sinta.
"Bara,"jerit Sinta.
Sinta tak bisa berkata-kata lagi, bagaimana bisa ada pria yang menurutnya asing sudah melihat lembah dan perbukitan miliknya tanpa izin.
"jangan khawatir,aku sama sekali tidak tertarik padamu. Buah dadamu kecil,kebunmu juga kecil mana puas kalo di remas,apa bisa masuk burungku kedalam kebunmu?" kening Sinta semakin panas mendengarnya.
"terkutuk!"seru Sinta,"laki-laki seperti mu sudah pasti memiliki burung yang kecil.jangan menghina milikku jika milikmu saja seujung kuku.
"kau menghina ku?"
"lalu bagaimana dengan mu?"Sinta mengembalikan pertanyaan Bara,"semoga matamu bintitan karena kau suda melihat apa yang seharusnya tidak kau lihat.
"aku hanya menolongmu,jika kau mati karena masuk angin bagaimana?"
Padahal aku tidak pernah minta tolong padamu,"ucap Sinta yang merasa kesal.
Dengan sengaja Sinta menendang burung milik Bara hingga membuat pria ini menjerit kesakitan.tidak ada yang berani mendekat, tiga orang anak buah Bara hanya memperhatikan kelakuan majikanya.
"Sinta,"jerit Bara.
Sinta memilih melarikan diri,hal ini menjadi kesempatan untuk kabur dari Bara.gadi ini terus berlari hingga ia berharap bisa hidup bebas.
"apa yang kalian tunggu,cepat kejar Sinta,"bentak Bara pada anak buahnya.
Barulah Tomo dan kedua anak buahnya bergerak,mereka mengejar Sinta yang berlari lumayan kencang, Bara juga mengejar Sinta,tentu saja hal ini membuat Sinta semakin ketakutan. Hingga pada akhirnya,Sinta memutuskan untuk masuk kedalam hutan karena di bagian belakang kanan jalanan adalah hutang dan sebelah kiri adalah pantai.
"mana Sinta?"tanya Bara.
"masuk kedalam hutan,"jawab Tomo.
"Aaaaaargh..."sial,"umpat Bara,cepat kejar dia,jangan sampai dia lolos,"ucapnya.
Bara beserta tiga orang anak buahnya langsung masuk kedalam hutan,mereka mengejar Sinta yang sudah tidak kelihatan batang hidungnya.
"Sinta,"teriak Bara memanggil istrinya.
Dalam hati Bara merasa khawatir,hutan ini jarang tersentuh orang sudah pasti akan ada binatang buas di dalamnya.hari mulai gelap, Bara dan ketiga anak buahnya tidak mungkin masuk terlalu dalam mengingat mereka tidak membawa penerangan.
"Saya punya ponsel,tuan.kita bisa menggunakanya.
Bara mengiyakan,mereka melanjutkan pencariannya,cahaya yang tidak terlalu terang,tapi cukuplah menjadi penerang di dalam gelapnya malam.hingga malam semakin larut, Bara tak kunjung menemukan Sinta hingga pada akhirnya ia mengajak anak buahnya untuk kembali ke jalan raya.
Cukup jauh perjalanan untuk menemukan jalan,mereka keluar dari hutan tepat pukul dua belas malam.kembali ke villa dengan perasaan gunda, Bara segera menghubungi ketiga sahabatnya lalu meminta mereka untuk datang membawa banyak anak buah sekarang juga.
Sementara keadaan Sinta saat ini sangat memilukan,gadis ini hanya bisa memeluk kedua kakinya. Tidak mungkin Sinta terus berjalan karena ia sudah merasa lelah dan juga kelaparan sekali.
"Aku harus bisa kabur dari Bara,aku tidak ingin berikan dengan pria kejam dan tidak waras seperti dia.
Dalam gelap malam dan dinginnya udara malam,Isak tangis ketakutan bercampur lapar membuat Sinta tidak bisa melanjutkan langkahnya,hingga pada akhirnya Sinta kembali tidak sadarkan diri.
****
Tepat pukul setenga dua dini hari, rombongan Danil dan kawan-kawan datang. Bara membuang napas legah, setidaknya ia bisa menggerakkan anak buahnya untuk mencari Sinta malam ini juga.
"kenapa Sinta bisa masuk kedalam hutan?"tanya chris.
"Sinta kabur,"ucap Bara.
Chris membuang napas kasar,segera ia mengajak anak buahnya untuk masuk lebih dulu kedalam hutan,begitu pula dengan Brian dan Danil. Bara juga ikut masuk,meskipun tubuhnya terasa sangat lelah,tetap saja ia tidak akan mungkin membiarkan Sinta lepas dari tangannya.
Semua orang menyebar secara berkelompok untuk mencari Sinta, pencahayaanya yang cukup sudah pasti akan menemukan Sinta dengan cepat.
Jauh masuk Tenga hutan,hingga pada akhirnya seseorang berteriak memberi tahukan jika mereka sudah menemukan Sinta.
Segera Bara berlari ke arah anak buahnya, Bara langsung menggendong Sinta yang entah sejak kapan ia jatuh pingsan.
"kau terlihat sangat lelah Bara,biarkan aku menggendong Sinta,"ujar Chris.
"menggendong istriku?"jangan sekali-kali menyentuhnya,"ucap Bara memperingati.
Tanpa memperdulikan Chris,bara segera menggendong Sinta pulang ke villa. Matahari sudah menampakkan sinarnya,.
Semalaman Bara tidak tidur begitu pula dengan ketiga sahabatnya serta anak buahnya.
Tepat setenga enam pagi,mereka sampai di villa, Bara memerintahkan semua orang untuk beristirahat begitu pula dengan dirinya,sedangkan Sinta di kunci dalam kamar.
Menjelang siang,satu per satu orang mulai bangun termasuk Bara,pria ini segera membuka kunci pintu kamar, ternyata Sinta sudah bangun.wajahnya sembap dan pucat,jelas terlihat Amara dari gadis ini.
Kenapa kau tidak membiarkan aku mati di dalam hutan?"ujar Sinta dengan sorot mata tajam.
Karena belum saatnya kau mati,"jawab Bara.
Tiba-tiba saja Sinta berlutut di bawah kaki Bara,gadis ini memohon pada Bara agar pria ini Sudi melepaskan dirinya.
"kumohon,lepaskan aku.
"tidak akan,"jawab Bara.
"Aku benci padamu,"jerit Sinta yang mengejutkan semua orang.
Chris yang mendengar jeritan Sinta langsung masuk kedalam kamar begitu pula dengan Brian dan Danil.
"Bara,jangan sakiti dia,"ucap Chris.
"aku tidak menyakiti dia?"sahut Bara,ayo pulang.
Bara menarik tangan Sinta,memaksanya untuk masuk kedalam mobil.ketiga sahabatnya tidak ada yang menghalangi Bara , mereka membiarkanya membawa Sinta pulang.
"biarkan saja,selagi Bara tidak memukulya kita pantau saja,"ucap Brian kepada Chris dan Danil.
"Sinta,makanlah,"bujuk Bara.
Sinta hanya diam seperti anak kecil yang sedang merajuk. Sia-sia ia kabur masuk kedalam hutan melawan rasa takutnya namun pada akhirnya ia tetap kembali ke rumah ini. Air matanya terus mengalir,tapi tidak ada suara Isak tangis.
Bara yang merasa bersalah langsung meletakkan piring di atas nakas lalu duduk di tepi ranjang menghampiri Sinta.
Di tatapnya wajah sedih yang penuh luka batin,entah kenapa tangan Bara tergerak untuk mengusap air mata Sinta tapi dengan cepat di tepisnya.
"jangan menyentuhku,"ucapnya dengan suara serak.
"aku minta maaf,ucap Bara yang pada akhirnya menurunkan ego.
Bara menarik Sinta kedalam pelukannya,meskipun gadis ini berontak tetap saja Bara memaksa untuk memeluknya. Di saat seperti inilah tangis Sinta kembali pecah, ia terus memukul dada bidang suaminya untuk melampiaskan emosi yang sedang membakar hati.