Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami Posesive
Alarich tidak segera menjawab pertanyaan istrinya. Dia memesan dulu makanan untuk dirinya dan istrinya. Lalu dia melirik lagi istrinya. Alarich menghela nafasnya sebelum menjawab.
"Monica! Dia adalah anak rekan bisnis papah. Kami juga dulu teman kuliah sewaktu aku di Inggris. Orang tuanya bekerja sama dengan papah. Orang tua Monica dan orang tua ku ingin menjodohkan aku sama Monica. Jauh sebelum aku kenal sama kamu. Aku menolaknya berkali kali, tapi Monica tetap memaksakan perjodohan ini. Sampai akhirnya aku ketemu kamu dan menikahimu."
Jelas Alarich panjang lebar. Aleesya menatap lekat dan mendengarkan penjelasan suaminya tanpa menyela sedikit pun. Alarich menggenggam tangan istrinya lalu mengecup punggung tangan sang istri.
"Aku mencintaimu sayang. Kamu hidupku sekarang. Apalagi sekarang kita akan segera punya anak. Kalian prioritasku!"
Alarich terus meyakinkan istrinya agar percaya. Akhirnya Aleesya mengangguk pelan. "Iya mas, aku percaya sama mas. Jangan pernah khianatin aku ya mas." Ucap Aleesya dengan nada yang sedikit manja.
Alarich tersenyum hangat ke istrinya. Dia merangkul istrinya. Mereka menjadi pusat perhatian. Gimana tidak? Alarich sangat memanjakan istrinya. Lalu makanan mereka datang. "Silahkan, pak, bu !" Ucap lembut pelayan itu.
Alarich dengan telaten memotong kan ayam untuk sang istri. Dia juga menyuapi istri tercintanya. Mereka makan di satu sendok yang sama. "Enak mas... Makasih ya mas."
Bastian baru datang lagi setelah mengusir Monica. Dia duduk di kursi sebelah majikannya.
-
-
Mereka sudah ada di mobil lagi, Kenny sudah pulang duluan sedari tadi ketika mengantarkan Aleesya sesuai titah Alarich. "Mau kemana lagi sayang?" Tanya Alarich. "Eum mas ...boleh enggak kita ke makam?" Ucap Aleesya dengan tatapan memohon.
"Boleh sayang, Bas kita ke makam mertuaku yah!"
"Siap bos." Bastian melajukan lagi mobilnya menuju makam orang tua Aleesya.
Ketiga sudah sampai di pemakaman orang tua Aleesya. Alarich memegang tangan istrinya. "Assalamualaikum mah, pah...Alee rindu." Lirih Aleesya.
Alarich mengelus punggung istrinya. Bastian memayungi dua majikannya karena memang cuaca siang itu terik sekali. "Mah, pah, Alee udah menikah. Ini suami Alee, mas Alarich. Alee juga hamil cucu mamah dan papah hiks hiksss...!" Aleesya tak kuasa menahan air matanya lagi dia sesegukan dadanya terasa sesak.
"Halo mah, pah...sebentar lagi kalian akan punya cucu. Aku janji akan membahagiakan Aleesya." Ucap Alarich yang menarik istrinya ke pelukannya. Aleesya tersedu-sedu dia sangat merindukan orangtuanya. Kebersamaan mereka hanya 5 tahun.
"Mas... Ke-kenapa Tuhan ambil mamah sama papah? Aa-aku juga membutuh kan mamah papah, mas." Aleesya makin menangis suaranya terbata-bata. Nafasnya tercekat.
"Semua sudah takdir Tuhan sayang. Kita berdoa dulu yah sebelum pulang!" Alarich mengajak istrinya memanjatkan doa untuk orangtuanya. Keduanya berdoa mendoakan orang tua Aleesya, mertua Alarich.
"Mamah Nania, papah Mario, aku akan membahagiakan anakmu Aleesya. Aku janji. Aku tidak akan pernah menyakitinya. Doakan kami dari atas sana."
Gumam Alarich dalam batinnya.
-
-
Alarich membawa istrinya ke kantor lagi dia masih ada meeting bersama klien. Aleesya di suruh menunggu di ruangannya. Aleesya tidak keberatan sama sekali. Dulu juga pernah Aleesya menunggu suaminya saat sedang menjadi dosen.
Aleesya melihat lihat ruangan suaminya. Ada beberapa photo suaminya dan orang tuanya. Dan...pandangannya berhenti ketika Aleesya melirik photo dirinya tengah melamum di balkon apartment suaminya. Aleesya mengambil photo itu.
"Kapan mas ambil photo aku?" Aleesya bergumam dan tersenyum kecil. "Kenapa tidak ada photo pernikahan?" Aleesya sedikit kecewa tidak ada photo pernikahan dirinya dan suaminya di ruangan kerja Alarich.
Ada tangan melingkar di perut Aleesya, siapa lagi kalau bukan suaminya, Alarich yang posesive. Aleesya tidak menyadari kalau suaminya sudah selesai meeting. Dia reflek menoleh siapa yang memeluknya. Dia sedikit kaget.
"Photo pernikahannya masih di cetak sayang. Sekalian nanti akan ku simpan di rumah mamah dan rumah kita." Ucap Alarich sembari menaruh dagunya di pundak istrinya.
"Iya mas, sudah selesai mas?"
"Udah sayang, sebentar lagi kita pulang yah. Anak papih nanti kecapean." Alarich membalikan badan istrinya lalu mencium perut istrinya. Aleesya mengelus rambut suaminya yang lembut.
"Mas boleh enggak pulangnya beli rujak lagi?" Tanya Aleesya dengan eyes puppy-nya.
"Enggak boleh."
Alarich melepaskan pelukannya lalu berjalan dan duduk di kursi kebesarannya. Dia membuka laptopnya. Sedikit mengabaikan istrinya.
"Mas kenapa marah?" tanya Aleesya mendekati suaminya. Alarich tak menjawab istrinya dia masih dengan laptopnya.
"Enggak boleh keseringan Aleesya."
"Bakso boleh kan?"
Alarich mendelik tajam istrinya kenapa permintaan Aleesya aneh aneh begini? Menurutnya makanan itu kurang sehat. Alarich hanya ingin memberikan makanan yang sehat.
"Seblak ya mas dikit aja enggak pedes kok." Aleesya makin merengek menggoyangkan lengan suaminya.
Alarich menghela nafasnya dia menarik istrinya ke pangkuannya. Dia meremas pinggul istrinya dengan lembut. Aleesya nampak bingung dengan sikap suaminya ini.
"Mas ...marah?" Tanya Aleesya lagi sambil membelai rahang suaminya.
"Mas enggak marah, mas enggak mau kamu keseringan makan seperti itu. Mas hanya akan memberikan makanan yang sehat untuk anak kita, paham?" Tegas alarich.
"Iya mas, tapi kalau cimol yang depan kantor boleh kan? Ayolah mas ini anak kita yang mau, nanti ngiler loh kalau ngidamnya enggak dikabulin." Aleesya sudah menyebikan bibirnya dengan raut wajah yang masam.
"Boleh ya mas, dikit aja sesuap deh." Aleesya masih dengan usahanya memohon pada suaminya ini. Alarich menatap tajam istrinya yang imut itu jika sudah datang manjanya. "Sedikit ya janji?" alarich menaikan jari kelingkingnya.
"Janji mas makasih ya mas." Aleesya memeluk erat suaminya. "Sama baksonya juga kan mas."
"Astaga ... Aleesya ..." Alarich mengusap wajahnya kasar. Apa memang begini orang ngidam yah? Pikirnya.