Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Stay with Him
Leon membiarkan Jey bertemu sebelum benar-benar Hana pergi, dia tetap memantau dari atas meski tingkat kecemburuan nya meningkat tanpa ia sadari.
"Coba ku lihat" Jey langsung memeriksa keadaan Hana dari atas sampai bawah yang ada beberapa luka lebam dan luka goresan. Bahkan menyentuh pergelangan tangan Hana dengan lembut karena bekas luka itu, sesekali Jey mengelus dengan ibu jari nya juga.
Dari atas Leon sudah menatap tajam, itulah sebab ia menyuruh Hana memakai long dress.
"Aku baik-baik saja, kak Jey jangan khawatir" jawab Hana berusaha menenangkan Jey.
"Maaf, seharusnya aku lebih keras untuk menemukanmu dengan cepat" sesal Jey.
"Jangan mengatakan itu, lagipula ini bukan salah mu, tak apa.. Leon menyelamatkan ku" balas Hana dengan senyum.
Jey langsung melihat ke atas lantai dua, Leon pun juga berjalan turun menuruni tangga.
"Aku akan bayar mahal untuk keselamatan Hana" terang Jey pada Leon.
"Tidak perlu.. Aku sudah mendapatkan nya" balas Leon dengan santai.
"Dengan apa?" Selidik Jey.
"Pokoknya ada" balas Leon yang duduk di sofa.
"Selagi disini.. Bagaimana kalau kita makan malam bersama? Bertiga. Hm? Bagaimana?" Hana berusaha untuk membuat mereka tidak bertengkar.
"Kau ingin makan apa? Aku akan buatkan" tawar Jey.
"Apapun aku suka" senyum Hana.
Leon menatap tidak suka dengan Hana tersenyum pada Jey.
"Aku buatkan" ujar Leon tiba-tiba yang bangkit dari duduknya.
"Tidak perlu, Aku bisa sendiri" tolak Jey dengan remeh.
"Ini Dapurku" terang Leon yang berjalan menuju kitchen.
...
Suasana dapur mulai terdengar sibuk, Leon dengan Jey sibuk di dapur kesana kemari, Hana hanya melihat mereka bergantian apakah tepat merencanakan makan bersama.
Tak lama dimeja sudah ada beberapa hidangan yang berbeda, sup tahu pedas, dan spaghetti. Leon memasak spaghetti sedangkan Jey sup tahu pedas.
"Waahh.. Aku terharu.. Ini pasti enak.. Kalian duduklah" senyum Hana yang duduk melihat hidangan didepannya.
Melihat hidangan yang jauh berbeda, membuat Hana bingung memakan yang mana dulu. Leon memotong daging nya sedangkan Jey menuang sup tahu tersebut pada mangkuk.
"Biar aku saja" ujar Hana yang ingin mengambil sendok kuah.
Tiba-tiba Leon menyuapkan sepotong daging ke mulut Hana yang terbuka.
Karena itu Hana tetap mengunyah nya, alhasil Hana pun memakan makanan mereka secara bergantian yang membuat ia kekenyangan.
"Aku kenyang" lenguh Hana melihat piring sudah bersih makanan habis semua.
"Biar aku yang mencucinya" inisiatif Hana karena ia tidak membantu memasak ia harus mencuci piring nya.
"Tidak, Aku saja" sela Jey yang menumpuk piring dan membawanya ke sink karena tempat nya lah yang paling dekat.
"Iya.. Sekalian semuanya yaa" Leon pergi setelah mengatakan itu.
Hana pun membantu membawa piring dan menemani Jey yang mencuci piring.
"Kak Jey sangat bagus dalam membersihkan" puji Hana yang menemani sambil duduk di pantry kaki nya mengambang dari lantai.
"Untuk apa kau memujiku?" Jey mendelik melihat Hana sambil tersenyum.
"Aku hanya bertanya-tanya, siapa jodohmu ketika kau sangat mahir dalam segala hal" ujar Hana dengan senyuman.
"Aku tidak begitu" pungkas Jey.
"Bagaimana dengan Kak Lyn? Kak Jey masih belum mengajaknya kencan?" Hana mengingat wanita yang menyukai Jey.
"Jangan bicara sembarangan, dia hanya baik. Tapi aku tidak satu frekuensi dengannya" terang Jey yang sambil mencuci piring.
Hana melihat Leon yang sedang berdiri menyender ke jendela besar melihat halaman hijaunya dengan suasana sunset, matahari hampir terbenam.
Tangannya memegang gelas wine merah, ia menikmati minuman nya.
"Tetap saja.. Kak Lyn juga sangat cantik. Kalau begitu ajaklah dia kencan, tidak ada salahnya" jawab Hana kembali.
"Tidak mudah yang kau katakan" singkat Jey sambil menyiprat air keran ke wajah Hana. Membuat Hana memejamkan matanya, pelakunya hanya senyum melihat nya.
Tak lama ia selesai, ponsel Jey bergetar ia pun ke belakang untuk mengangkat panggilan tersebut.
Hana menghampiri Leon yang sedang berdiam menikmati Wine nya.
"Waahh.. Pemandangan ini hanya bisa dilihat dari rumah orang kaya" puji Hana melihat pemandangan tangan nya sambil membentuk bingkai segi empat.
Leon mendengus tersenyum lalu memberikan gelas wine nya pada Hana, ia pun menerima nya, hidung Hana mengendus aroma wine yang memabukkan itu. Baru ingin menyesap sedikit Leon memeluk leher Hana dengan tangannya.
Hidung Leon menangkap wangi Hana yang sangat candu baginya kini, ia mengendus seperti anjing kecil membuat Hana kegelian sedikit.
"Kau menggodaku??" Ujar Hana.
"Tidak kok, aku hanya memeriksa nya" bisik Leon tepat ditelinga kiri Hana.
Hana ingin menyesap kembali wine nya namun Leon mengambil gelasnya dari tangan Hana otomatis ia melepaskan pelukannya.
"Kau itu masih sakit, pasien tidak boleh minum ini" pungkas Leon yang gelas nya sudah ditangannya lalu ia menenggaknya hingga habis.
Hana hanya bisa memasang wajah jengkelnya pada Leon, tanpa ia sadari dari tadi Jey melihat mereka.
"Hana.. Ayo biar aku antar pulang" sahut Jey yang datang.
"Aku.." Perkataan Hana menggantung karena ia menoleh ke Leon karena dia sudah membuat keputusan itu dengan nya.
"Hana tetap disini, kau lihat sendiri dia masih sakit, bagaimana bisa kau mengirimnya pulang" jawab santai Leon yang sembari duduk di sofa yang mulai menuang kembali wine nya.
"Jadi.. Kalian tidur berdua?" Jey menebak dengan benar.
"Oo.. Aku" lagi Hana tidak bisa menjawab malah menoleh ke Leon.
"Kenapa kau penasaran? Aku selama ini yang merawatnya" terang Leon santai.
"Kalau begitu.. Malam ini aku juga tidur disini" ceplos Jey.
"Disini tidak ada kamar lagi" ujar Leon.
"Tidak mungkin, rumah sebesar ini" balas Jey yang masih kekeuh.
"Maksudku, tidak ada lagi untukmu" balas Leon dengan smirk nya.
Jengkel Jey, Hana berdiri ditengah mereka, langit mulai gelap, tetapi keadaan seperti akan bertengkar.
"Ooohh... Jangan.. Kalian tidur dikamar, biar aku yang disofa" ngalah Hana supaya mereka berhenti.
"Tidak.. Kau itu masih sakit" omel Leon.
"Kenapa kau memarahinya?! Dia masih sakit" bentak Jey pada Leon.
"Yang mengacau ingin menginap disini siapa? Ini rumahku" balas lagi Leon pada Jey.
Hana melihat mereka sambil menggigit bibirnya.
"Bagaimana kita! Tidur disini! Bertiga! Sudah lama aku tidak menonton film.. Aku akan siapkan cemilan, kalian siapkan tempat tidur nyaman di sini dan pilihlah film yang bagus. Mengerti" Hana sedikit berteriak namun berhasil membuat kedua nya menoleh.
Hana sibuk kesana kemari, mengambil beberapa cemilan dan menata nya apik, tak hanya cemilan Hana juga mengupas buah peach manis.
Dari tempatnya Hana memerhatikan mereka cekcok beberapa kali meski terlihat Leon nampak terus mengalah dan banyak diam nya hanya mengatakan sepatah kata jika diperlukan.
Lampu diredupkan, terlihat film sudah mau dimulai, mereka bertiga duduk disofa dengan jarak lima jengkal, Hana menengok kanan kiri.
Film action Zombie telah diputar, Jey memberikan satu potong buah peach pada Hana dengan garpu, ia pun menerimanya sambil serius menonton film.
Disofa sebrang sudah ada selimut, bantal, dan kasur lantai yang masing-masing berjumlah 3, mereka dengan serius menyiapkan nya.
Saking Hana fokus dengan film nya sambil memakan kacang kenari nya habis.
"Waahh.. Dibelakang nya Zombie" komen Hana melihat film nya.
Saat asik menonton tiba-tiba Leon menyodorkan piring berisi beberapa kacang kenari yang sudah dikupas dari kulit super keras pada Hana.
"Makanlah, kau suka itu" ujar Leon yang membuat Hana melting.
Ternyata Leon tidak memerhatikan filmnya, melainkan Hana yang asik makan kacang, dengan tangan nya Leon menghancurkan kulit kacang kenari untuk Hana.