Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mimpi?
Dua orang gadis kecil berumur tiga tahun kini tengah bermain bersama di halaman belakang mansion mewah mereka. Tidak jauh dari sana terlihat seorang wanita cantik sedang memantau dari jarak dekat. Senyum hangat dia tampilkan kala melihat kedua wajah putrinya tertawa kegirangan.tak lama kemudian dia berjalan mendekat,
"sayang,cukup mainnya ya,besok lagi oke" ujarnya dengan lembut, dua gadis itu berhenti sejenak, salah satunya menurut mendekati sang mommy,tapi yang satunya lagi merengek karena masih ingin main.
"cebental lagi mommy, Dila masih mau main dicini" ujar gadis kecil itu dengan suara cadel has nya.
"Dila ayo macuk,ini cudah hampil cole lohh,becok lagi mainnya,ayo!" dengan wajah tak bersahabat gadis kecil satunya menarik tangan mungil Dira.tidak lagi membantah saat melihat raut marah sang kakak, Dira menurut mengikutinya.memang Dira lebih takut ke saudara kembarnya dari pada sang mommy.
Hingga saat ini ketiga ibu dan anak itu lanjut bermain di ruang keluarga. Tidak hanya bertiga, ada dua pengasuh yang menemani kebersamaan mereka bertiga.
"mas,kau sudah pulang" mommy berdiri menghampiri sang suami yang terlihat mendekat dengan wajah datar seperti biasanya. wanita cantik itu melepaskan jas suaminya,mengambil serta tas kerja dari tangan sang suami untuk di bawa ke kamar.
"yeyyyy Deddy cudah pulang yeyy" Dira berlari kecil ke arah deddynya,memeluk posesif kaki pria itu. Tidak seperti Dira yang sangat antusias melihat kepulangan sang Deddy, kembarannya justru terdiam dengan wajah angkuhnya. Beginilah kebiasaan gadis kecil itu yang tampak tidak suka dengan ayahnya karena selalu mengabaikan kebaikan mommynya. umur segitu dia yang memiliki otak cerdas bisa menilai karakter seseorang, lain halnya dengan Dira yang tidak tahu apapun.
Lihat saja, walau Dira sudah berlari memeluk posesif kakinya, pria itu tidak punya keinginan untuk mengendongnya, tersenyum aja tidak sama sekali. Dia berlalu dari sana menuju kamarnya.
"Dila bica tidak kamu jangan cepelti itu pada deddy? Kamu tidak boleh mengemic kacih cayangnya, macih ada mommy yang cayang cama kita,kau paham?" lagi dan lagi gadis kecil yang terlihat angkuh itu memberi pengertian pada adiknya. Dira mengangguk seperti biasa, tapi jangan harap esok hari dia melakukan perintah kembarannya karena mau bagaimanapun Dira sangat ingin sang Deddy mengendongnya seperti kebanyakan ayah dan anak lain.
.
.
Dari situ kini beralih pada saat dua gadis kembar itu berulang tahun ke empat. Nadira kembali merengek pada sang mommy untuk bermain ke taman kota, sungguh dia ingin sekali merayakan ulang tahunnya dengan bermain sepuasnya di taman kota tersebut.mommy yang tidak tegaan pada akhirnya membawa mereka ke taman pada jam delapan pagi.
"janji dulu pada mommy, disana kalian mainnya tidak boleh jauh jauh ya" saat ini ketiganya sudah berada di dalam mobil dengan sopir yang membawa mereka. Para pengasuh tidak ikut serta, entah kenapa hari ini wanita cantik itu hanya ingin berduaan dengan dua putrinya.
"oke mommy" jawab Dira yang paling semangat, sementara kembarannya hanya mengangguk patuh.
Tibalah mereka disini, di taman kota yang cukup ramai pengunjung,, sebelum masuk sang mommy tidak sengaja melihat seorang anak kecil berjalan sendirian di jalan raya, melihat ke sekeliling tidak ada siapapun yang mendampinginya, sebuah mobil sedan melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi, dengan cepat sang mommy menarik anak kecil itu, tapi takdir berkata lain, anak kecil itu memang selamat tapi tidak dengan mommynya Nadira dan kembarannya.
Tak lama dari kejadian itu, Nadine, saudara kembar Dira pun turut hilang. Dia dibawa ke sebuah gubuk tua di sudut kota malam itu.
.
.
Beralih kesini, di panti yang Alena tinggali, ini sekilas kisah penyiksaan yang selalu Alena dapati saat berumur tujuh sampai sepuluh tahun.
"Alena,, kamu memang selalu kurang ajar!!" teriak salah satu ibu panti yang selalu menyiksanya di sebuah ruangan kosong yang mungkin tidak banyak orang tahu.
Cetas
Cetas
Cetas
Byurrrrrr
Lengkap sudah, setelah di cambuk berkali kali tubuh kecilnya,ditambah lagi siraman air garam yang membuat gadis kecil itu meringis. Tidak menangis,karena bagi Alena air matanya cukup spesial, tidak boleh keluar sembarangan. Lagian bukankah mereka tambah senang jika Alena menangis setiap disiksa. Dia menahan segala sakitnya, saat luka cambukan itu mulai kering maka esok harinya Alena bersiap untuk kembali menerima siksaan di tempat yang dia sebut Neraka.
Beberapa kali Alena selalu curhat pada seorang anak kecil yang selalu mengikuti ibunya pergi ke panti. Dia dengan nyaman menceritakan setiap keluh kesahnya.
Pada suatu hari, ibu panti membawa Alena ke sebuah semak yang cukup jauh dari panti. Disana dengan bejatnya dia menyuruh beberapa orang untuk memperkaos Alena. Untungnya belum sempat mereka melakukan hal itu Alena dapat melarikan diri dengan gesit.
Dia dengan di tolong Vallerio yang entah tahu dari mana sudah menjadi pahlawan untuk Alena malam itu. Malam itu pada akhirnya Vallerio membawa Alena ke rumah mereka.
.
.
"Nadine" Alena cukup terkejut dengan suara asing yang menyapa indra pendengarannya. Terlihat Nadira dengan senyum lembut menghampirinya.
"kau memanggil siapa?" tanya Alena celingak celinguk memperhatikan sekitar mencari objek yang di panggil Nadine oleh Nadira. Lama dia mencari tapi tidak ada orang lain selain mereka berdua disana.
"kamu Nadira kan? Lalu kenapa kamu disini?" tanya Alena masih dengan bingungnya. Nadira berjalan mendekat, pakaian putih yang membaluti tubuhnya sungguh terlihat Cantik.
"Nadine.." ulangnya memanggil nama kembarannya, "ayok bermain" ujarnya lagi sambil menggenggam tangan Alena persis seperti dua gadis kecil tadi.
"maaf Nadira,kamu mungkin salah orang,nama aku Alena" ujar Alena memperkenalkan dirinya.
"iya aku tahu nama kamu sekarang Alena, tapi dulu kamu itu Nadine.." sahut Nadira berhasil membuat Alena menggelengkan kepalanya tak percaya. Wajah Nadira kini sudah terlihat sendu.
"Jangan membual!!" kali ini Alena berbicara angkuh.
"aku tidak sedang membual Nadin, kau memang Nadine kembaran ku" Ujar Nadira lagi dan lagi.
"hmm kalau memang aku Nadine lalu kenapa?" Alena berdiri, dia membelakangi Nadira yang masih menatapnya sendu.
"dan kau juga, kenapa kau membiarkanku untuk masuk di raga ini? Kenapa aku tanya?" lagi Alena berbicara dengan nada datar seperti biasanya.
"kak..." pertama kalinya Nadira memanggil Nadin dengan sebutan kakak. Hati Alena menghangat seketika. "maafkan Dira, maafkan Dira karena sudah membuatmu seperti ini, maafkan Dira karena tidak bisa menemukanmu selama ini, maafkan Dira atas semua kejadian yang menimpa kakak sama mommy, semua itu memang salah Dira..."lirih Nadira dari belakang.
"lalu kenapa kamu menarikku kedalam ragamu ini sialan!!" Alena belum menghiraukan tangisan Nadira,
"aku tidak kuat lagi kak hidup seperti ini selama belasan tahun, aku tahu kakak ku kuat, aku mohon kali ini saja sama kakak, tolong bantu aku bebas dari rasa benci keluarga kita, tolong cari keadilan untuk mommy,aku tahu ini sulit tapi aku yakin kakak bisa, tolong kak..." Alena berbalik, dia mendekat ke arah Nadira yang saat ini tengah menangis. Sangat jelas terlihat luka yang terpancar dari matanya, dengan perlahan tangan Alena tergerak untuk mengusap air matanya.
"itu tugasku!!" ujar Alena kemudian, Nadira tersenyum manis,sangat manis. Perlahan jiwanya menghilang dari pandangan Alena.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...