Rey Clifford, tuan muda yang terusir dari keluarganya terpaksa menjadi gelandangan hingga dipungut dan direkrut kedalam pasukan tentara. Siapa sangka bahwa di ketentaraan, nasibnya berubah drastis. dari yang tidak pandai menggunakan senjata, sampai menjadi dewa perang bintang lima termuda di negaranya. setelah peperangan usai, dia kembali dari perbatasan dan di sinilah kisahnya bermula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau hanyalah salah satu dari bidak
...Bab 24...
Kaisar menatap lurus ke bagian luar aula. Tatapannya seolah-olah sedang melihat dua ekor burung liar sedang bercengkrama menikmati kebebasan tanpa tangan-tangan jahil yang mengurung mereka walaupun dalam sangkar emas. Namun, sepertinya tidak sama sekali. Kaisar bukanlah menatap ke arah dua ekor burung tadi, melainkan tatapannya justru kosong menerawang jauh.
Sepertinya kaisar sedang memikirkan sesuatu, atau sedang mengingat sebelum benar-benar menjelaskan kepada Rey, misteri apa sebenarnya yang terdapat di kota Utara. Sementara itu, Rey dengan sabar terus menunggu apa yang akan dikatakan oleh Kaisar kepadanya.
"Ada banyak negara yang mengidam-idamkan kota Utara. Walaupun kota itu selalu mendapat serangan, tapi sebenarnya serangan itu hanyalah dipinggiran saja. Tidak ada yang benar-benar berani menyerang kota tersebut secara serius. Bisa menaklukkan kota Utara, berarti bisa menaklukkan lima negara sekaligus dengan kota Utara sebagai pusat ibukotanya.
Walaupun banyak yang menganggap itu hanyalah mitos belaka, dan masyarakat modern sekarang ini telah banyak melupakan tentang misteri di kota Utara, akan tetapi aku masih percaya apa yang pernah disampaikan oleh pendahulu ku.
Ketika itu aku masih menjadi pangeran dan masih berusia sekitar lima belas tahun. Karena merasa bahwa aku berpotensi untuk menjadi kaisar seterusnya, maka kakek ku pun menceritakan bahwa di kota Utara, ada dunia yang tersembunyi. Dunia yang jauh dari hiruk-pikuk kebisingan kota metropolitan. Itu bukan sekedar sekte atau clan, melainkan memang benar-benar ada dunia didalam dunia. Perumpamaan yang bisa aku gambarkan lebih kurang seperti itu. Konon, kakekku mengatakan, bahwa didalam dunia tersebut, diisi oleh orang-orang tanggung, orang-orang yang mampu membolak-balikkan dunia sesuka mereka. Dunia yang diisi oleh para petarung dan pejuang hebat. Andai salah seorang yang terlemah dari mereka keluar dan memasuki Erosia ini, maka orang tersebut akan dengan mudah mengacak-acak kekaisaran ini semudah membalikkan telapak tangan mereka. Dapat kau bayangkan betapa hebatnya itu," kata Kaisar menjelaskan kepada Rey.
"Ampun Yang Mulia. Bukankah jika demikian, maka akan sangat berbahaya memprovokasi mereka. Mengapa banyak penguasa diberbagai negara ingin menguasai kota Utara? Padahal, jika mereka marah dan memutuskan untuk keluar demi membasmi orang-orang yang ingin menguasainya, bukankah itu mencari penyakit namanya?"
"Ada hal-hal terkadang tidak dapat dipastikan dengan jelas. Itu tandanya, akal kita sebagai manusia memang terbatas. Ketika aku mengangkat mu sebagai Raja Utara, bukan berarti aku tidak memiliki tujuan. Konon, hanya seseorang yang dinobatkan sebagai Raja Utara lah yang bisa dianggap sebagai penguasa resmi di kota tersebut. Raja bukan hanya akan memimpin kota Utara dipermukaan saja, melainkan keseluruhan dari kota Utara tersebut. Berdoalah semoga mereka mengakui dirimu sebagai raja. Hanya dengan begitu, kau akan dapat mengendalikan serta memanfaatkan mereka untuk kepentingan negara,"
"Sialan. Ternyata Kaisar juga adalah rubah tua. Dia ingin mencampakkan aku ke dalam masalah. Andai aku tidak diakui oleh mereka sebagai penguasa di kota Utara, bukankah itu mencari penyakit namanya?" Pikir Rey dalam hati.
"Rey, demi kepentingan negara, kau harus tau dimana posisi mu. Tidak berlebihan jika aku mengatakan bahwa kau hanyalah salah satu dari bidak catur yang hanya bisa menerima dengan pasrah ketika dikendalikan sesuai kebutuhan. Memang terdengar kejam. Tapi, apa kau punya pilihan? Aku bahkan tidak memiliki banyak pilihan. Ketika rakyat dan negara menjadi prioritas, maka nyawa seorang jendral hanya bisa berada di ujung tanduk. Karena, ketika negara memanggil mu, apapun kondisinya, siap atau tidak siap, kau harus siap. Menjadi Raja Utara, kau jangan menganggap bahwa identitas tersebut hanya untuk jago-jagoan dan bisa kau pamerkan untuk mengintimidasi orang. Ada tugas besar yang bahkan sangat berat menunggu mu. Apa kau tau mengapa aku lebih mempercayaimu? Mengapa aku tidak percaya kepada Leonard, Bernard bahkan Lion? Itu karena, aku menganggap bahwa kau jauh lebih mampu dibandingkan dengan mereka. Itu tugas mu dari negara. Menolak, akan dianggap pembelot. Dan pembelot, hanya bisa dipancung dan kepala mu akan digantung di gerbang kota sebagai pengingat bagi siapa saja yang tidak patuh terhadap keputusan Kaisar. Ingat! Kaisar bertindak demi kepentingan rakyat dan negara,"
Rey terpaku ketika mendengar bahwa dirinya tidak punya pilihan.
Terkadang, terlalu berbakat juga tidak bagus. Terlalu hebat juga tidak akan mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Kebanyakan malah yang biasa-biasa saja justru yang lebih bahagia. Katakanlah burung, hanya yang cantik bulunya, merdu suaranya saja yang sering diburu dan dimasukkan ke kandang. Kebebasannya dirampas, bahkan ingin menikmati hidup pun seolah-olah menjadi sesuatu yang langka. Berbanding terbalik dengan burung yang biasa-biasa saja. Tidak ada yang meminati mereka, dan mereka bisa menikmati kebebasan tanpa ada yang perduli dengan mereka. Dan kehidupan seperti itulah sebenarnya yang sangat didambakan oleh Rey. Baginya, setelah peperangan usai, dia akan bersantai, menikmati hidup walaupun tidak kaya, memiliki kekasih, kemudian menikah lalu punya anak, hidup rukun sampai tua sambil melihat anak-anak tumbuh dan besar. Dia bahkan tidak mau repot-repot mengurus keluarga Clifford yang telah mengusirnya delapan tahun yang lalu. Tapi sepertinya dia salah. Setelah perang usai, justru ada beban berat yang diamanahkan kepadanya oleh Kaisar.
Rey mengangguk. Dia mulai menerima hakikat bahwa mungkin inilah jalan takdir yang harus dia tempuh.
"Pedang dan cincin naga ditangan mu adalah pintu masuk menuju ke dunia tersembunyi tersebut. Kelak kau akan mengetahuinya. Karena, aku juga tidak bisa menjelaskan terlalu banyak. Terlalu banyak mengetahui sesuatu, itu tidak baik untuk mu. Kau jangan terlalu terburu buru, lakukan selangkah demi selangkah dan biarkan mengalir seperti seharusnya. Jika memang kau diakui oleh mereka, maka akan datang seorang utusan yang akan menemui mu. Tidak pasti dalam keadaan seperti apa. Bisa saja ketika kau didalam keadaan terancam antara hidup dan mati, bisa juga ketika kau tidur dan didatangi dalam mimpi, atau bisa saja ketika kau meninggalkan istana ini, utusan akan menemui mu. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti akan hal tersebut. Tetaplah baik, dan buah dari perbuatan baik itu akan manis pada waktunya," pesan kaisar kepada Rey sebelum mengakhiri obrolan mereka.
Kaisar kemudian bangkit dari duduknya, lalu menatap sambil tersenyum ke arah Rey sebelum benar-benar melangkah meninggalkan pemuda itu dengan pikiran masing melayang-layang.
"Hamba, mengantar keberangkatan Yang Mulia!" Kata Rey sembari berlutut ketika melihat Kaisar sudah bersiap-siap hendak pergi.
Kini, tinggal lah Rey di dalam ruangan itu sambil termenung. Ketika dirinya sedang berpikir keras, tidak seorang pun pelayan dan pengawal istana yang berani menatap dan mengajaknya bicara. Dirinya seolah-olah sendirian.
"Pedang dan cincin ini. Apa sebenarnya misteri yang tersembunyi didalamnya?" Kata Rey sambil mengusap-usap cincin bergambar naga tersebut. Tadinya dia mengira bahwa cincin pemberian kaisar melalui pangeran Bernard hanyalah simbol belaka sebagai panglima. Makanya dia tidak begitu tertarik dan hanya memakainya saja. Malahan, dia justru memposisikan lambang naga tersebut di bagian dalam agar tidak terlalu mencolok. Tapi kini dia malah menjadi tertarik dengan cincin itu.
"Sebaiknya aku kembali dulu ke kota Utara," kata Rey dalam hati. Kemudian dia melangkah berjalan meninggalkan ruangan tersebut dimana setiap dia melalui pengawal atau pelayan, mereka akan segera berlutut. Hal ini membuat Rey merasa tidak nyaman. Baginya, dia hanya ingin hidup dengan normal tanpa embel-embel. Tapi, hatinya menginginkan seperti itu, kenyataan, hanya waktu yang bisa menjawab.