Konsep Cerita:
Riku, seorang pemain bisbol berbakat, memulai perjalanannya dari turnamen tingkat SMA, mewakili Jepang di tim junior, hingga berkompetisi di Pacific League dan WBC. Dengan tekad dan kerja keras, ia membawa timnya meraih kemenangan gemilang, termasuk di ASEAN Games. Namun, seiring berjalannya waktu, Riku mulai merasakan panggilan baru: membimbing generasi berikutnya. Setelah berkarir gemilang sebagai pemain, Riku memilih untuk pensiun dan menjadi pelatih, berfokus pada pengembangan bakat muda. Dengan penuh kebanggaan, ia mengakhiri perjalanan panjangnya, menyaksikan warisan yang ditinggalkannya tumbuh berkembang dalam dunia bisbol, yang terus dihormati oleh para pemain dan penggemarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xyro8978, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Bab 1: Pitcher dari Bayangan
Hari itu, langit mendung menggantung di atas SMA Seikou. Lapangan baseball sekolah terlihat sepi, hanya terdengar suara lembut angin yang menerpa dedaunan. Di sudut lapangan, seorang pemuda berdiri dengan tangan memegang bola baseball. Wajahnya tenang, tetapi matanya memancarkan tekad.
“Jadi ini SMA Seikou,” gumamnya pelan. Pemuda itu adalah Riku Asahina, siswa pindahan yang baru saja bergabung ke sekolah tersebut. Ia mengenakan seragam olahraga yang masih baru, dengan logo Seikou yang tercetak jelas di dadanya.
Lapangan yang terlihat lusuh ini adalah cerminan dari reputasi tim baseball SMA Seikou. Tim ini dulunya pernah berjaya, namun kini hanya menjadi bayang-bayang masa lalunya. Tahun lalu, mereka bahkan gagal melewati babak penyisihan regional. Kini, mereka dikenal sebagai tim pecundang yang tidak diperhitungkan.
Namun, bagi Riku, inilah awal dari sesuatu yang baru.
---
Panggilan ke Lapangan
Di ruang ganti, suara pelatih tim, Kenji Tsubaki, terdengar menggema. Pria berusia 40-an dengan tubuh tegap itu memandang para pemain dengan sorot mata tajam. Meski rambutnya mulai beruban, ia tetap terlihat seperti seseorang yang pernah merasakan tekanan lapangan profesional.
“Dengar baik-baik!” seru Tsubaki. “Hari ini kita kedatangan anggota baru. Dia akan menjalani seleksi untuk masuk tim utama.”
Riku melangkah masuk. Pandangan seluruh anggota tim tertuju padanya. Kebanyakan dari mereka terlihat skeptis.
“Itu anak pindahan, ya?” bisik salah satu pemain.
“Dia kurus sekali. Apa dia bisa main?” sahut yang lain.
Namun, Tsubaki mengabaikan bisik-bisik tersebut. Ia hanya memberikan bola kepada Riku dan berkata, “Lemparkan bola ke arah catcher. Tunjukkan apa yang bisa kau lakukan.”
---
Lemparan yang Tidak Terlihat
Riku mengangguk tanpa berkata apa-apa. Ia berjalan ke gundukan pitcher dan bersiap. Catcher tim, Takeshi Suda, berdiri di belakang home plate dengan sarung tangannya terangkat.
“Baiklah, anak baru,” ujar Takeshi dengan nada mengejek. “Berikan lemparan terbaikmu.”
Riku mengambil posisi. Ia mengamati sarung tangan Takeshi, lalu menarik napas dalam. Dalam sekejap, ia melempar bola dengan gerakan halus namun cepat.
Woosh!
Bola meluncur seperti angin, tetapi Takeshi tidak bergerak. Sebaliknya, ia terdiam, seolah-olah tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Suara bola yang masuk ke dalam sarung tangannya baru terdengar sepersekian detik kemudian.
“Apa?!” Takeshi melompat mundur. “Aku… tidak melihat bola itu.”
Seluruh anggota tim terdiam. Mereka saling pandang, seolah meminta penjelasan. Bahkan pelatih Tsubaki tampak sedikit terkejut, meski ia berusaha menyembunyikannya.
“Lempar sekali lagi,” kata Tsubaki.
Riku mengangguk. Ia mengambil bola lain, bersiap, dan melempar lagi. Kali ini, Takeshi mencoba lebih fokus, tetapi hasilnya tetap sama. Bola meluncur tanpa bisa dilihat arahnya.
“Bagaimana mungkin…” Takeshi menggelengkan kepala.
---
Awal dari Perubahan
Setelah sesi latihan selesai, para pemain berkumpul di bangku panjang. Banyak dari mereka masih membicarakan lemparan Riku.
“Anak itu aneh,” komentar Haruto Kageyama, kapten tim. “Tapi dia punya sesuatu yang tidak dimiliki orang lain.”
Haruto mendekati Riku, yang sedang duduk sendirian di sudut lapangan. “Hei, anak baru,” panggilnya.
Riku menoleh, menatap Haruto dengan mata tenang.
“Lemparanmu tadi… apa itu semacam trik?” tanya Haruto langsung.
Riku menggeleng. “Tidak ada trik. Itu hanya teknik yang kupelajari sendiri.”
“Teknik?” Haruto mengangkat alis.
Riku berdiri. “Aku menyebutnya Phantom Pitch. Lemparan ini membuat bola tampak menghilang karena sudut putaran dan kecepatan tertentu. Itu semua tentang presisi.”
Haruto terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. “Kau cukup percaya diri, ya? Tapi di sini, kami tidak hanya butuh pitcher yang bisa melempar. Kami butuh seseorang yang bisa membawa tim ini keluar dari keterpurukan.”
Riku menatap lurus ke mata Haruto. “Aku tidak datang ke sini hanya untuk bermain. Aku datang untuk menang.”
---
Pertandingan Latihan
Sebagai ujian terakhir, pelatih Tsubaki memutuskan untuk mengadakan pertandingan latihan antar pemain tim. Riku ditempatkan sebagai pitcher tim B, melawan Haruto dan tim A.
“Ini akan menarik,” ujar Takeshi sambil memasang perlengkapannya. “Kita lihat apakah lemparannya bisa melawan pukulan Haruto.”
Haruto berdiri di depan home plate, mengayunkan tongkat pemukulnya dengan penuh percaya diri. “Ayo, lempar bola itu, Phantom Boy.”
Riku mengambil bola dan bersiap. Dengan gerakan yang sama seperti sebelumnya, ia melempar bola ke arah Haruto.
Woosh!
Haruto mengayunkan tongkatnya dengan kekuatan penuh, tetapi hanya memukul angin. Bola sudah masuk ke sarung tangan Takeshi sebelum Haruto menyadarinya.
“Strike satu!” teriak wasit.
Haruto menyipitkan matanya, mulai serius. “Oke, jadi kau punya trik. Tapi aku tidak akan membiarkanmu menang dua kali.”
Riku tersenyum tipis. Ia tahu, ini baru awal dari perjalanan panjangnya.